Tag: Pendidikan Anak

  • Wajib Tahu apa itu Toxic Parents? Hati2!

    Wajib Tahu apa itu Toxic Parents? Hati2!

    Dalam kehidupan seorang anak, pantas baginya untuk hidup di keluarga yang bahagia dan mencintainya. Namun dalam instilah psikologis terdapat istilah toxic parents.

    Toxic Parents, tipe orang tua yang mengatur anaknya agar sesuai dengan kehendaknya tanpa menghargai pendapat serta perasaan sang anak, bersifat destruktif, kasar, dan mampu meracuni psikologis anak.

    Kondisi seperti ini berlaku bagi orang tua yang berperilaku buruk, baik ucapan maupun perbuatan. Dan ternyata toxic parents juga berlaku bagi orang tua yang bertindak akan suatu hal yang meracuni keadaan psikologis anaknya.

    Jenis toxic parents yang tak terlihat seperti ini akan lebih berbahaya bagi anak, sebab kondisi toxic parents dapat menimbulkan rasa ketakutan dan terkekang bagi anak.

    Sangat mungkin terjadi orang tua terlihat begitu normal, memenuhi kebutuhan sang anak, tidak menyakiti fisik dan bahkan berkeinginan akan hal terbaik bagi anaknya. Namun, ada beberapa perilaku yang justru meracuni pribadi sang anak.

    Tentu kita sepakat bahwa orang tua tidaklah menyengajakan anak untuk menderita, bahkan berlaku kejam kepada mereka. Dalam hal ini, orang tua juga manusia yang dapat pula berbuat kesalahan yang tanpa disadari menjadi “racun” sang anak.

    Mungkin juga, tanpa disadari salah satu dari kita… eciyee kita.. wkwk
    bisa jadi merupakan korban toxic parents atas pola asuh yang tak sesuai di masa lampau.

    Akibat yang sering terjadi bagi anak yang terperangkap toxic parents ialah mudah menyalahkan diri sendiri atau tingkat kepercayaan diri yang rendah.

    Apa Saja Perbuatan Toxic Parents?

    Wajib Tahu apa saja perbuatan Toxic Parents itu Hati-hati

    1. Ekspektasi Berlebih

    Salah satu tanda toxic parents yang paling sering terjadi dan kemungkinan besar kita pernah mengalaminya. Kadang kala mimpi dan cita-cita seorang anak dapat dengan mudah dibuyarkan dengan ekspektasi orang tua yang berlebihan.

    Ketika seorang anak ingin menjadi sesuatu hal, orang tua membuyarkan mimpinya dengan memberi segala bentuk komentar negatif tanpa memberi penyadaran dan saran yang dapat dijadikan acuan mereka.

    Ingatlah, anak belum dapat berfikir selayaknya orang tua. Mereka perlu bimbingan bukan tuntutan!

    Ekspektasi yang terlalu tinggi menjadi standar umum orang tua untuk menjadikan dasar kebaikan anaknya. Dengan kata lain, semakin tinggi semakin baik, anak akan bahagia bila menuruti ekspektasi orang tuanya.

    Kenyataanya, terkadang orang tua lupa untuk berfikir dengan sudut pandang sebagai anak. Dengan berfikir “apakah ini mimpi anakku?”, “apakah anak kita dapat memenuhi ekspektasi kita?”

    Yang umumnya terjadi, ekspektasi berlebih yang tak mengindahkan posisi anak hanya akan membuatnya merasa terbebani. Biasanya hal ini dijumpai terlaksana oleh orang tua generasi awal.

    2. Pengawasan Berlebih

    Pengawasan yang kurang termasuk penyebab terjadinya cedera, namun demikian saat anak bermain orang tua tetap harus memastikan mereka berada dalam pandangan mata.

    Youniversetherapy menyebut, terdengar paradoksal. Namun orang tua yang over protectif hanya akan memudarkan rasa percaya diri sang anak. Padahal hal ini sangan berdampak bagi anak untuk menghadapi dunia.

    Maka awasi mereka dengan tidak berlebihan, agar mereka juga dapat mengenali dan memahami batasan-batasan dengan baik dikemudian harinya.

    3. Berbicara akan Keburukan Anak

    Sama halnya dengan orang tua, anak-anak pun sejatinya memiliki harga diri yang perlu dijunjung tinggi. Ucapan kecil seperti, “Wah, anak ini susah bangun pagi!” juga merupakan pembicaraan buruk bagi seorang anak.

    Meski itu bentuk kenyataan yang dihadapi orang tua, bila anak mendengar ucapan ini maka hatinya akan terluka. Dan tidak lepas dari kemungkinan akan terbalas sebagai sebuah “dendam yang tak terencana”. Mudahnya, anak tidak berniat membalas namun orang tua merasa tersakiti.

    Bahkan, bila hal ini terus berkelanjutan maka anak dapat kehilangan kepercayaan diri, tumbuh rasa rendah diri dan yang terjelek adalah mempermalukan anak sendiri di hadapan orang lain. Seharusnya, orang tua dapat menjaga privasi seorang anak.

    4. Terlalu Kritis

    Keterkritisan orang tua akan berdampak buruk bagi mental seorang anak. Ini merupakan aliran konstan yang muncul akibat berbagai pemikiran yang berlebihan.

    Melansir dari pemaparan Healthline, orang tua yang terlalu kritis pada anak sejak usia dini akan sangat mungkin menghambat perkembangan emosional mereka.

    Titik terburuk dari ciri toxic parents yang satu ini akan menyebabkan anak tak dapat menyalurkan minat serta bakatnya di bidang apapun.

    Sebab sikap terlalu kritis ini akan membuat pola pikir anak menjadi “gak ah, nanti salah”, “paling juga nanti salah”. Sehingga anak akan lebih memilih untuk diam dan tak melakukan apapun.

    5. Egois

    Toxic Parents dengan kriteria ini terbiasa menilai segala sesuatu berdasar perasaannya, berusaha mengendalikan anak dengan ancaman dan pelecehan emosional.

    Pernahkah kamu sebagai orang tua memarahi anak sembari berkata, “Apa kamu tidak kasihan sama Ayah/ Ibu?” atau “Apa kalian ingin Ayah/ Ibu cepat mati?”

    Seakan hal yang sepele, namun nyatanya tindakan seperti ini dapat membuat anak merasa terbebani, bahkan dapat berdampak buruk bagi perkembangan psikologisnya. Mereka harus bertanggung jawab atas segala bentuk perasaan orang tuanya.

    Menurut Ondinawellness, anak dengan luka tak terlihat ini akan tumbuh bersama orang tua yang egois dan akan tampak jelas efeknya saat menginjak dewasa.

    Bila maksud yang terkandung ialah mengajari anak untuk memahami perasaan orang lain atau melatih anak untuk berempati, akan jauh lebih baik dengan cara yang lebih efektif dan pendekatan yang tepat pula.

