Tahap perkembangan emosi bagi anak sangatlah berbeda-beda, terpengaruh dari berbagai aspek termasuk pula bagaimana kondisi lingkungan dan perkembangan emosional diri anak itu sendiri.
Di saat anak berada pada usia 0-2 tahun perlu adanya stimulus dengan berbagai macam bentuk permainan demi membentuk emosi anak dengan baik, begitu pula anak yang berada pada usia 2-3 tahun.
Tidaklah ada perbedaan yang mencolok dibandingkan anak usia 0-2 tahun, di fase usia 2-3 tahun anak pun masih memerlukan stimulus dengan baik agar tetap mendukung pembentukan emosionalnya agar dapat menumbuhkan rasa percaya diri mereka nantinya.
Fase ini pula, anak sudah lebih sering memperlihatkan ekspresi diri. Meski begitu, anak berusia 2-3 tahun tetap belum dapat mengendalikan emosi secara utuh. Karena itulah diperlukannya cara yang baik untuk menstimulus emosi anak agar emosi terarah dengan baik sesuai usia.
Lalu, apa saja tahap perkembangan emosi dan juga cara menstimulus emosi anak usia 2-3 tahun? Mari kita simak pembahasan DjoNews.com berikut ini!
1. Tahap Perkembangan Emosi Anak Usia 2-3 Tahun
Fase ini, anak mulai dapat menguasai ragam kegiatan yang melemaskan otot di tubuh. Dengan begitu, mereka sudah lebih mampu menguasai anggota pada tubuhnya. Usia 2-3 tahun, akan sangat terpengaruh lingkungan yang sedang dapat memberikan sebuah kepercayaan berlebih padanya.
Anak pun mulai mencari aturan dan batasan yang ada di dalam lingkungannya. Biasanya anak akan menangkap aturan dan batasan dari melihat akibat atas suatu perilaku yang telah diperbuat dan juga anak akan mulai membedakan yang salah dan yang benar.
Meski begitu, anak di usia 2-3 tahun belum bisa menggunakan kata sebagai sebuah bentuk ekspresi atas emosi yang tengah dirasakan, alih-alih orang tua lah yang dapat melihat emosi anak melalui ekspresi tubuh yang memperlihatkan emosi serta perasaan yang mereka alami.
2. Cara Menstimulus Anak untuk Berekspresi
Membahas tentang tahap perkembangan emosi pada anak, maka peran orang tua pun akan sangat mengambil peran yang penting agar anak dapat mengekspresikan emosi dengan bahasa verbal. Kamu sebagai orang tua bisa membantunya dalam menafsirkan mimik serta ekspresi wajah dengan kata maupun kalimat.
Misalnya saja, saat anak menangis dan menunjukkan jari ke arah botol susu, maka beri tahukan bahwa bila ia menginginkan susu supaya berkata. Ajarilah anak untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar. Cara ini akan sangat berpengaruh dalam pola latihan bicara anak.
Menurut dr. Margareta, usia 2-3 tahun dapat diberi stimulus oleh orang tua dengan mengajari anak untuk menggunakan bahasa tubuh demi menampakkan benda atau kegiatan keseharian yang kerap ada dilingkungan sekitar. Dengan begitu, anak akan lebih mudah dalam mengekspresikan diri disaat menginginkan atau tidak menyukai sesuatu.
3. Bangun Perkembangan Emosi Anak dengan Cara Ini
Seiring dengan bertambahnya usia anak, tahap perkembangan emosi anak pun lambat laun ikut meningkat dan akan semakin terlihat dari kemampuannya. Kamu sebagai orang tua juga dapat membangun perkembangan emosi anak yang lebih baik lagi dengan cara-cara yang dapat diandalkan di usia emas ini.
Di usia ini, orang tua juga dapat mengajak anak untuk bermain sebagai langkah dalam membangun ikatan emosional. Sebagaimana yang telah diketahui, permainan merupakan kebutuhan primer yang amat diperlukan anak dengan usia 5 tahun ke bawah.
Pilihlah permainan yang bisa merangsang tumbuh kembang anak, sepeti halnya menyusun balok maupun puzzle, bermain peran, serta banyak permainan lain yang bisa membuat anak dengan mudah dapat mengekspresikan diri.
Bermain bersama anak akan membuat orang tua dapat lebih memahami kondisi anak saat berekspresi. Lalu, orang tua dapat mengajak anak untuk berusaha mengatasi masalah bersama. Hal yang biasa terjadi adalah, mereka akan mudah kesal dan marah saat mereka kesulitan dan tak tahu cara untuk memecahkan masalah itu.
Disaat anak marah maupun mengamuk, tetaplah membimbingnya dengan mengajak anak untuk mengenalu sumber masalah yang ada lalu pecahkan bersama-sama. Taruhlah anak kesal karena mainannya tidak mengeluarkan bunyi seperti biasanya, maka ajarkanlah cara bagaimana agar mainan tersebut beroperasi dengan semestinya.
Disaat yang sama, orang tua juga perlu untuk mengajarkan perbedaan antara perilaku yang baik dan juga perilaku yang buruk, serta apa saja batasan-batasannya. Misal saat marah, anak boleh menangis atau berteriak, namun beritahukan bahwa anak tidak boleh memukul, sebab pukulannya akan membuat orang lain tersakiti atau bahkan melukai dirinya sendiri.
Kesimpulan: Tahap Perkembangan Emosi Anak Usia 2-3 Tahun
Dan, itulah beberapa cara yang dapat kamu lakukan untuk membantu tumbuh kembang serta proses anak dalam melewati tahap perkembangan emosi di usia 2-3 tahunnya. Dengan begitu, harapan orang tua untuk anak dalam mengendalikan emosi dapat lebih mudah terwujud.
Semoga informasi DjoNews kali in bermanfaat dan dapat dengan mudah untuk kamu terapkan!
Kunjungi pula Hastag.id, yang akan membantu kamu dalam memahami dunia bisnis dan juga teknologi.
Tinggalkan Balasan