Tag: UIN Walisongo

  • Hari Tanpa Bayangan Akan Mulai Tampak

    Semarang – Setidaknya terdapat 20 mahasiswa dari UIN Walisongo Semarang jurusan ilmu Falak (Atronomi) dan para pegiat astronomi Semarang melakukan pengamatan fenomena Hari Tanpa Bayangan (Tropical Day). Kegiatan mereka dibagi kedalam dua kelompok.

    Pertama, lapangan Fakultas Syari’ah dan Hukum, dan yang kedua di Musholatorium Ataqy Pondok Pesantren Life Skill Daarun Najah.

    Kordinator mahasiswa, Muhammad Toifur, mengatakan acara itu sudah diadakan Selasa (2/3) kemarin, saat posisi marahari berada tepat di posisi paling sentral di langit atau disebut Zenith.

    Disebut pula pada posisi matahari tepat berada di atas ubun-ubun sebagai titik kulminasi. Tepatnya saat deklinasi matahari sama dengan lintang pengamat, yang fenomenanya di sebut kulminasi utama.

    “Pada saat itu, matahari akan tepat di atas kepala pengamat atau benda. Akibatnya, banyangan benda tegak lurus dan terlihat menghilang, karena tertumpuk dengan benda itu sendiri,”kata Muhammad Toifur, , Rabu (3/3/2021).

    Ia juga tidak sepakat apabila secara astronomi, fenomena hari tanpa bayangan dalam parameter sistem koordinat benda langit, disebutkan bahwa senilai atau sama garis lintang sebuah tempat.

    Melainkan yang tepat adalah berhimpitan. Karena tidak semestinya matahari itu akan tepat 90̊ derajat, akan tetapi matahari memiliki lingkaran busur yang bisa diamati pada 30 menit busur.

    “Jadi, ketika matahari sudah mencapai 88-89 derajat 30 menit busur, bisa dikatakan bahwa sudah terjadi deklinasi matahari atau zenith. Ahli falak juga menganggap hari itu bukanlah tanda akan adanya hari kiamat,” jelasnya.

    Dosen program studi Pascasarjana Ilmu Falak UIN Walisongo, Suaidi Ahadi, menanbahkan bahwa hari tanpa bayangan sebagaimana informasi BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) merupakan menuju masuknya musim tropis atau kemarau.

    “Seperti lintang Utara Eropa sudah memasuki musim semi,” imbuh Suadi.

    Sedangkan bagi umat Islam, fenomena hari tanpa bayangan ketika posisi matahari tepat di atas Ka’bah ini dinamakan dengan Rasdul Kiblat.

    Dimana waktu matahari di atas Ka’bah dengan bayangan benda yang terkena sinar matahari menunjuk arah kiblat.

    Ia mengatakan, fenomen hari tanpa bayangan kali ini terjadi dua kali dalam setahun. Waktunya terjadi pada pekan akhir Februari lalu dan akan diperkirakan berlangsung lagi pada di April mendatang.

    Sejumlah tempat yang mengalami hari tanpa bayangan di Pulau Jawa sesuai data dari BMKG, ada di Yogyakarta pada 28 Februari 2021 pukul 11.51WIB. Kemudian Surabaya pada 1 Maret 2021 pukul 11.41 WIB. Selanjutnya, Semarang pada 2 Maret 2021 pukul 11.50 WIB.

    Bandung pada 3 Maret 2021 pukul 12.01 WIB. Jakarta Pusat pada 4 Maret 2021 pukul 12.04 WIB. Terakhir Serang 5 Maret 2021 pukul 12.06 WIB.

  • Tetap Jaga Prokes, UIN Walisongo Bagikan Masker

    Semarang – Guna untuk memutus rantai penyebaran Covid-19, Mahasiswa KKN dari UIN Walisongo kelompok 68 melakukan penyemprotan disinfektan di lingkungan RW 01 Kelurahan Patemon Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang kegiatan tersebut juga dilakukan pembagian masker dan hand sanitizer bersama pengurus RW,RT serta pihak TNI-Polri.

    Seorang warga, Ani menyampaikan kesadaran memakai masker dan selalu menerapkan protokol kesehatan saat ini merupakan hal yang penting sebab untuk menjaga dari Covid-19.

    “Kalau setiap keluar, saya selalu pakai masker dan membawa hand sanitizer,” ujarnya, Jumat (12/2/2021) lalu.

    Sementara itu, Ketua RW 01, Taufik menuturkan pembagian masker dan penyemprotan disinfektan tidak dilakukan hanya sementara namun dilakukan secara rutin agar mampu memutus mata rantai penyebaran.

    “masyarakat dihimbau untuk tetap mematuhi protokol kesehatan dengan selalu menerapkan 3M,” tandasnya.

    Dengan adanya kegiatan seperti ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menerapkan 3M dimasa Pandemi Covid-19.*

  • Gelar Festival, Suguhkan Menu Khas Thailand

    Semarang – UIN Walisongo Semarang menggelar acara yang bertemakan Kuliner Thailand, setidaknya terdapat 16 jenis makanan dari negara Gajah Putih tersebut. Acara tersebut akan digelar mulai dari Selasa (17/11/2020).

    Kegiatan Festival Kuliner tersebut berlangsung meriah berkat kerjasama dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) beserta Tim Kuliah Kerja Nyata Reguler Dari Rumah (KKN RDR) dan Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia (PMIPTI).

    “Dua negara ini seperti keluarga sendiri, yang memiliki kedekatan budaya, termasuk kuliner. Apapun bangsa dan negaranya, kuliner memang pemersatu semuanya,”ujar Rektor UIN Walisongo Semarang Prof Dr Imam Taufiq melalui sambungan virtual.

    Sementara itu Ketua Festival Kuliner Thailand, Mr Irfan Buenae, menyebutkan, penyelenggaran ini merupakan bentuk kegiatan yang dapat mendekatkan Indonesa dan Patani Thailand.mda