    Sebab orang tua dengan kepribadian egois merupakan sebuah gangguan mental yang mengharuskan kepentingan pribadi dan harus selalu didahulukan sebelum sang anak itu sendiri.

    6. Memutar-balikkan Situasi

    Seharusnya orang tua mampu bersikap sehat secara emosional demi menunjukkan kepedulian yang tulus pada perasaan anaknya.

    Melansir Psychcentral, orang tua yang menutupi kebenaran hanya demi diri mereka terlihat baik akan menggunakan bentuk penolakan, semua itu dilakukan hanya agar mendapatkan keinginan pribadi.

    Ciri toxic parents yang suka memutar-balikkan situasi ini akan menyimpan semua kesalahannya dalam-dalam. Dengan kata lain, tidak mau mengakui kesalahan yang telah diperbuat.

    Hal ini akan berdampak sangat buruk terhadap sikap dan cara berfikir anak hingga masa dewasa mereka nanti.

    7. Orang Tua Monster

    Bila kamu tidak menginginkan anak menjadi seorang “Monster”, maka bersikaplah tanpa sikap “Monster”. Kok monster, sih?

    Bagi anak, orang tua yang otoriter, suka memukul dan membentak merupakan monster dikehidupan nyata. Mungkin tujuan mereka agar anaknya dapat menjadi orang yang disiplin dan tidak manja.

    Namun, tindakan semisal itu justru hanya akan membuat anak menjadi monster seperti orang tuanya dulu saat ia masih kecil.

    Kamu perlu untuk sadar bahwa tugas menjadi orang tua adalah memberikan rasa aman bagi anak-anaknya. Kekerasan dan idelais bukanlah hal yang tepat dalam mendidik anak.

    8. Mengekang Emosi

    Menurut Verywellfamily, saat anak marah akan lebih mungkin bagi mereka untuk menyerang dengan pukulan disaat tak lagi memahami perasaannya.

    Bantulah anak untuk memupuk pula kebutuhan emosionalnya. Dengan menekan dan melarang anak mengeluarkan emosi hanya akan membahayakan kesehatan mentalnya.

    Padahal seharusnya, orang tua adalah penolong pertama anak dalam mencari sisi positif dari segala situasi. Bukan menyuruh mereka berhenti meluapkan emosinya dan mengikuti orang tua apapun yang terjadi.

    9. Rentenir yang Tak Terhindarkan

    Istilah ini jatuh kepada orang tua yang selalu mengungkit-ungkit akan besarnya biaya pengeluaran mereka demi memenuhi kebutuhan anaknya.

    Hal ini dijadikan sebagai umpan agar anak mau mengikuti keinginannya, seperti mekanisme pertahanan bagi orang tua saat anak ingin menentukan jalannya sendiri.

    Sebagai anak, pastilah sepakat bahwa pengorbanan orang tua teramat besar hanya demi masa depan cemerlang anak-anaknya.

    Namun, anak juga berhak untuk menentukan jalannya sendiri. Selain agar dia bisa hidup mandiri, anak juga akan mempunyai pengalaman untuk memilih pemecahan masalah.

    Tak perlu memaksakan kehendak kepada anak untuk mewujudkan keinginan sebagai orang tua.

    10. Bercanda yang Mengecilkan Hati

    Candaan ringan seperti warna kulit, bentuk tubuh, rambut gimbal sekilas terdengar biasa. Sering dijumpai bahwa materi ini menjadi bahan candaan di depan orang lain selain anak itu sendiri.

    Pernahkah orang tua melihat bagaimana ekspresi anaknya saat candaan-candaan ini terlontar dengan begitu mudahnya?

    Bila anak terlihat sedih, marah atau malu artinya materi candaan itu sudah keterlaluan. Bukan berarti anak sedang ber-“drama” atau terlalu sensitif.

    Akan tetapi, orang tua yang telah melanggar privasi seorang anak dan sebagai sesama manusia. Sangat mungkin terjadi harga dirinya terluka. Minta maaflah akan hal tersebut.

    11. Anak yang Selalu Salah

    Seperti roda kehidupan yang terus berputar, berada di posisi tertinggi dan terendah merupakan hal yang sangat wajar terjadi. Kita tidak mungkin selalu mendapatkan kebaikan terus-menerus tanpa cobaan.

    Ada kondisi di mana keluarga sedang dalam kondisi buruk, lalu orang tua menyalahkan anaknya. Maka inilah sikap yang termasuk dalam kategori toxic parents bagi seorang anak.

    Laman: 1 2 3 4 5

  • Lakukan Cara Ini Agar Anak Tidak Bersikap Rasis

    Meningkatkan rasa toleransi, menghormati, dan empati anak pada orang lain.

    Beberapa hari ini, informasi berita di layar kaca dan media sosial diramaikan dengan demonstrasi atas penyerangan serta pembunuhan seorang pria kulit hitam di tangan polisi di beberapa negara.

    Bersamaan dengan kondisi pandemi Covid-19, anak-anak jadi sering menggunakan internet sebagai media belajar. Tidak menutup kemungkinan anak juga ikut terpapar dengan berita terkait rasisme yang marak dibicarakan.

    Tak jarang orang tua menjadi resah dengan pemberitaan ini.

    Orang tua juga harus pandai dan mengetahui cara melindungi anak saat melihat tindakan kekerasan yang bersamaan dengan demonstrasi yang disebabkan oleh rasisme tersebut.

    Peran orang tua mengajarkan anak untuk menghindari perilaku rasis dan menghormati perbedaan sesama menjadi hal yang sangat penting.

    Tanpa bimbingan dan pengawasan dari orang tua, anak mungkin dapat memiliki pemikiran dan kontrol berdasarkan pengetahuan mereka sendiri.

    Berikut ini Djonews.com merangkum 8 cara mengajarkan anak agar tidak berperilaku rasis dan menghormati perbedaan sesama manusia.

    Perhatikan pemilihan kata

    freepik.com

    Sebelum berdiskusi dengan anak, usahakan untuk tidak memilih bahasa atau kata-kata yang menyinggung suatu suku, agama, ras, dan antar golongan. Hindari untuk membeda-bedakan orang berdasarkan warna kulit dan perbedaan kebudayaan.

    Penting untuk menyesuaikan pesan mengenai keragaman dengan usia anak. Saat usia anak 7 tahun, ia akan lebih mendengar orang tua daripada hal lain termasuk dari pengalaman mereka. Sedangkan saat usianya 10 tahun, pengalaman anak lebih mempengaruhinya.

    Saat usia anak masih muda, bantu anak dalam menjelaskan keragaman dan kesetaraan.

    Kemudian, saat ia semakin besar, jelaskan lebih lanjut mengenai keragaman dan implementasinya dalam dunia nyata disekelilingnya.

    Misalnya saja diambil dari teman-teman si Kecil yang memiliki perbedaan suku dan budaya.

