Djonews.com, SEMARANG –  Jaringan radikalisme dan terorisme terus mencari generasi muda atau milenial dengan iming-iming yang menggiurkan untuk mengajak supaya bisa bergabung kedalam jaringan.

Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Tengah Prof Dr Syamsul Ma’arif mengaku jika pola perekrutan jaringan ini terus berubah yang semula menyasar jaringan tempat ibadah dan kampus-kampus.

“Tapi sekarang juga personal langsung terutama anak-anak muda atau milenial,” ujarnya, dalam acara Sosialisasi Pimpinan DPD RI “Pencegahan Terorisme dan Radikalisme di Masyarakat” di kantor DPD RI Jateng.

Pihaknya menegaskan skema terorisme tersebut tidak berhubungan dengan sebuah agama. Masyarakat harus kuat membentengi diri dari serangan radikalisme. Seperti kasus yang ada di Makasar dan serangan di Mabes Polri yang menjadi saksi bahwa teroris masih eksis.

“Provinsi Jateng sudah baik, karena ada ulama dan masyarakat yang terus bergandeng tangan untuk mewujudkannya,” tambahnya.

Di sisi lain Wakil I DPD RI Nono Sampono berpendapat dengan masih eksisnya aksi terorisme, pihaknya terus melakukan roadshow untuk mencari masukan serta solusi dalam mencegah jaringan terorisme dan radikalisme.

“Semua harus waspada untuk menangkalnya terutama di kalangan milenial yang menjadi sasaran empuk bagi jaringan terorisme,” sambungnya.

Tren penjaringan terorisme juga menjadikan perempuan di garda depan. Sejak 2010-2019 setidaknya ada 19 perempuan yang berhasil direkrut dan dijadikan eksekutor.

Sementara itu, Ketua MUI Jawa Tengah Ahmad Darodji dengan tegas mengutuk keras aksi terorisme. Umala’, pemerintah dan masyarakat harus bersinergi untuk membekali anak-anak muda agar tidak tergoda dalam jaringan tersebut.

 “Terorisme itu tidak ada kaitannya dengan agama. Jadi semua harus melawan dan menutup aksesnya,” pungkasnya.afm

Bagikan:

Tinggalkan komentar