Tag: Anak

  • Wajib Tahu apa itu Toxic Parents? Hati2!

    Wajib Tahu apa itu Toxic Parents? Hati2!

    Dalam kehidupan seorang anak, pantas baginya untuk hidup di keluarga yang bahagia dan mencintainya. Namun dalam instilah psikologis terdapat istilah toxic parents.

    Toxic Parents, tipe orang tua yang mengatur anaknya agar sesuai dengan kehendaknya tanpa menghargai pendapat serta perasaan sang anak, bersifat destruktif, kasar, dan mampu meracuni psikologis anak.

    Kondisi seperti ini berlaku bagi orang tua yang berperilaku buruk, baik ucapan maupun perbuatan. Dan ternyata toxic parents juga berlaku bagi orang tua yang bertindak akan suatu hal yang meracuni keadaan psikologis anaknya.

    Jenis toxic parents yang tak terlihat seperti ini akan lebih berbahaya bagi anak, sebab kondisi toxic parents dapat menimbulkan rasa ketakutan dan terkekang bagi anak.

    Sangat mungkin terjadi orang tua terlihat begitu normal, memenuhi kebutuhan sang anak, tidak menyakiti fisik dan bahkan berkeinginan akan hal terbaik bagi anaknya. Namun, ada beberapa perilaku yang justru meracuni pribadi sang anak.

    Tentu kita sepakat bahwa orang tua tidaklah menyengajakan anak untuk menderita, bahkan berlaku kejam kepada mereka. Dalam hal ini, orang tua juga manusia yang dapat pula berbuat kesalahan yang tanpa disadari menjadi “racun” sang anak.

    Mungkin juga, tanpa disadari salah satu dari kita… eciyee kita.. wkwk
    bisa jadi merupakan korban toxic parents atas pola asuh yang tak sesuai di masa lampau.

    Akibat yang sering terjadi bagi anak yang terperangkap toxic parents ialah mudah menyalahkan diri sendiri atau tingkat kepercayaan diri yang rendah.

    Apa Saja Perbuatan Toxic Parents?

    Wajib Tahu apa saja perbuatan Toxic Parents itu Hati-hati

    1. Ekspektasi Berlebih

    Salah satu tanda toxic parents yang paling sering terjadi dan kemungkinan besar kita pernah mengalaminya. Kadang kala mimpi dan cita-cita seorang anak dapat dengan mudah dibuyarkan dengan ekspektasi orang tua yang berlebihan.

    Ketika seorang anak ingin menjadi sesuatu hal, orang tua membuyarkan mimpinya dengan memberi segala bentuk komentar negatif tanpa memberi penyadaran dan saran yang dapat dijadikan acuan mereka.

    Ingatlah, anak belum dapat berfikir selayaknya orang tua. Mereka perlu bimbingan bukan tuntutan!

    Ekspektasi yang terlalu tinggi menjadi standar umum orang tua untuk menjadikan dasar kebaikan anaknya. Dengan kata lain, semakin tinggi semakin baik, anak akan bahagia bila menuruti ekspektasi orang tuanya.

    Kenyataanya, terkadang orang tua lupa untuk berfikir dengan sudut pandang sebagai anak. Dengan berfikir “apakah ini mimpi anakku?”, “apakah anak kita dapat memenuhi ekspektasi kita?”

    Yang umumnya terjadi, ekspektasi berlebih yang tak mengindahkan posisi anak hanya akan membuatnya merasa terbebani. Biasanya hal ini dijumpai terlaksana oleh orang tua generasi awal.

    2. Pengawasan Berlebih

    Pengawasan yang kurang termasuk penyebab terjadinya cedera, namun demikian saat anak bermain orang tua tetap harus memastikan mereka berada dalam pandangan mata.

    Youniversetherapy menyebut, terdengar paradoksal. Namun orang tua yang over protectif hanya akan memudarkan rasa percaya diri sang anak. Padahal hal ini sangan berdampak bagi anak untuk menghadapi dunia.

    Maka awasi mereka dengan tidak berlebihan, agar mereka juga dapat mengenali dan memahami batasan-batasan dengan baik dikemudian harinya.

    3. Berbicara akan Keburukan Anak

    Sama halnya dengan orang tua, anak-anak pun sejatinya memiliki harga diri yang perlu dijunjung tinggi. Ucapan kecil seperti, “Wah, anak ini susah bangun pagi!” juga merupakan pembicaraan buruk bagi seorang anak.