    Jadilah contoh

    Ketika anak masih kecil, ia menyerap informasi dari lingkungannya. Dengan meniru dan menyimpulkan makna dari perilaku yang mereka lihat, terutama tingkah laku orang tua.

    Penting bagi orang tua untuk menunjukkan sikap positif terhadap orang-orang yang memiliki latar belakang yang berbeda di setiap kesempatan.

    Sayangnya, banyak orang yang tak menyadari memiliki sikap rasis, karena kurangnya pemahaman tentang tindakan apa yang termasuk sikap rasis.

    Memiliki penilaian atau stereotipe pada budaya lain juga termasuk sikap rasis, lho!

    Tunjukkan pada anak, untuk memuji perilaku baik setiap orang tanpa melihat suku, agama, ras, dan golongannya. Biarkan anak tahu bahwa kesetaraan itu penting bagi kamu, sehingga anak akan mengikuti cara Orang tuanya.

    Tidak menghubungkan tindakan dengan SARA

    Saat melihat pemberitaan di televisi atau media sosial tentang kejahatan seseorang, jelaskan pada anak memang di dunia ini kemungkinan orang jahat itu selalu ada.

    Namun, orang jahat tak bisa dilihat dari apa sukunya, ras, golongan, dan agamanya.

    Ketika anak mengetahui dan bertanya tentang informasi sebuah perilaku kriminal, sebaik mungkin hindari kata-kata yang menyudutkan etnis atar ras tertentu, ya!

    Jelaskan tentang berbagai karakter serta kepribadian

    Anak mungkin masih belum mengerti saat mendengar Mama membicarakan isu SARA atau informasi yang didapatkan dari luar.

    Jika anak bertanya, jelaskan tentang berbagai karakter serta kepribadian manusia yang tidak bisa dinilai dari suku, ras, agama, dan golongannya.

    Ingatkan, bahwa semua manusia memiliki derajat yang sama, memiliki suku, ras dan agama bukan membuat seseorang menjadi lebih baik atau lebih buruk dari orang lain.

    Karena dengan adanya perbedaan dapat memberikan warna di dunia.

    Tanggapi pembicaraan tentang SARA

    Walaupun isu SARA memang topik yang kurang nyaman untuk dibahas dengan anak, namun jangan mencoba menjadikannya sebagai perbincangan yang tabu.

    Karena, semakin dewasa anak perlu dengan jelas memahami hal ini.

    Jika menyuruh anak untuk diam saat membahas isu tersebut, justru dapat meningkatkan kecemasan serta kebingungan anak.

    Ini memberikan kesan bahwa hal ‘buruk’ akan terjadi jika anak membahas tentang SARA.

    Berbicara tentang SARA, dapat mengurangi stereotipe, dan membuat anak lebih memiliki empati sehingga orang lain akan merasa lebih nyaman dan diterima.

    Bahkan dapat membantu anak tampil lebih baik di sekolah.

    Hindari penilaian atau asumsi pada teman anak berdasarkan SARA

    Hindari untuk memberikan penilaian atau asumsi pada teman-teman Si Kecil yang berbeda suku, ras, dan agamanya. Hal ini membuat anak menjadi tidak bisa mengambil sikap dalam menilai teman-temannya berdasarkan SARA.

    Ajari anak untuk bersikap lebih terbuka, sehingga anak dapat bersosialisasi dengan siapapun. Membiarkan anak tumbuh dengan penerimaannya pada sesama sebagaimana seharusnya.

    Ikutsertakan anak dalam kegiatan yang melibatkan banyak orang

    Dorong anak untuk ikut serta dalam kegiatan yang melibatkan banyak orang, seperti tim sepak bola, klub seni, dan sebagainya. Hal ini dapat meningkatkan rasa kerjasama untuk membangun ikatan anak dan orang lain.

    Cara lainnya juga dapat dengan memperkenalkan berbagai ras atau budaya melalui bacaan buku, film, dan internet.

    Pastikan orang tua juga memperkenalkan perbedaan dan persamaan secara seimbang setiap suku, bahasa, makanan, dan kebudayaan.

    Berikan pemahaman bahwa banyak macam keyakinan dan keinginan

    Salah satu perkembangan sosial yang paling penting untuk dipahami anak sejak kecil adalah, memahami orang lain yang tentunya memiliki keyakinan serta keinginan yang berbeda-beda.

    Untuk meningkatkan keterampilan ini, manfaatkan peluang dengan bertanya pada si Kecil.

    Misalnya, apa yang anak pikirkan tentang perasaan orang lain saat ia menyaksikan karakter favorit mereka di televisi.

    Mempertimbangkan pengalaman dan perasaan orang lain, menjadi cara terbaik untuk membantu mereka dalam mengidentifikasi situasi dan memiliki empati pada orang lain.

    Itulah beberapa cara untuk mengajarkan anak agar tidak berperilaku rasis dan menghormati perbedaan sesama, meningkatkan rasa toleransi antar umat, dan memiliki empati pada orang lain.

    Tentunya hal ini akan berguna bagi anak di masa mendatang. Semoga bermanfaat!

  • Pola Asuh yang Sesuai untuk Anak Masa Kini

    Djonews.com – Pola asuh anak terdahulu dan masa kini berbeda lho! Mau tahu perbedaannya? Yuk simak !

    Berbicara mengenai pola asuh, besar kemungkinan setiap orang tua memiliki cara tersendiri untuk mendidik anaknya.

    Namun, yang perlu kamu ingat adalah pola asuh yang diajarkan oleh orang tua kita terdahulu bisa jadi mungkin tidak cocok untuk diterapkan pada anak masa kini.

    Paparan media sosial dapat mempengaruhi tumbuh kembang dari anak saat ini, oleh karena itu bentuk penyesuaian perkembangan zaman yang turut mengubah sikap anak.

    Berikut Djonews.com telah merangkum mengenai pola asuh yang sesuai dengan kondisi anak saat ini.

    Permissive parenting

    Pola asuh permissive lebih cenderung tanggap dan peka terhadap perkembangan anak. Namun pola asuh ini tidak terlalu tegas dalam memberikan aturan dan mendidik sikap disiplin kepada mereka.

    Dengan begitu, bukan berarti kedua hal tersebut harus kamu contoh sebagai pola asuh.

    Kamu bisa mengambil sisi positif dari permissive parenting dan membuang hal negatif dari pola asuh yang satu ini.

    Attachment parenting

    Pola asuh ini lebih menekankan untuk membangun hubungan emosional yang baik antara anak dengan orang tuanya. Dengan pola asuh yang satu ini, kamu juga tidak perlu menghukum anak sebagai tanda ketidaksetujuan.

    Kamu bisa mengganti hukuman dari pola asuh permissive parenting dengan berdiskusi bersama anak untuk menjelaskan hal-hal mana saja yang perlu diluruskan.

    Hmm, sepertinya menarik ya?

    Positive parenting

    Unsplash/sweet ice cream photography

    Semisal halnya dengan attachment parenting, positive parenting juga lebih mengedepankan diskusi kepada anak untuk mendapatkan win-win solution bagi kedua belah pihak.

