Tag: Dinkes Semarang

  • Pemkot Semarang Sediakan Vaksin Booster

    Djonews.com, SEMARANG – Sebanyak 70 persen masyarakat Kota Semarang sudah bisa melakukan booster kedua.

    Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang telah membuka vaksinasi booster kedua bagi masyarakat umum di fasilitas kesehatan milik Pemerintah Kota Semarang.

    Kepala Dinkes Kota Semarang, Moh Abdul Hakam mengatakan, angka 70 persen tersebut berdasarkan data Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KCPEN).

    Masyarakat yang sudah bisa melakukan vaksinasi booster dosis kedua adalah mereka yang sudah mendapat vaksinasi booster pertama minimal enam bulan dari penyuntikan.

    Dinkes Kota Semarang membuka pelayanan vaksinasi booster kedua di 37 puskesmas.

    Selain itu, pelayanan vaksinasi juga dilakukan di Public Safety Center (PSC) 119.

    Pelayanan vaksinasi di PSC 119 dibuka hingga malam untuk mengakomodir masyarakat yang tidak bisa ke fasilitas kesehatan pada pagi hari.

    “Misal jam 12 di puskesmas sudah tutup, silakan ke PSC buka sampai malam. Lokasinya berada di sebelah Rumah Dinas Wali Kota yang ada di kawasan Manyaran,” ucap Hakam, Selasa (24/1/2023).

    Kali ini, pihaknya mengakomodir para pegawai Pemerintah Kota Semarang untuk vaksinasi booster kedua di Lobby Kantor Wali Kota Semarang. Masyarakat juga bisa memanfaatkan payanan disana.

    Adapun pelayanan di tempat publik, misalnya pusat perbelanjaan, saat ini belum diadakan mengingat stok vaksin saat ini belum banyak.

    Stok vaksin yang dimiliki Dinkes saat ini sebanyak 4.566 dosis jenis pfizer dan 530 dosis jenis Indovac.

    “Jadi, kalau kami buka di mall tidak cukup. Kami mainkan di pusat pelayanan. Kalau jumlah vaksin vanyak, peran masyarakat tinggi, insyaallah kami buka di mal,” sambungnya.

    Dia berharap, semakin banyak masyarakat mengikuti vaksinasi booster kedua akan semakin meningkatkan persentase antibodi di Kota Semarang meski saat ini hasil survei antibodi belum dirilis.

    Saat ini capaian vaksinasi booster kedua untuk tenaga kesehatan (nakes) dan lansia sudah 20 persen.

    “Kalau masyarakat sudah mulai, persentasenya semakin tinggi, antibodinya naik. Harapannya tidak ada kasus baru,” ucapnya.

    Hakam mengaku, target vaksinasi booster kedua bergantung pada peran sert masyarakat falam mengikuti vaksinasi. Dinas sudah menyiapkan tenaga dan tempat untuk program vaksinasi.

    Namun, jika hal itu tidak diikuti oleh peran serta yang baik dari masyarakat untuk melakukan vaksin, targetpun tidak bisa cepat.

    “Target berapa lama, saya kembalikan ke masyarakat peran sertanya bagaimana. SDM kami siapkan, tempat kami siapkan, vaksin menipis kami mintakan. Keempat, masyatakatnya mau vaksin atau tidak. Kami tetap upayakan dan edukasi,” paparnya.(Putra Janoko)

  • Pedagang Dilarang Jualan Jajanan “chiki ngebul”

    Djonews.com, SEMARANG – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang melarang pedagang yang masih menjajakan “chiki ngebul” untuk tidak memperjualkan ke anak-anak. Sebab membahayakan bagi kesehatan,

    Kepala Dinkes Kota Semarang, Abdul Hamim mengungkapkan selain dilarang menjualkan makanan ringan tersebut jajan “chiki ngebul” juga tidak mendapatkan izin edar dari BPOM.

    “Jajanan yang dicelupkan ke nitrogen cair atau chiki ngebul bahaya untuk kesehatan, kami bareng BPOM melakukan pengawasan dan mendapati di Semarang Zoo ada satu pedagang yang menjualkannya,” katanya, Rabu (25/01/2023).

    Sebagai informasi, bahan pembuatan “chiki ngebul´ sebenarnya merupakan bahan yang memiliki izin edar hanya saja bahan-bahan yang digunakan bukan sesuai dengan peruntukkannya.

    “Sebetulnya bahan-bahan yang dipakai berizin. Karena pada saat dilakukan pengawasan, izin edarnya ada, ED-nya (expired date/tanggal kedaluwarsa) ada. Cuma pemanfaatannya yang kurang tepat,” katanya.

    Hakim sapaan akrabnya menambahkan sampai saat ini nitrogen cair dapat digunakan untuk keperluan medis, tetapi semestinya tidak boleh digunakan untuk pembuatan makanan. Maka jika digunakan untuk makanan akan mengganggu saluran pernafasan.

    “Kami menggerakkan petugas puskesmas untuk mengawasi penjualan jajan di sekolah-sekolah serta menyampaikan rekomendasi kepada instansi pemerintah terkait,” tambahnya.

    Jajanan “chiki ngebul” atau “nafas naga” sempat digemari karena memberikan sensasi dingin serta membuat asap keluar dari mulut dan hidung saat dikonsumsi.

    Namun, konsumsi jajanan tersebut dilaporkan menimbulkan masalah seperti luka bakar, kerusakan organ, dan keracunan di beberapa daerah, termasuk Tasikmalaya, Ponorogo, dan Bekasi.(Muhammad Aries Nugroho)