Wajib Tahu apa itu Toxic Parents? Hati2!

Wajib Tahu apa itu Toxic Parents Hati-hati

Dalam kehidupan seorang anak, pantas baginya untuk hidup di keluarga yang bahagia dan mencintainya. Namun dalam instilah psikologis terdapat istilah toxic parents.

Toxic Parents, tipe orang tua yang mengatur anaknya agar sesuai dengan kehendaknya tanpa menghargai pendapat serta perasaan sang anak, bersifat destruktif, kasar, dan mampu meracuni psikologis anak.

Kondisi seperti ini berlaku bagi orang tua yang berperilaku buruk, baik ucapan maupun perbuatan. Dan ternyata toxic parents juga berlaku bagi orang tua yang bertindak akan suatu hal yang meracuni keadaan psikologis anaknya.

Jenis toxic parents yang tak terlihat seperti ini akan lebih berbahaya bagi anak, sebab kondisi toxic parents dapat menimbulkan rasa ketakutan dan terkekang bagi anak.

Sangat mungkin terjadi orang tua terlihat begitu normal, memenuhi kebutuhan sang anak, tidak menyakiti fisik dan bahkan berkeinginan akan hal terbaik bagi anaknya. Namun, ada beberapa perilaku yang justru meracuni pribadi sang anak.

Tentu kita sepakat bahwa orang tua tidaklah menyengajakan anak untuk menderita, bahkan berlaku kejam kepada mereka. Dalam hal ini, orang tua juga manusia yang dapat pula berbuat kesalahan yang tanpa disadari menjadi “racun” sang anak.

Mungkin juga, tanpa disadari salah satu dari kita… eciyee kita.. wkwk
bisa jadi merupakan korban toxic parents atas pola asuh yang tak sesuai di masa lampau.

Akibat yang sering terjadi bagi anak yang terperangkap toxic parents ialah mudah menyalahkan diri sendiri atau tingkat kepercayaan diri yang rendah.

Apa Saja Perbuatan Toxic Parents?

Wajib Tahu apa saja perbuatan Toxic Parents itu Hati-hati

1. Ekspektasi Berlebih

Salah satu tanda toxic parents yang paling sering terjadi dan kemungkinan besar kita pernah mengalaminya. Kadang kala mimpi dan cita-cita seorang anak dapat dengan mudah dibuyarkan dengan ekspektasi orang tua yang berlebihan.

Ketika seorang anak ingin menjadi sesuatu hal, orang tua membuyarkan mimpinya dengan memberi segala bentuk komentar negatif tanpa memberi penyadaran dan saran yang dapat dijadikan acuan mereka.

Ingatlah, anak belum dapat berfikir selayaknya orang tua. Mereka perlu bimbingan bukan tuntutan!

Ekspektasi yang terlalu tinggi menjadi standar umum orang tua untuk menjadikan dasar kebaikan anaknya. Dengan kata lain, semakin tinggi semakin baik, anak akan bahagia bila menuruti ekspektasi orang tuanya.

Kenyataanya, terkadang orang tua lupa untuk berfikir dengan sudut pandang sebagai anak. Dengan berfikir “apakah ini mimpi anakku?”, “apakah anak kita dapat memenuhi ekspektasi kita?”

Yang umumnya terjadi, ekspektasi berlebih yang tak mengindahkan posisi anak hanya akan membuatnya merasa terbebani. Biasanya hal ini dijumpai terlaksana oleh orang tua generasi awal.

2. Pengawasan Berlebih

Pengawasan yang kurang termasuk penyebab terjadinya cedera, namun demikian saat anak bermain orang tua tetap harus memastikan mereka berada dalam pandangan mata.

Youniversetherapy menyebut, terdengar paradoksal. Namun orang tua yang over protectif hanya akan memudarkan rasa percaya diri sang anak. Padahal hal ini sangan berdampak bagi anak untuk menghadapi dunia.

Maka awasi mereka dengan tidak berlebihan, agar mereka juga dapat mengenali dan memahami batasan-batasan dengan baik dikemudian harinya.

3. Berbicara akan Keburukan Anak

Sama halnya dengan orang tua, anak-anak pun sejatinya memiliki harga diri yang perlu dijunjung tinggi. Ucapan kecil seperti, “Wah, anak ini susah bangun pagi!” juga merupakan pembicaraan buruk bagi seorang anak.

Meski itu bentuk kenyataan yang dihadapi orang tua, bila anak mendengar ucapan ini maka hatinya akan terluka. Dan tidak lepas dari kemungkinan akan terbalas sebagai sebuah “dendam yang tak terencana”. Mudahnya, anak tidak berniat membalas namun orang tua merasa tersakiti.

Bahkan, bila hal ini terus berkelanjutan maka anak dapat kehilangan kepercayaan diri, tumbuh rasa rendah diri dan yang terjelek adalah mempermalukan anak sendiri di hadapan orang lain. Seharusnya, orang tua dapat menjaga privasi seorang anak.

4. Terlalu Kritis

Keterkritisan orang tua akan berdampak buruk bagi mental seorang anak. Ini merupakan aliran konstan yang muncul akibat berbagai pemikiran yang berlebihan.

Melansir dari pemaparan Healthline, orang tua yang terlalu kritis pada anak sejak usia dini akan sangat mungkin menghambat perkembangan emosional mereka.

Titik terburuk dari ciri toxic parents yang satu ini akan menyebabkan anak tak dapat menyalurkan minat serta bakatnya di bidang apapun.

Sebab sikap terlalu kritis ini akan membuat pola pikir anak menjadi “gak ah, nanti salah”, “paling juga nanti salah”. Sehingga anak akan lebih memilih untuk diam dan tak melakukan apapun.