    Namun perbedaanya adalah, positive parenting lebih memberikan saran-saran positif kepada anak dan membiarkan mereka untuk memilih mana yang terbaik bagi dirinya.

    Pola asuh seperti ini sepertinya cocok bagi anak masa kini!

    Narcistic parenting

    Nah, salah satu pola asuh yang sering juga diterapkan oleh kebanyakan orang tua adalah nartistic parenting.

    Mendukung hal positif untuk anak merupakan hal yang sangat baik, namun jangan lakukan hal tersebut terlalu berlebihan.

    Terlalu mendukung minat anak dapat membuat anak merasa paling super dan cenderung akan membentuk karakter yang sombong pada diri mereka.

    Untuk menyeimbangkannya, kamu perlu mengingatkan mereka untuk terus menjadi pribadi yang ramah dan rendah hati.

    Nurturant parenting

    Pada pola asuh yang satu ini, orang tua cenderung untuk membiarkan anaknya untuk dapat bereksplorasi namun tetap dalam pengawasan orang tua.

    Hal tersebut merupakan hal yang bagus, mengingat begitu besarnya keingintahuan anak-anak di masa kini.

    Dengan membiarkan anak bereksplorasi, kamu juga bisa mengajarkan mereka untuk bertanggung jawab akan hal yang sudah mereka lakukan, bukan?

    Hypnos parenting

    Unsplash/benjamin manley

    Hypnos parenting pada dasarnya bertujuan untuk memberikan sugesti-sugesti positif kepada anak. Dengan sugesti tersebut, diharapkan anak dapat terbimbing tanpa merasa dibimbing dengan paksa.

    Penerapan pola asuh yang satu ini juga dapat membuat anak lebih terbuka akan segala hal kepada orang tua.

    Hmm… Jadi sekarang tidak perlu sibuk mencari informasi lagi kan?

    Dolphin parenting

    Pola asuh yang terakhir adalah dolphin parenting. No! bukan berarti pola asuh ini sama seperti pola asuh lumba-lumba!

    Pola asuh ini lebih mengarahkan anak kepada kebebasan yang bertanggung jawab, menggali potensi kreatif yang ada pada diri mereka, dan membiarkan mereka untuk bersosialisasi secara terbuka sehingga mereka akan cenderung mudah untuk berdaptasi.

    Secara garis besar, pola asuh yang cocok bagi anak masa kini merupakan pola asuh yang tidak mengekang dan demokratis namun tetap bertanggung jawab.

    Itulah 7 macam pola asuh yang sesuai dengan kondisi anak saat ini. Kalau menurut kamu, pola asuh seperti apa sih yang paling cocok untuk anak? Yuk, berbagi di kolom komentar!

    Semoga bermanfaat!

  • Permissive Parenting, Pola Asuh Bebas yang Menjerumuskan

    Inginnya anak jadi teman dan akrab, tapi justru pola asuh ini membahayakan. Jika ada pekerjaan yang menuntut tanggung jawab tinggi atas hidup seseorang, jawabannya adalah mendidik dan mengasuh anak.

    Anak bagaikan kanvas putih bersih yang ditorehkan goresan awalnya oleh sang Orang tua. Pengasuhan anak mengambil peranan penting dalam membentuk karakter anak hingga ia dewasa kelak.

    Ada begitu banyak bentuk pengasuhan orang tua. Mulai dari yang sangat tegas dan keras, hingga yang lembut dan cenderung abai.

    Pengasuhan anak saat ini, tidak bisa lepas begitu saja dari peran saling mewariskan dari buyut-buyut yang terdahulu. Sayangnya, banyak orang tua yang tak menyadari dan memahami seperti apasih sebetulnya bentuk pengasuhannya.

    Berikut ini Djonews.com akan mengupas tentang salah satu bentuk pengasuhan, yaitu permissive parenting, dilansir dari verywellmind.com:

    Apa itu Permissive Parenting?

    Permissive Parenting adalah jenis pola asuh yang ditandai dengan tuntutan rendaah dengan respon tinggi.

    Orang tua yang permisif sangat mencintai anak-anaknya, dengan sedikit panduan dan aturan. Orang tua ini seringkali tampak seperti seorang teman daripada figur orang tua, kebalikan dari helicopter parents yang sangat mengatur anak-anak mereka.

    Orang tua permisif jarang membuat aturan karena mereka berpendapat “ya seperti itulah anak-anak.”

    Karena hanya sedikit aturan, tuntutan, dan harapan, anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua yang permisif cenderung berjuang mengatur dan mengendalikan diri sendiri.

    Karakteristik Permissive Parenting

    Orang tua yang permisif memiliki karakter-karakter, antara lain:

    • Tidak konsisten terhadap peraturan yang dibuatnya sendiri
    • Memiliki beberapa standar perilaku
    • Biasanya sangat memelihara, melindungi, dan tidak ingin anaknya tersakiti
    • Seringkali tampak seperti teman ketimbang orang tua
    • Menggunakan mainan, hadiah, dan makan sebagai sarana untuk mendisiplinkan perilaku anak
    • Hanya memberi sedikit jadwal atau sistem aturan di rumah
    • Menekankan kebebasan ketimbang tanggung jawab kepada anak
    • Menanyakan pendapat anak tentang keputusan penting yang seharusnya diambil tegas oleh orang tua
    • Jarang menegakkan kedisiplinan dan konsekuensi

    Akibat Menerapkan Permissive Parenting

    Para peneliti menemukan bahwa pendekatan pengasuhan yang terlalu santai yang diterapkan orang tua permisif, menyebabkan sejumlah hasil negatif.

    Alih-alih hubungan yang santai antar orang tua-anak, anak justru cenderung kurang disiplin diri, memiliki keterampilan sosial yang buruk, dan merasa tidak aman karena kurangnya batasan dan bimbingan.

    Karena tidak terbiasa dengan struktur dan aturan di rumah, anak dengan pola pengasuhan permisif tidak mengenal batasan.

    Mereka bisa saja menonton televisi seharian penuh, bermain games hingga larut malam, dan makan tak terkendali, karena merasa diizinkan orang tuanya.

    Selain itu, karena rendahnya ekspektasi orang tua, anak-anak pun tidak memilliki rasa untuk berjuang. Penelitian mengaitkan pola asuh permisif dengan rendahnya prestasi akademik.

    Begitu pula dengan sulitnya anak-anak mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah.

    Anak yang dibesarkan dengan pola asuh permisif menunjukkan perilaku agresif dan sulit dipahami secara emosional.

    Mereka tidak pernah belajar menangani emosi secara efektif, terutama dalam situasi di mana mereka tidak mendapatkan apa yang diinginkan.

    Anak dengan orang tua yang permisif mungkin bergumul dengan situasi yang membuat stres atau sulit secara emosional.

    Sebuah studi menyebutkan, permissive parenting erat kaitannya dengan konsumsi alkohol dan narkoba di usia remaja.

    Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua?

    Bila saat ini kamu seebagai orang tua merasa bahwa pola pengasuhan terlalu lunak, saatnya menegakkan aturan yang lebih tegas.

    Memang terasa sulit di awal, karena menjadi lebih ketat itu artinya mengubah kebiasaan dan akan memunculkan reaksi anak yang kreatif.

    Kamu bisa mempertimbangkan untuk mulai menerapkan aturan dasar di rumah, agar anak tahu bagaimana harus bersikap dan mereka pun memahami seperti apa harapan orang tua terhadapnya.

    Pastikan anak mengetahui konsekuensi jika melanggar aturan. Tentunya penerapan aturan ini harus secara konsisten ditegakkan oleh orang tua, tanpa mengesampingkan perasaan anak.

    Pada akhirnya, beri anak pujian jika mereka mengikuti aturan dan bersikap baik.

    Dengan memberi anak keseimbangan aturan dengan dukungan yang tepat, kamu dapat memastikan anak tumbuh dengan keterampilan yang mereka butuhkan agar berhasil dalam kehidupannya kelak.

    Semoga bermanfaat!

  • Tips Mendidik Anak Introvert Sejak Dini

    Apa yagn membuat anak menjadi introvert?

    Ini adalah pertanyaan yangbanyak ditanyakan oleh sebagian orang tua.

    Ya, di mana karakteristik umum dari seorang anak introvert yakni tidak suka bicara ringan dan melakukan kerja kelompok hingga lebih suka untuk menghabiskan waktu sendirian.

    Dr. Laney berkata di Introvertdear, sebaiknya anak introvert mendapatkan dukungan dan bimbingan dalam memahami perasaan yang kompleks.

    Nah, sebagai orang tua haruss bida memberikan andil khusus.

    Berikut tips mendidik anak introvert sejak usia dini yang sudah dirangkum DJonews.com:

    Memberikan pengertian kalau anak tidak berbeda

    Memang sedikit berat dan butuh kesabaran ekstra, tapi kamu pasti tidak akan menyesal ketika kelak mereka sudah besar dan dewasa.

    Menurut Carl Jung, psikiater dan psikoanalis Swiss pendiri psikologi analitik yang dilansir dari Educationdegree bahwa anak introvert cenderung menafsirkan dunia secara subyektif.

    Dengan demikian, orang tua harus bisa menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan antara dirinya terhadap anak lain.

    Memberikan pengertian seperti ini bisa menjadi salah satu cara mendidik anak introvert agar bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.

    Mengajak Anak ke Pesta

    Anak introvert mungkin tidak suka terlibat dalam kegiatan bersama orang alin.

    Namun jangan biarkan anak berdiam diri di rumah saja.

    Quietrev mengatakan, anak introvert sering merasa cemas di lingkungan baru.

    Jika memungkinan, datanglah ke pesta bersama anak lebih awal agar ia merasa nyaman.

    Selain itu bicarakan siapa yang akan berada di sana, apa yang akna terjadi, bagaimana perasaannya dan apa yang bisa ia katakan untuk memulai percakapan.

    Sedikit demi sedikit, lama kelamaan dia akan berani dan melawan rasa cemasnya untuk berinteraksi dengan orang asing.

    Memahami Apa Artinya Seorang Anak Introvert

    Hal ketiga yang harus dilakukan adalah memastikan bahwa orang tua memahami apa artinya seorang anak yang introvert.

    Anxioustoddlers menerangkan, masalah lebih besar muncul ketika orang tua yang ekstrovert tidak mengerti anak introvert.

    Ketika itu maka mengasuh anak bisa menjadi perjuangan.

    Padahal dengan memahami akan sangat membantu dalam melihat bahwa beberapa sifat anak cukup normal dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

    Jika anak lebih suka menghabiskan waktu sendirian di kamarnya, cobalah pahami dan berikan perhatian khusus kepadanya.

    Jangan Memanggil Anak dengan Sebutan Pemalu

    Menjadi anak introvert bukanlah sebuah hal yang mengerikan.

    Sebagai orang tua sebaiknya mendidik mereka dengan baik dalam keluarga, terutama dengan curahan kasih sayang dan perhatian.

    Verywellfamily mengungkapkan, anak-anak yang introvert sering disalah artikansebagai anak pemalu.

    Tetapi menjadi orang tertutup dan pemalu bukanlah hal yang sama.

    Ya, jika anak pemalu maka jangan biarkan dia mendengar orang tua memanggilnya seperti itu.

    Hal itu malah membuatnya mulai mengalami kegugupan sebagai sifat yang tetap dan memperburuk kepercayaan diri anak introvert.

    Menghargai Anak dan Memberikan Pujian

    Orang tua mana tidak ingin membesarkan anaknya menghadapu kehidupan yang sukses.

    Workingmother menjelaskan, jangan hanya menerima anak apa adanya.

    Sebaiknya orang tua menghargai dia.

    Ketika anak bisa berbaur dengan teman sebayanya di sekolah, cobalah berikan sebuah penghargaan dan pujian kecil baginya.

    Cara ini bisa memberikan kepercayaan diri dan membantu mereka lebih kuat secara mental.

    Itulah tips mendidik anak introvert sejak kecil.

    Terkadang yang dibutuhkan anak ialah sebuah perhatian untuk dia berbagi pikiran dan perasaanya.

  • Kelebihan Dan Kerugian Penggunaan Smartphone Bagi Anak

    Smartphone sudah menjadi barang penting ketika Anda ingin memotret maupun berkomunikasi dengan rekan kerja. Produk teknologi ini sangat mempengaruhi perkembangan hidup seseorang terutama pada anak-anak. Pengaruh terhadap tumbuh kembang anak sangat besar baik dari segi positif maupun negatif. Hal ini sangat penting diketahui mengingat si anak perlu pengawalan ketika menggunakan gadget.

    kelebihan dan kerugian pengguaan gadget pada anak

    Media telekomunikasi menyediakan beragam konten baik dari sisi positif hingga negatif. Tentu saja selaku orang yang lebih tua maupun orang tua, selalu peka dan perhatian ketika si anak memegang smartphone. Tidak selamanya smartphone dianggap buruk. Banyak manfaat bagi perkembangan kemampuan otaknya maupun skill dalam berkreativitas.

    Beberapa manfaat dan kerugian gadget bagi tumbuh kembang anak

    Manfaat Gadget

    Meningkatkan perkembangan motorik

    Kemampuan motorik berkaitan dengan kemampuan gerak-gerik anak ketika memainkan beragam tools yang ada di smartphone. hal itu dapat diketahui dari gerakan otot mata dan kemampuan tangan anak ketika memainkan game edukasi yang sudah terinstal di smartphone.

    Melatih cara berpikir

    Kemampuan berpikir anak dapat berkembang dengan pesat karena adanya unsur pemecahan masalah cukup ringan yang tersaji pada game edukasi. Selain itu, sang anak dapat menentukan solusi terbaik ketika dihadapkan dengan beragam tantangan yang harus dipecahkan ketika memainkan permainan.

    Menumbuhkan kreativitas

    Kreativitas anak akan tumbuh sejalan dengan perkembangan usianya. Hal ini tentu saja mendapat perhatian bagi orang tua untuk lebih jeli dan perhatian. Kreativitas anak dapat tumbuh ketika dihadapkan pada gambar maupun pensil warna. Namun, hal itu dapat dikembangkan dengan adanya game edukasi yang terinstal pada gadget.

    Kekurangan gadget

    Penglihatan terganggu

    Banyak manfaat yang dapat diambil jika mengambil sisi positif dari gadget. Selain itu, terdapat kekurangan penggunaan gadget terutama pada kesehatan. Salah satunya adalah terganggunya penglihatan. Hal ini diakibatkan karena mata secara terus-menerus menatap layar gadget tanpa istirahat. Namun, hal ini dapat dikurangi dengan menggunakan Bluelight Filter untuk mengurangi pengaruh buruknya.

    Sakit kepala

    Apakah Anda sering mengalami sakit kepala ketika menggunakan smartphone secara terus-menerus? Hal ini disebabkan adanya pola tidur yang tidak teratur akibat berkurangnya jam biologis. Hal ini disebabkan penggunaan smartphone secara terus-menerus hingga berjam-jam lamanya.

    Penggunaan smartphone tentu perlu jangka waktu tertentu sesuai kebutuhan. Produk inovasi ini memiliki dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Perlu kehati-hatian dan perhatian bagi orang tua ketika si anak memanfaatkan gadget untuk hiburan semata yang edukatif.

  • 6 Tips Pendidikan Mengenalkan Handphone Pada Anak Anda

    Djonews.com – Perkembangan dunia komunikasi memungkinkan hampir semua orang memiliki piranti canggih meliputi, handphone, laptop, tablet dan lain sebagainya.

    Hal ini sangat penting untuk diketahui usia anak-anak kini sudah mampu merambah handphone sebagai alat hiburan maupun edukasi.

    Namun, perlu pendampingan serta usia yang tepat untuk si kecil karena tidak selamanya handphone memberikan pengaruh baik tanpa pendampingan.

    Orang tua tentu bisa memberikan stimulan terhadap anak dengan alasan yang baik untuk meingkatkan tumbuh-kembangnya.

    Hal ini tentu saja perlu diketahui bahwa si anak perlu meningkatkan daya kreatifitas dan kemampuan motorik melalui Handphone.

    Tapi, orang tua tetap mengusahakan agar si anak dapat berkomunikasi secara sosial dan menumbuhkan rasa empati terhadap orang lain.

    cara mengenalkan anak pada handphone

    Tak kalah pentingnya adalah perilaku orang tua itu senidri dalm menggunakan Handphone. Tak jarang orang tua juga terlalu berlebihan dalam memakai Handphonenya sehingga seringkali anak merasa terabaikan dengan adanya Handphone.

    Berikut tips agar hubungan sosial dalam keluarga menjadi sehat tanpa terintervensi adanya Handphone.

    Hindari tampak terlalu lama atau terlalu sering gunakan Handphone di depan Anak. Walaupun zaman sekarang ini semuanya serba canggih, serba teknologi, maka hindari menggunakan handphone di depan anak terlalu sering.

    Pastikan anda mempunyai perhatian yang lebih terhadap anak sehingga nantinya anak tidak akan menirukan perilaku berlama-lama di depan handphone seperti orang tuanya. Alangkah baiknya anda juga hindari perilaku makan sambil mengoperasikan ponsel atau duduk di depan komputer, televisi dan lain sebagainya.

    Anda tidak perlu untuk membelikan handphone terlalu dini untuk anak anda. Sebenarnya tidak ada salahnya kalau anda ingin membelikan ponsel ke anak anda, akan tetapi anak belum benar-benar memerlukannya.

    Karena, Hal ini akan berdampak di masa depan anak, ia akan kehilangan masa kecilnya, yang mana seharusnya bermain bersama orang tua, teman dan waktu untuk belajar, tetapi itu semua malah tersita oleh sebuah handphone.

    Hal yang perlu dilakukan ketika mengenalkan Handphone pada anak

    1. Selalu upayakan tatap muka.

    Batasi mengirim e-mail dan pesan instan kepad keluarga di rumah. Tunjukkan sentuhan pribadi melalui komunikasi tatap muka. Tidak harus menghabiskan banyak waktu,orang tua cukup membuat anak menjadi sesuatu yang berharga.

    2. Tetapkan zona Handphone free

    Bisa diterapkan ruangan bebas Handphone seperti di kamar dan ruang makan angan biarkan laptop, handphone, dan alat-alat teknologi lainnya mengganggu waktu kebersamaan anak dan orang tua.

    Perlu anda ketahui Bagaimana sebuah keluarga akan dapat saling mendekatkan diri satu dengan yang lainnya, kalau orang tuanya dan anaknya sama-sama masih disibukan dengan mengoperasikan handphone masing-masing.

    3. Tidak ada Handphone di kamar

    Kebiasaan orang dewasa mungkin masih memanfaatkan Handphone ketika akan tidur. Hal ini sangatlah tidak dianjurkan karena dapat memicu dampak buruk bagi kesehatan, sehingga bagi Anda yang ingin mengajarkan anak memanfaatkan handphone seoptimal mungkin. Berusaha untuk menghindarkan si buah hati dari penggunaan Handphone sangat perlu agar tidak kecanduan.

    4. Tetapkan batasan waktu

    Memberikan batasan waktu terhadap penggunaan handphone terhadap anak memang agak susah, apalagi sudah mulai terbiasa dengan Handphone.

    Tentu Anda perlu mengetahui berapa usia ideal bagi anak untuk bisa memegang Handphone. Menurut beberapa ahli menyatakan usia ideal yang dapat dijadikan pilihan adalah usia 11 tahun.

    Nah, mengajak anak untuk bernegosiasi sekaligus mendampinginya ketika bermain Handphone sangat penting untuk tumbuh kembangnya.

    5. Jauhkan Handphone saat kegiatan bersama keluarga.

    Selama acara kumpul bersama keluarga, marilah untuk membiasakan untuk jauhkan segala jenis Handphone. Bisa anda lakukan janganlah meletekan handphone di atas meja, karena segala notifikasi dari handpohne anda akan dapat mengalihkan perhatian atau bisa juga anda mematikan data bahkan mematikan daya handphone anda supaya waktu luang anda bersama keluarga tidak terfokuskan dengan handpohne.

    Jangan membuat anak menjadi marah/sakit hati, dan nanti anak akan membalasnya dengan asyik bermain handphonenya-nya sendiri. handphone bukan prioritas utama

    6. Mendampingi buah hati

    Pendampingan sangat perlu dilakukan karena tumbuh kembang anak sangat memerlukan perhatian orang tua. Ketika Anda berusaha untuk mengenalkan si kecil dengan Handphone. Pilihan aplikasi permainan edukatif sangat penting untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan inteligensinya.

    Yang terpenting dari kesemuanya adalah kesadaran bahwa Handphone hanyalah alat bantu manusia, maka penggunaan Handphone yang bijak, baik untuk anak maupun orang tua akan menghindarkan kita semua dari perilaku negatif dari pengguanaan Handphone yang tidak bijak.

    Perkembangan anak tentu mengalami proses peneladanan dari kedua orang tuanya sehingga memberikan contoh yang tepat sangat diperlukan. Tentunya, mengajarkan anak terhadap Handphone diperlukan beberapa pembelajaran dan pengajaran yang penting bagi orang tua agar si anak dapat menggunakan Handphone seoptimal mungkin.

  • 7 Bahaya Yang Ditimbulkan Akibat Kecanduan Handphone Pada Anak

    Perkembangan gadget membuat sekat-sekat dunia global tidak terbatas sehingga memungkinkan Anda bisa berkomunikasi dengan seseorang di berbagai belahan bumi. Hal ini adalah sisi positif yang bisa di ambil dari penggunaan gadget. Namun, apakah Anda tahu ada apa gerangan yang terjadi jika Anda memanfaatkan gadget secara terus-menerus? Nah, penggunaan gadget secara berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan dan kondisi psikis seseorang.

    Perkembangan handphone yang semakin marak dengan dibanderol harga murah memungkinkan semua kalangan baik kelas atas hingga bawah memiliki handphone dengan harga yang bervariasi. Tentu, ini baik karena dapat meningkatkan efisiensi dalam bekerja. Namun, perlu Anda ketahui jika penggunaannya hingga mencapai kecanduan tingkat tinggi, terdapat beberapa penyakit yang mulai menghantui Anda.

    bahaya anak kecanduan handphone
    Anak-Anak Bermain Gadget

    Handphone memanglah menjadi salah satu alat yang sangat membantu dan memudahkan pekerjaan sehari-hari kita. Banyak aktivitas yang dapat dikerjakan dengan hanya melalui handphone, mulai dari membaca buku/novel/komik atau lain-sebagainya, menonton film, browsing, melakukan transaksi keuangan, memesan ojek, memesan makanan, bermain game, dan masih banyak lagi yang dapat dilakukan hanya dengan handphone. Oleh Karena itu, hampir sebagian orang tidak dapat menjalani kegiatannya satu haripun tanpa ada handphone di dekatnya.

    Seiring dengan perkembangan dunia teknologi, maka handphone pada saat ini pun sudah banyak berkembang menjadi semakin canggih bahkan dengan harga yang murah. Anda dapat mengerjakan aktivitas banyak hal dengan hanya menggunakan satu alat elektronik yang kecil ini. Oleh karena itu, hampir semua orang, terutama anak-anak selalu membawa handphone dimanapun dan kemanapun mereka akan pergi. Coba anda perhatikan, apakah anak anda termasuk salah satu anak zaman sekarang yang kecanduan handphone? Maka Hati-hati, ini dampaknya bagi kesehatan.

    Beberapa Bahaya Yang Ditimbulkan Akibat Kecanduan Handphone Yang di Alami Anak

    1. Gangguan Mata

    Perlu anda mengerti bahwa Mata yang terlalu sering digunakan untuk menatap layar handphone akan menjadi kering dan timbul rasa panas di mata. Jika kecanduan handphone ini selalu dibiarkan begitu saja terlalu lama, maka mata bisa cepat lelah, mata akan merasakan kondisi tidak nyaman, berwarna merah, dan akan terjadi timbul gangguan penglihatan pada mata, seperti penglihatan mata menjadi kabur, menjadikan minus mata bertambah, dan lain-lain.

    2. Insomnia

    Penggunaan gadget sebelum tidur membuat Anda susah tidur. Hal ini berkaitan dengan tekanan terhadap hormon melatonin dalam tubuh yang memiliki fungsi membantu proses saat Anda terlelap. Aktivitas menggunakan gadget sebelum tidur memungkinkan hormon ini terganggu karena cahaya mobile membuat Anda berada di mode setengah sadar sehingga membuat Anda susah untuk tidur dan masih tetap terjaga.

    3. Nomofobia

    Penyakit baru yang menjangkiti hampir 66 persen orang di seluruh dunia. Hal ini sangat penting untuk diketahui bahwa no mobile phone phobia dapat membuat si penderita sangat cemas apabila handphone yang dimilikinya tidak dalam genggaman. Phobia ini dapat membuat penderita mengalami cemas berlebih, berkeringat dan gemetar. oleh karena itu jangan sering-sering memfasilitasi handphone pada anak anda.

    4. Mengganggu Konsentrasi Belajar

    Kebiassaan bermain handphone dan tidak bisa berhenti untuk bermain dengan handphone, maka kegiatan belajar anak yang mempunyai sindrom nomofobia ini pun pasti akan terganggu, karena hampir sebagian besar waktu yang digunakan anak hanya untuk bermain handphonenya saja dan ia sulit untuk berkonsentrasi saat sedang belajar di sekolah mauun di rumah, sehingga akhirnya prestasi dia di sekolah pun akan menjadi menurun dan terganggu.

    5. Tinnitus

    Apakah anak Anda sering menggunakan handphone untuk telepon dalam jangka waktu yang lama? Nah, mulai sekarang Anda perlu berhati-hati karena efek buruk yang ditimbulkannya dapat menyebabkan telinga berdengung dan mulai mendengar suara-suara tertentu.

    6. Tendinitis

    Penyakit ini lebih dikenal dengan nama Blackberry thumb atau texting thumb. Nah, bagi Anda yang mulai merasakan nyeri dan mati rasa ketika melakukan “typing “. Hal ini menandakan bahwa terdapat kerusakan pada otot maupun tendon pada jari-jari tangan karena terlalu sering mengetik pada keypad. Nah, Anda perlu khawatir dan perlu berkonsultasi kepada dokter ahli apabila sudah terjangkit penyakit ini untuk pengobatan lebih lanjut.

    7. Mempunyai Jiwa Sosial yang Kurang

    Apakah anda Pernah mendengar ungkapan dari kata-kata ini “handphone mendekatkan yang jauh, dan menjauhkan yang dekat”? Ternyata memang benar, akibat dari kecanduan handphone akan menyebabkan anak hanya ingin berkomunikasi dengan orang lain hanya melalui aplikasi chatting yang ada di handphonenya saja dan tidak mau saling bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya bahkan teman-teman dekatnya. Akibatnya, hubungan sosial anak, pertemanan bahkan keluarga pun jadi merenggang dikarenakan terlalu sering bermain dengan handphonenya.

    Penggunaan gadget secara berlebihan mengakibatkan dampak buruk bagi kesehatan maupun kondisi psikis seperti depresi. Terkadang seseorang lebih tertekan apabila dihina maupun dicaci di media sosial. Hal ini sudah mulai terjadi salah satunya adalah depresi facebook. Tentu, Anda perlu berhati-hati dan tetap menjaga jaringan sosial di dunia nyata.

  • Cara Membantu Anak yang Dijauhi Teman

    Selama ini banyak orang mengangap tindakan perisakan atau bullying sebagai konflik face-to-facce. Perilaku yang ditangkap jelas sebagai tinddakan bullying misalnya mendorong, memukul, menjambak ddan berbagai kekerasan fisik lain.

    Selain kekerasan fisik, tindakan bullying juga akrab dikenal masyarakat misalnya mencemooh, memanggil nama dengan tidak sopan, menjadikan anak sebagai obyek bercandaan yang inimidatif dan lan-lain.

    Namun, ada bentukk intimidasi lain yang terkesan lebih halus yang disebut agresi relasional. Bentuk intimidasi ini berupa penolakan dan pengucilan anak. Biasanya jenis intimidasi ini dialami oleh anak jelang remaja hingga sekolah menengah atas, bahkan seringkali dialami oleh orang dewasa di tempat kerja.

    Penolakan Sosial, Luka Batin Seumur Hidup

    Mengatasi penindasan seperti ini bukanlah hal yang mudah bagi orang dewasa, apalagi anak-anak. Jika tak segera ditangani, penindasan ini dapat berbuah luka batin hingga depresi yang bahkan memicu anak bunuh diri. Mengapa? Karena di usiaa pra-remaja hingga remaja, teman sebaya merupakan hal yang penting dalam kehidupan seorang anak.

    Dampak dari penolakan dan pengucilan ini akan melukai anak secara emosional. Bahkan berpengaruh pada nilai akademisnya. Jika seorang anak remaja bertumbuh menjadi orang dewasa yang pernah mengalami penolakan dan tidak tersembuhkan, ia akan terbentuk menjadi sosok yang merasa dirinya tidak berharga, tidak bernilai, rendah diri dan terbuang.

    Kita tak dapat menghndari terjadinya gesekan dalam kehidupan sosial. Tetapi, jika saat ini anak mengalami intimidasi jenis ini, berikut Djonews.com punya beberapa tips untuk membantu orang tua mengatasi masalah yang dihadapinya, dilansir dari vewrywellfamily.com :

    1. Hargailah Perasaanya

    Ketika anak berani terbuka tentang pengalaman menyakitkan yang dialaminya, pastikan ia merasa aman dan nyaman berbagi perasaanya dengan kamu sebagai orang tuanya. Hindari bereaksi berlebihan atau berniat menghadapi sang pelaku tanpa izin anak.

    Jangan pula mempermalukan anak karena ia diasingkan. Hindari mengatakan padanya bahwa ia harus berani melawan, ahrus lebih keras berusaha agar disukai lingkungan sosialnya. Alih-alih melakuka hal tersebut, fokuslah pada mendengarkan ceritanya dan berempati terhadap perasaannya. Berikan pemahaman padanya, bahwa tak seorang pun boleh dikucilkan dan berikan pandangan padanya bahwa ia berharga dan punya banyak hal yang bisa dilakukannya untuk orang sekitar.

    2. Diskusikan Tentang Apa yang Bisa Dikendalikan dan Tidak

    Dikucilkan, ditolak, dijauhi adalah hal-hal yang tak dapat kita kendalikan.. Begitu pula apa yang dikatakan dan dipikirkan orang lain terhadap kita. Tekankan pada anak tentang hal yang tidak bisa dikendalikan ini. Tapi, dia bisa mengendalikan bagaimana ia merespons tindakan intimidasi ini.

    Bukalah ruang diskusi dengannya untuk menghasilkan ide-ide tentang bagaimana menangani situasi yang tidak enak dan mengatasi intimidasi yang ditujukan padanya. Cara ini akan meminimalisir perasaan tak berdaya. Sebaliknya, anak akan merasa lebih percaya diri dan berdaya dengan berbagai pilihan yang berbeda.

    3. Dorong Anak Keluar dari Perasaan Teraniaya

    Sangat mudah jatuh ke dalam perasaan teraniaya alias victim-thinking saat menghadapi masalah ini. Jika terus-terusan terjadi, dapat menghambat anak menjadi pribadi yang kuat dan solutif menghadapi masalah.

    Memang, yang dialami tidak adil dan menyakitkan. Tetapi tidak berarti ia ‘boleh’ terus berkubang dalam perasaan duka dan menjadi korban selamanya. Dorong anak untuk lepas dari situasi ini sehingga masalah ini tidak mendefinisikan dirinya sebagai seorang anak yang lemah.

    4. Beri Saran dan Jangan Turun Tangan

    Sebagai orang tua, kami paham jika kamu mungkin merasa tidak tega dan marah terhadap apa yang dialami. Tetapi, tahan keinginan untuk mengambil alih situasi ini, tidak peduli seberapa besar dorongan dari dalam hati orang tua.

    Untuk anak-anak jelang remaja, masalah ini bisa menjadi cara melatihnya menangani situasi dan mencari solusi atas permasalahan pribadi. Hindari memanggil orang tua sang pelaku bullyinng tanpa sepengetahuan dan seizin anak. Tunjukkan padanya bahwa kamu percaya ia dapat mengambil keputusan terbaik. Hal ini akan membangun kembali harga dirinya dan melatih ketegasannya.

    5. Membentuk Lingkungan Pertemanan yang Sehat

    Lingkungan pertemanan yang sehat adalah salah saatu cara terbaik mencegah intimidasi. Memiliki setidaknya satu teman yang loyal akan menumbuhkan rasa memiliki pada anak, yang bisa menghapus dampak penolakan di lingkungan sebelumnya. Carilah cara-cara yang dapat membantu anak mengembangkan lingkungan pertemanannya.

    Dorong ia berteman di tim olahraga, di sekitar rumah atau kegiatan lainnya. Berikan pemahaman padanya bahwa orang-orang yang tidak mengacuhkannya bukanlah satu-satunya. Ia masih punya teman-teman baik yang potensial di luar sana. Alih-alih memusatkan perhatian pada apa yang dilakukan sang pelaku bullying padanya, sebaiknya mencurahkan perhatian dan tenaga untuk mengendalikan situasi dengan cara mencari teman baru sebanyak-banyaknya.

    Peranan orang tua sangat penting menghadapi masa sulit ini. Pada dasarnya, anak hanya membutuhkan dukungan, butuh didengar dan empati. Namun, ia juga butuh didorong agar kuat. Biarkan ia tahu orang tua dan keluarga ada di belakang untuk mendukungnya, tetapi ia juga punya kekuatan dan kemampuan untuk mengatasi situasi ini.

    Semoga tips ini menginspirasi keluarga kamu, ya!