    Meski itu bentuk kenyataan yang dihadapi orang tua, bila anak mendengar ucapan ini maka hatinya akan terluka. Dan tidak lepas dari kemungkinan akan terbalas sebagai sebuah “dendam yang tak terencana”. Mudahnya, anak tidak berniat membalas namun orang tua merasa tersakiti.

    Bahkan, bila hal ini terus berkelanjutan maka anak dapat kehilangan kepercayaan diri, tumbuh rasa rendah diri dan yang terjelek adalah mempermalukan anak sendiri di hadapan orang lain. Seharusnya, orang tua dapat menjaga privasi seorang anak.

    4. Terlalu Kritis

    Keterkritisan orang tua akan berdampak buruk bagi mental seorang anak. Ini merupakan aliran konstan yang muncul akibat berbagai pemikiran yang berlebihan.

    Melansir dari pemaparan Healthline, orang tua yang terlalu kritis pada anak sejak usia dini akan sangat mungkin menghambat perkembangan emosional mereka.

    Titik terburuk dari ciri toxic parents yang satu ini akan menyebabkan anak tak dapat menyalurkan minat serta bakatnya di bidang apapun.

    Sebab sikap terlalu kritis ini akan membuat pola pikir anak menjadi “gak ah, nanti salah”, “paling juga nanti salah”. Sehingga anak akan lebih memilih untuk diam dan tak melakukan apapun.

    5. Egois

    Toxic Parents dengan kriteria ini terbiasa menilai segala sesuatu berdasar perasaannya, berusaha mengendalikan anak dengan ancaman dan pelecehan emosional.

    Pernahkah kamu sebagai orang tua memarahi anak sembari berkata, “Apa kamu tidak kasihan sama Ayah/ Ibu?” atau “Apa kalian ingin Ayah/ Ibu cepat mati?”

    Seakan hal yang sepele, namun nyatanya tindakan seperti ini dapat membuat anak merasa terbebani, bahkan dapat berdampak buruk bagi perkembangan psikologisnya. Mereka harus bertanggung jawab atas segala bentuk perasaan orang tuanya.

    Menurut Ondinawellness, anak dengan luka tak terlihat ini akan tumbuh bersama orang tua yang egois dan akan tampak jelas efeknya saat menginjak dewasa.

    Bila maksud yang terkandung ialah mengajari anak untuk memahami perasaan orang lain atau melatih anak untuk berempati, akan jauh lebih baik dengan cara yang lebih efektif dan pendekatan yang tepat pula.

    Sebab orang tua dengan kepribadian egois merupakan sebuah gangguan mental yang mengharuskan kepentingan pribadi dan harus selalu didahulukan sebelum sang anak itu sendiri.

    6. Memutar-balikkan Situasi

    Seharusnya orang tua mampu bersikap sehat secara emosional demi menunjukkan kepedulian yang tulus pada perasaan anaknya.

    Melansir Psychcentral, orang tua yang menutupi kebenaran hanya demi diri mereka terlihat baik akan menggunakan bentuk penolakan, semua itu dilakukan hanya agar mendapatkan keinginan pribadi.

    Ciri toxic parents yang suka memutar-balikkan situasi ini akan menyimpan semua kesalahannya dalam-dalam. Dengan kata lain, tidak mau mengakui kesalahan yang telah diperbuat.

    Hal ini akan berdampak sangat buruk terhadap sikap dan cara berfikir anak hingga masa dewasa mereka nanti.

    7. Orang Tua Monster

    Bila kamu tidak menginginkan anak menjadi seorang “Monster”, maka bersikaplah tanpa sikap “Monster”. Kok monster, sih?

    Bagi anak, orang tua yang otoriter, suka memukul dan membentak merupakan monster dikehidupan nyata. Mungkin tujuan mereka agar anaknya dapat menjadi orang yang disiplin dan tidak manja.

    Namun, tindakan semisal itu justru hanya akan membuat anak menjadi monster seperti orang tuanya dulu saat ia masih kecil.

    Kamu perlu untuk sadar bahwa tugas menjadi orang tua adalah memberikan rasa aman bagi anak-anaknya. Kekerasan dan idelais bukanlah hal yang tepat dalam mendidik anak.