5. Egois

Toxic Parents dengan kriteria ini terbiasa menilai segala sesuatu berdasar perasaannya, berusaha mengendalikan anak dengan ancaman dan pelecehan emosional.

Pernahkah kamu sebagai orang tua memarahi anak sembari berkata, “Apa kamu tidak kasihan sama Ayah/ Ibu?” atau “Apa kalian ingin Ayah/ Ibu cepat mati?”

Seakan hal yang sepele, namun nyatanya tindakan seperti ini dapat membuat anak merasa terbebani, bahkan dapat berdampak buruk bagi perkembangan psikologisnya. Mereka harus bertanggung jawab atas segala bentuk perasaan orang tuanya.

Menurut Ondinawellness, anak dengan luka tak terlihat ini akan tumbuh bersama orang tua yang egois dan akan tampak jelas efeknya saat menginjak dewasa.

Bila maksud yang terkandung ialah mengajari anak untuk memahami perasaan orang lain atau melatih anak untuk berempati, akan jauh lebih baik dengan cara yang lebih efektif dan pendekatan yang tepat pula.

Sebab orang tua dengan kepribadian egois merupakan sebuah gangguan mental yang mengharuskan kepentingan pribadi dan harus selalu didahulukan sebelum sang anak itu sendiri.

6. Memutar-balikkan Situasi

Seharusnya orang tua mampu bersikap sehat secara emosional demi menunjukkan kepedulian yang tulus pada perasaan anaknya.

Melansir Psychcentral, orang tua yang menutupi kebenaran hanya demi diri mereka terlihat baik akan menggunakan bentuk penolakan, semua itu dilakukan hanya agar mendapatkan keinginan pribadi.

Ciri toxic parents yang suka memutar-balikkan situasi ini akan menyimpan semua kesalahannya dalam-dalam. Dengan kata lain, tidak mau mengakui kesalahan yang telah diperbuat.

Hal ini akan berdampak sangat buruk terhadap sikap dan cara berfikir anak hingga masa dewasa mereka nanti.

7. Orang Tua Monster

Bila kamu tidak menginginkan anak menjadi seorang “Monster”, maka bersikaplah tanpa sikap “Monster”. Kok monster, sih?

Bagi anak, orang tua yang otoriter, suka memukul dan membentak merupakan monster dikehidupan nyata. Mungkin tujuan mereka agar anaknya dapat menjadi orang yang disiplin dan tidak manja.

Namun, tindakan semisal itu justru hanya akan membuat anak menjadi monster seperti orang tuanya dulu saat ia masih kecil.

Kamu perlu untuk sadar bahwa tugas menjadi orang tua adalah memberikan rasa aman bagi anak-anaknya. Kekerasan dan idelais bukanlah hal yang tepat dalam mendidik anak.

8. Mengekang Emosi

Menurut Verywellfamily, saat anak marah akan lebih mungkin bagi mereka untuk menyerang dengan pukulan disaat tak lagi memahami perasaannya.

Bantulah anak untuk memupuk pula kebutuhan emosionalnya. Dengan menekan dan melarang anak mengeluarkan emosi hanya akan membahayakan kesehatan mentalnya.

Padahal seharusnya, orang tua adalah penolong pertama anak dalam mencari sisi positif dari segala situasi. Bukan menyuruh mereka berhenti meluapkan emosinya dan mengikuti orang tua apapun yang terjadi.

9. Rentenir yang Tak Terhindarkan

Istilah ini jatuh kepada orang tua yang selalu mengungkit-ungkit akan besarnya biaya pengeluaran mereka demi memenuhi kebutuhan anaknya.

Hal ini dijadikan sebagai umpan agar anak mau mengikuti keinginannya, seperti mekanisme pertahanan bagi orang tua saat anak ingin menentukan jalannya sendiri.

Sebagai anak, pastilah sepakat bahwa pengorbanan orang tua teramat besar hanya demi masa depan cemerlang anak-anaknya.

Namun, anak juga berhak untuk menentukan jalannya sendiri. Selain agar dia bisa hidup mandiri, anak juga akan mempunyai pengalaman untuk memilih pemecahan masalah.

Tak perlu memaksakan kehendak kepada anak untuk mewujudkan keinginan sebagai orang tua.

10. Bercanda yang Mengecilkan Hati

Candaan ringan seperti warna kulit, bentuk tubuh, rambut gimbal sekilas terdengar biasa. Sering dijumpai bahwa materi ini menjadi bahan candaan di depan orang lain selain anak itu sendiri.

Pernahkah orang tua melihat bagaimana ekspresi anaknya saat candaan-candaan ini terlontar dengan begitu mudahnya?

Bila anak terlihat sedih, marah atau malu artinya materi candaan itu sudah keterlaluan. Bukan berarti anak sedang ber-“drama” atau terlalu sensitif.

Akan tetapi, orang tua yang telah melanggar privasi seorang anak dan sebagai sesama manusia. Sangat mungkin terjadi harga dirinya terluka. Minta maaflah akan hal tersebut.

11. Anak yang Selalu Salah

Seperti roda kehidupan yang terus berputar, berada di posisi tertinggi dan terendah merupakan hal yang sangat wajar terjadi. Kita tidak mungkin selalu mendapatkan kebaikan terus-menerus tanpa cobaan.

Ada kondisi di mana keluarga sedang dalam kondisi buruk, lalu orang tua menyalahkan anaknya. Maka inilah sikap yang termasuk dalam kategori toxic parents bagi seorang anak.

Laman: 1 2 3 4 5

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *