Tag: Nelayan

  • Harga Kerang Hijau Anjlok, Nelayan Merugi

    Semarang – Nelayan yang berada di Tambak  Rejo,  Kelurahan  Tanjung  Mas,  Kecamatan  Semarang  Utara mengeluh lantaran harga kerang hijau saat ini turun ini disebabkan oleh produksi kerang hijau di wilayah tersebut melimpah.

    Salah satu nelayan uang bernama Mashur mengatakan bahawa selama pandemi harga kerang hijau cukup murah dirinya meminta kepada pemerintah untuk memberikan solusi supaya harga kerang hijau stabil.

    “Ya kerang hijau sekarang turun harganya, siapa tau pemerintah membantu dalam proses pemasarannya agar harganya ga anjlok,” terangnya.

    Perlu diketahui, harga kerang hijau biasanya di kisaran Rp 8 ribu untuk per kilogramnya. Sekarang harga kerang hijau turun di angka Rp 4 ribu.

    Walaupun demikian, dirinya tetao bersyukur bahwa masih mendapatkan bantuan bahan bakar minya dari pemerintah dengan begitu dirinya masih tetap bisa melaut.

    “Alhamdulillah masih ada bantuan pemerintah solar 455 liter untuk 1 kelompok dari DKP, lumayan masih bisa melayut,” tutupnya.koh

  • Badai La Nina Serbu Nelayan Pesisir Selatan

    Semarang – Saat ini nelayan menghadapi dilema karena da Badai La Nina yang akan datang di sepanjang pesisir selatan Jawa Tengah akibatnya banyak ribuan nelayan kecil yang tidak dapat melaut sehingga membuat penghasilan berkurang.

    Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Jawa Tengah, Fendiawan Tiskiantoro, menyatakan bahwa ada lebih dari 2.000 nelayan kecil di perairan Kabupaten Purworejo, Cilacap, dan Kebumen tidak bisa melaut sama sekali.

    “Badai ini akan berdampak sekali kepada penghasilan mereka,” kata Fendiawan, Kamis (15/10/2020).

    Badai La Nina ini akan membuat gelombang laut mencapai 3 meter. Apalagi, nelayan kecil di tiga daerah tersebut hanya memakai perahu kecil dengan kekuatan mesin 5 gross ton. Sehingga sangat membahayakan apabila dengan kondisi tersebut tetap dipaksakan untuk melaut.

    “Biasanya mereka menggunakan perahu kecil atau sampan ke laut lepas jika tidak ada badai La Nina. Karena kondisi sekarang, mereka tidak berani melaut,” ujarnya.

    Untuk saat ini Badai La Nina, hanya memberi dampak terhadap nelayan di pantai Selatan. Sedangkan untuk nelayan di pantai utara masih normal.

    “Saat ini kita masih melakukan pemantauan di pesisir Selatan dan Utara,” tandasnya.wid

  • Gelombang Laut Tinggi , Nelayan Enggan Melaut

    Djonews.com – Semarang, Masyarakat pesisir pantai cukup memperihatinkan ditengah-tengah pandemi Covid-19. Salah satunya dialami nelayan tradisional di Kampung Tambaklorok, Kota Semarang. Keprihatinan itu akibat ancaman gelombang tinggi yang berpengaruh pada hasil tangkapan ikan

    Salah satunya, Sabar ,48, yang mengaku harga jual ikan saat memang perlahan-lahan mulai membaik. Hanya saja apabila dibanding, harga jual ikan saat awal-awal pandemi memang mengalami penurunan.

    “Tapi kalau hitungan saat pandemi ini, harga sudah mulai normal dikit-dikit. Dibandingkan kemarin pas awal-awal pandemi Corona itu,” kata Sabar, disela-sela mencari ikan, Rabu (8/7).

    Sabar menerangkan, saat ini harga ikan teri sudah mencapai Rp 10 ribu per kilonya. Di mana sebelum pandemi, Ikan Teri memiliki harga jual Rp 15 ribu per kilonya. Lalu ikan Petek, saat ini Rp 3 ribu perkilonya. Sebelumnya hanya dihargai Rp 5 ribu perkilonya. Menurutnya hal itu sudah cukup membaik karena saat kabar Covid-19 mulai menyebar harganya lebih dibawah standar. Namun demikian, Sabar mengungkapkan, jika saat ini tangkapan ikan bisa dibilang masih sedikit.

    “Tadi malam saja, kami cuma dapat 60 kilogram, tangkapan kita ikan ikan kecil saja. Setelah dijual, semua kru kapal dapat uang hasil penjualan Rp 40 ribu per orang. Sedangkan tadi malam kita berangkat 10 orang, jadi hasil tangkapan sudah di potong biaya operasional kapal,” jelasnya.

    Pihaknya juga memiliki kekhawatiran karena merasakan sendiri tingginya gelombang air laut. Hal itu pula yang membuatnya was-was melaut, apalagi jangkauan kapal tradisional hanya pada radius sekitar 4 KM. Dikatakannya, mayoritas nelayan di Tambaklorok pergi mencari ikan di saat malam hari, tentunya lebih khawtair adanya gelombang air. Selain itu para nelayan mayoritas menggunakan kapal ukuran kecil segingga tidak berani untuk melaut.

    “Kami biasanya berangkat jam 7 malam pulang jam 3 pagi. Karena kalau siang sampai sore gelombangnya lebih tinggi. Jadi kami nggak berani kalau ombaknya besar, apalagi kemampuan kapal ukuran kecil terbatas, makanya kalau malam itu kita banyak muter-muter aja di laut cari gerombolan ikan,”sebutnya.

    Sementara itu, nelayan lain yang bernama Ardi ,40, mengeluhkan hasil penjualan ikan yang menurun di masa Covid-19 ini. Dia mencontohkan dengan harga ikan teri yang semula per Kg dihargai Rp15.000 kini hanya Rp10.000. Ikan petek yang normalnya Rp5.000 sekarang Rp3.000. Begitu pula harga ikan teri nasi yang harusnya bisa Rp40.000 anjlok menjadi Rp25.000.

    Baru-baru ini, BMKG Stasiun Maritim Tanjung Mas Semarang juga telah merilis peringatan dini gelombang setinggi 1,25 m sampai 2,5 m yang berpeluang terjadi di perairan Jawa bagian tengah. Peringatan tersebut berlaku dari 7-9 Juni 2020.lius

    Baca Berita Harian Semarnag DiBaca Berita Harian Semarnag Klik Disini