    8. Mengekang Emosi

    Menurut Verywellfamily, saat anak marah akan lebih mungkin bagi mereka untuk menyerang dengan pukulan disaat tak lagi memahami perasaannya.

    Bantulah anak untuk memupuk pula kebutuhan emosionalnya. Dengan menekan dan melarang anak mengeluarkan emosi hanya akan membahayakan kesehatan mentalnya.

    Padahal seharusnya, orang tua adalah penolong pertama anak dalam mencari sisi positif dari segala situasi. Bukan menyuruh mereka berhenti meluapkan emosinya dan mengikuti orang tua apapun yang terjadi.

    9. Rentenir yang Tak Terhindarkan

    Istilah ini jatuh kepada orang tua yang selalu mengungkit-ungkit akan besarnya biaya pengeluaran mereka demi memenuhi kebutuhan anaknya.

    Hal ini dijadikan sebagai umpan agar anak mau mengikuti keinginannya, seperti mekanisme pertahanan bagi orang tua saat anak ingin menentukan jalannya sendiri.

    Sebagai anak, pastilah sepakat bahwa pengorbanan orang tua teramat besar hanya demi masa depan cemerlang anak-anaknya.

    Namun, anak juga berhak untuk menentukan jalannya sendiri. Selain agar dia bisa hidup mandiri, anak juga akan mempunyai pengalaman untuk memilih pemecahan masalah.

    Tak perlu memaksakan kehendak kepada anak untuk mewujudkan keinginan sebagai orang tua.

    10. Bercanda yang Mengecilkan Hati

    Candaan ringan seperti warna kulit, bentuk tubuh, rambut gimbal sekilas terdengar biasa. Sering dijumpai bahwa materi ini menjadi bahan candaan di depan orang lain selain anak itu sendiri.

    Pernahkah orang tua melihat bagaimana ekspresi anaknya saat candaan-candaan ini terlontar dengan begitu mudahnya?

    Bila anak terlihat sedih, marah atau malu artinya materi candaan itu sudah keterlaluan. Bukan berarti anak sedang ber-“drama” atau terlalu sensitif.

    Akan tetapi, orang tua yang telah melanggar privasi seorang anak dan sebagai sesama manusia. Sangat mungkin terjadi harga dirinya terluka. Minta maaflah akan hal tersebut.

    11. Anak yang Selalu Salah

    Seperti roda kehidupan yang terus berputar, berada di posisi tertinggi dan terendah merupakan hal yang sangat wajar terjadi. Kita tidak mungkin selalu mendapatkan kebaikan terus-menerus tanpa cobaan.

    Ada kondisi di mana keluarga sedang dalam kondisi buruk, lalu orang tua menyalahkan anaknya. Maka inilah sikap yang termasuk dalam kategori toxic parents bagi seorang anak.

    Laman: 1 2 3 4 5

  • Wajib Tahu! 10+ Kumpulan Pantun Lucu untuk Anak

    Agar anak tidak gampang stres saat belajar, cobalah ajak dia untuk bermain pantun. Pernah, kan? Ketika kamu sekolah dulu diberikan tugas untuk membuat pantun. Baik pantun yang bersifat hiburan atau edukasi. DjoNews akan memberikan beberapa pantun yang di rangkum dalam Kumpulan pantun lucu untuk anak.

    Bagi anak-anak, membuat susunan kata menjadi sebuah pantun mungkin akan cukup menguras tenaga bagi mereka. Namun, bila berhasil anak akan dapat merasakan kepuasan atas hasil kerja keras dan mungkin bisa membuatnya bahagia bahkan tertawa terbahak-bahak.

    Bila pantun orang-orang dewasa akan bersinggungan dengan rasa cinta, maka akan beda cerita dengan dunia anak-anak yang tak terlalu serius bahkan cenderung sederhana dan mendidik.

    Pantun ini tak hanya menghibur, namun juga meliputi nasihat, membahas pendidikan, pertemanan, dan kegembiraan lainnya.

    Bila anak merasa stres dengan kegiatan rumahannya, cobalah untuk mengajaknya bermain pantun agar pikirannya dapat rileks kembali. Kamu dan anak bisa berbalas pantun sesuai dengan perasaan yang tengah dirasakan.

    Tak hanya menghibur, kegiatan ini juga akan menumbuhkan potensi kedekatan antara kamu dengan anak. Mari kita simak kumpulan pantun lucu untuk anak berikut ini:

    Kumpulan Pantun Lucu 4 Baris

    Dengar lagu berirama

    Tertawalah si adik manja

    Mari main bersama-sama

    Jangan duduk sendiri saja

    Pantun 1

    Burung dara terbang melayang

    Hinggapnya di pucuk dedahanan

    Setiap kali ayah pulang

    selalu saja ada makanan

    Pantun 2

    Sangat tajam giginya bajing

    Tajam seperti bambu runcing

    Lihat udin dikejar anjing

    Nenek takut sampai terkencing

    Pantun 3

    Ke pasar beli balon udara

    Di tengah jalan balonnya meletus

    Betapa hati sangat gembira

    Nilai ujian dapat seratus

    Pantun 4

    Pagi hari baca koran

    Baca berita orang hilang

    Bermain kejar-kejaran

    Badan sehat hati senang

    Pantun 5

    Lihat hiburan kuda kepang

    Penarinya sedang bergoyang

    Ayo kita ke tanah lapang

    Jangan lupa bawa layang- layang

    Pantun 6

    Burung merpati burung dara

    Terbang tinggi jauh melayang

    Hati ini amat gembira

    Sebentar lagi ayah pulang

    Pantun 7

    Rajut kain dengan benang

    Rajutnya dengan putri dayang

    Ayah pulang hati senang

    Wajah ibu juga riang

    Pantun 8

    Kancil melompat katak heran

    Katak lompat pelan-pelan

    Sebentar lagi kita liburan

    Ingin aku jalan-jalan

    Pantun 9

    Beli penggaris dari mika

    Cicak menatap hati merenung

    Ke mana yang kamu suka

    Liburan ke pantau atau gunung

    Pantun 10

    Angin meniup pohon ilalang

    Berkicaulah burung kutilang

    Ayo teman kita berpetualang

    Ayo kita jadi si bolang

    Pantun 11

    Benih padi sedang ditebar

    Burung mematuk sedang dikejar

    Ayahku memang sangat penyabar

    Jadilah aku suka belajar

    Pantun 12

    Pohon pinang besar di pangkal

    Tempat memanjat hewan kukang

    Penontonnya terpingkal-pingkal

    Celana penunggang melorot ke belakang

    Pantun 13

    Burung camar di tepi pantai

    Pantai indah banyak ombaknya

    Jadilah kamu anak yang pandai

    Sudah pasti banyak temannya

    Pantun 14

    Bunyi kereta tut tut tut

    Terdengar hingga Cisalak

    Upin lari terkentut-kentut

    Rupanya dikejar anjing galak

    Pantun 15

    Kumpulan Pantun 2 Baris

    Wajib Tahu! Kumpulan Pantun Lucu untuk Anak
    Wajib Tahu! Kumpulan Pantun Lucu untuk Anak

    Dengan pantun 4 baris mungkin akan sedikit membutuhkan pembiasaan, maka DjoNews juga membuat kumpulan pantun lucu untuk anak yang bisa juga kamu jadikan contoh.

    Mari simak kumpulan pantun lucu berikut ini:

    Pake gincu, pergi ke pasar

    Kakak lucu, kalau lagi lapar

    Pantun 16

    Bola pingpong dimakan gelatik

    Biar ompong yang penting cantik

    Pantun 17

    Buah nangka buah manggis

    Eh, gak nyangka aku manis

    Pantun 18

    Baju batik di atas pohon kedondong

    Mama cantik jangan ngelamun aja dong

    Pantun 19

    Stroberi, mangga, apel

    Sorry, Ma, aku nggak level

    Pantun 20

    Punya ragi, di atas loyang

    Selamat pagi, Mamaku sayang

    Pantun 21

    Buah duren, buah kedondong

    Papa keren, gendong aku dong

    Pantun 22

    Buah manggis air mendidih

    Kaka nangis nanti mama sedih

    Pantun 23

    Burung gelatik nyerang cendrawasih

    Dulu aku cantik sekarang juga masih

    Pantun 24

    Ikan hiu makan samyang

    I love you mamaku sayang

    Pantun 25

    Banyak, ya!? itu tadi beberapa kumpulan pantun lucu yang bisa kamu gunakan untuk bermain bersama anak-anak di rumah, atau sekolah.

    Semoga dapat menghibur dan mengobati penat!

  • Wajib Tahu! 5 Peran Ayah bagi Anak Perempuan

    Tidak hanya ibu saja yang memiliki peran penting dalam mendidik anak-anaknya, ternyata peran ayah bagi anak perempuan juga sangatlah berarti dalam hidup anak itu sendiri. Namun, baik ibu maupun ayah tentu berharap yang terbaik bagi anak-anak mereka.

    Yang sering terlupakan ialah peran seorang ayah yang ternyata tidak kalah penting dibanding peran ibu dari anak-anak itu sendiri. Ayah merupakan sosok pemimpin dalam keluarga yang setiap harinya akan mencari nafkah demi menghidupi anggota keluarga.

    Demi menyanggupi kebutuhan keluarga, hal ini yang kerap kali menjadikan ayah kurang dekat terhadap anaknya dibandingkan figur seorang ibu yang banyak waktunya tercurah untuk si buah hati.

    Utamanya anak perempuan, akan lebih mempunyai gap (jarak) dengan ayahnya karena perbedaan gender. Padahal kenyataannya, peran ayah bagi anak perempuan sangatlah penting.

    Lalu, apa saja alasannya ya? Mari simak 5 peran ayah bagi anak perempuan yang DjoNews rangkum dari beberapa sumber berikut ini:

    Ini dia 5 Peran Ayah bagi Anak Perempuan

    Wajib Tahu! 5 Peran Ayah bagi Anak Perempuan

    1. Mengenalkan Bentuk Cinta

    Cinta pertama seorang anak perempuan ialah ayahnya, kata dari sebuah pepatah. Hal ini disebabkan, saat kelahiran anak perempuan sesosok ayahlah yang menyambut dan menjaganya dengan sepenuh hati.

    Saat anak mulai tumbuh dan terus berkembang, anak perempuan akan mengenal bagaimana sebuah cinta yang tulus datang dan tanpa syarat yang mutlak dari figur sang ayah.

    Dengan demikian, saat buah hati telah menginjak usia dewasa dan tentunya akan merasakan manisnya jatuh cinta, ia akan mampu memilah dan berusahan mendapatkan cinta sejati yang tulus dan tanpa syarat seperti yang telah diberikan oleh ayahnya dulu.

    2. Belajar Menghargai Waktu

    Meski pada umumnya anak akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan ibunya, karena sang ayah yang harus bekerja demi memenuhi kebutuhan.

    Namun, sosok ayah yang selalu menyempatkan waktu luangnya demi anak untuk bersama dibandingkan untuk beristirahat akan memberikan pelajaran nyata yang tak ternilai harganya. Inilah peran ayah bagi anak perempuan dalam aspek menghargai waktu.

    Dari sisi anak sendiri, ia akan belajar bagaimana cara menghargai waktu serta menyadari akan keberhargaan waktu yang ada, apalagi stimulus ini dilaksanakan oleh figur seorang ayah. Dengan begitu, saat anak menginjak usia dewasa ia akan mampu dalam mengelola waktu dengan baik.

    3. Sosok Pelindung bagi Anak

    Sebagai seorang kepala dalam keluarga, ayah juga menjadi sesosok pelindung yang tentunya akan melindungi seluruh anggota keluarga, baik itu ibu maupun anak-anaknya.

    Peran ayah bagi anak perempuan juga tak hanya perlindungan berupa fisik semata, namun juga perlindungan berupa materi maupun emosional.

    Saat ia lahir, sudah pasti ia tidak mengetahui bahaya dan kerasnya dunia. Peran ayah yang hadir disaat ini yang akan memastikan bahwa anak akan selalu merasakan kenyamanan dan keamanan.

    Begitu pun saat anak mulai beranjak menuju ke kedewasaan, jangan sampai kamu terkejut akan perlakuan ayah bagi anak perempuannya.

    Hal seperti banyaknya bentuk kekerasan, pelecehan bahkan ketidak-adilan gender yang membuat ayah tentunya tidak akan tinggal diam demi menjaga putri tercintanya.

    4. Mengajarkan Nilai Kehidupan

    Ibu maupun ayah tentu akan mengajarkan berbagai bentuk nilai kehidupan bagi anak-anak mereka. Namun tahukah kamu? Ternyata figur seorang ayahlah yang lebih dominan dalam mengajarkan hal-hal yang membantu anak dalam mencapai kesuksesan.

    Hal ini akan terpancar jelas bahwa peran ayah bagi anak perempuan lebih banyak terlibat dalam mempersiapkan pendidikan sang anak itu sendiri maupun juga cita-cita dan karirnya di masa yang akan datang.

    Father Involvement Research Alliance menyebutkan bahwa, anak perempuan yang dekat dengan sang ayah akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Hal ini yang di kemudian hari dapat memberikan dampak bagi anak dalam meraih pendidikan yang tinggi dan sukses terhadap karirnya.

    5. Jadi Sosok Lelaki Sejati saat Anak Perempuan Dewasa

    Meski usia anak yang masih dini, perlu kamu ketahui bahwa saat anak perempuan beranjak menuju usia dewasa ia akan berusaha secara sadar maupun tidak untuk menemukan sesosok lelaki yang akan menemani jalan hidupnya nanti.

    Tumbuh dengan cinta dari sang ayah tentu akan membuat anak mengharapkan sosok lelaki yang tak jauh berbeda dengan ayahnya untuk menjadi teman hidup.

    Tak hanya itu saja, Lho. Kelak anak perempuan yang telah dewasa akan memiliki keinginan yang serupa dengan ibu dan ayahnya, yaitu memiliki suami yang bisa menjadi sosok ayah yang baik bagi anak mereka.

    Oleh karena itu hal itulah, ayah akan menjadi pedoman bagi anak perempuannya dalam menentukan sosok lelaki sejati, suami dan ayah bagi anak-anaknya nanti.

    Kesimpulan: Wajib Tahu! 5 Peran Ayah bagi Anak Perempuan

    Ternyata peran seorang ayah juga mendapatkan plot yang besar dan penting bagi kehidupan anak perempuannya nanti dikemudian hari.

    Perlu pembiasaan dan sedikit paksaan atas kehendak diri akan hal ini. Kamu perlu melatih sedikit demi sedikit agar bisa menjadi figur ayah yang baik bagi anak.

    Okelah kalau begitu, sebelum menyelesaikan bacaan kali ini. Kamu bisa membagikan artikel ini bila terasa memiliki manfaat. akhir kata, semoga bermanfaat!

  • Harus Faham, Tahap Perkembangan Emosi Anak Usia 2-3 Tahun

    Tahap perkembangan emosi bagi anak sangatlah berbeda-beda, terpengaruh dari berbagai aspek termasuk pula bagaimana kondisi lingkungan dan perkembangan emosional diri anak itu sendiri.

    Di saat anak berada pada usia 0-2 tahun perlu adanya stimulus dengan berbagai macam bentuk permainan demi membentuk emosi anak dengan baik, begitu pula anak yang berada pada usia 2-3 tahun.

    Tidaklah ada perbedaan yang mencolok dibandingkan anak usia 0-2 tahun, di fase usia 2-3 tahun anak pun masih memerlukan stimulus dengan baik agar tetap mendukung pembentukan emosionalnya agar dapat menumbuhkan rasa percaya diri mereka nantinya.

    Fase ini pula, anak sudah lebih sering memperlihatkan ekspresi diri. Meski begitu, anak berusia 2-3 tahun tetap belum dapat mengendalikan emosi secara utuh. Karena itulah diperlukannya cara yang baik untuk menstimulus emosi anak agar emosi terarah dengan baik sesuai usia.

    Lalu, apa saja tahap perkembangan emosi dan juga cara menstimulus emosi anak usia 2-3 tahun? Mari kita simak pembahasan DjoNews.com berikut ini!

    1. Tahap Perkembangan Emosi Anak Usia 2-3 Tahun

    tahap perkembangan emosi anak usia 2-3 tahun

    Fase ini, anak mulai dapat menguasai ragam kegiatan yang melemaskan otot di tubuh. Dengan begitu, mereka sudah lebih mampu menguasai anggota pada tubuhnya. Usia 2-3 tahun, akan sangat terpengaruh lingkungan yang sedang dapat memberikan sebuah kepercayaan berlebih padanya.

    Anak pun mulai mencari aturan dan batasan yang ada di dalam lingkungannya. Biasanya anak akan menangkap aturan dan batasan dari melihat akibat atas suatu perilaku yang telah diperbuat dan juga anak akan mulai membedakan yang salah dan yang benar.

    Meski begitu, anak di usia 2-3 tahun belum bisa menggunakan kata sebagai sebuah bentuk ekspresi atas emosi yang tengah dirasakan, alih-alih orang tua lah yang dapat melihat emosi anak melalui ekspresi tubuh yang memperlihatkan emosi serta perasaan yang mereka alami.

    2. Cara Menstimulus Anak untuk Berekspresi

    Membahas tentang tahap perkembangan emosi pada anak, maka peran orang tua pun akan sangat mengambil peran yang penting agar anak dapat mengekspresikan emosi dengan bahasa verbal. Kamu sebagai orang tua bisa membantunya dalam menafsirkan mimik serta ekspresi wajah dengan kata maupun kalimat.

    Misalnya saja, saat anak menangis dan menunjukkan jari ke arah botol susu, maka beri tahukan bahwa bila ia menginginkan susu supaya berkata. Ajarilah anak untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar. Cara ini akan sangat berpengaruh dalam pola latihan bicara anak.

    Menurut dr. Margareta, usia 2-3 tahun dapat diberi stimulus oleh orang tua dengan mengajari anak untuk menggunakan bahasa tubuh demi menampakkan benda atau kegiatan keseharian yang kerap ada dilingkungan sekitar. Dengan begitu, anak akan lebih mudah dalam mengekspresikan diri disaat menginginkan atau tidak menyukai sesuatu.

    3. Bangun Perkembangan Emosi Anak dengan Cara Ini

    Seiring dengan bertambahnya usia anak, tahap perkembangan emosi anak pun lambat laun ikut meningkat dan akan semakin terlihat dari kemampuannya. Kamu sebagai orang tua juga dapat membangun perkembangan emosi anak yang lebih baik lagi dengan cara-cara yang dapat diandalkan di usia emas ini.

    Di usia ini, orang tua juga dapat mengajak anak untuk bermain sebagai langkah dalam membangun ikatan emosional. Sebagaimana yang telah diketahui, permainan merupakan kebutuhan primer yang amat diperlukan anak dengan usia 5 tahun ke bawah.

    Pilihlah permainan yang bisa merangsang tumbuh kembang anak, sepeti halnya menyusun balok maupun puzzle, bermain peran, serta banyak permainan lain yang bisa membuat anak dengan mudah dapat mengekspresikan diri.

    Bermain bersama anak akan membuat orang tua dapat lebih memahami kondisi anak saat berekspresi. Lalu, orang tua dapat mengajak anak untuk berusaha mengatasi masalah bersama. Hal yang biasa terjadi adalah, mereka akan mudah kesal dan marah saat mereka kesulitan dan tak tahu cara untuk memecahkan masalah itu.

    Disaat anak marah maupun mengamuk, tetaplah membimbingnya dengan mengajak anak untuk mengenalu sumber masalah yang ada lalu pecahkan bersama-sama. Taruhlah anak kesal karena mainannya tidak mengeluarkan bunyi seperti biasanya, maka ajarkanlah cara bagaimana agar mainan tersebut beroperasi dengan semestinya.

    Disaat yang sama, orang tua juga perlu untuk mengajarkan perbedaan antara perilaku yang baik dan juga perilaku yang buruk, serta apa saja batasan-batasannya. Misal saat marah, anak boleh menangis atau berteriak, namun beritahukan bahwa anak tidak boleh memukul, sebab pukulannya akan membuat orang lain tersakiti atau bahkan melukai dirinya sendiri.

    Kesimpulan: Tahap Perkembangan Emosi Anak Usia 2-3 Tahun

    Dan, itulah beberapa cara yang dapat kamu lakukan untuk membantu tumbuh kembang serta proses anak dalam melewati tahap perkembangan emosi di usia 2-3 tahunnya. Dengan begitu, harapan orang tua untuk anak dalam mengendalikan emosi dapat lebih mudah terwujud.

    Semoga informasi DjoNews kali in bermanfaat dan dapat dengan mudah untuk kamu terapkan!

    Kunjungi pula Hastag.id, yang akan membantu kamu dalam memahami dunia bisnis dan juga teknologi.

  • Tahap Perkembangan Emosi Anak Usia 0-2 Tahun

    DjoNews.com – Bukan hanya orang dewasa saja yang dapat merasakan emosi, seorang anak pun dapat pula memiliki rasa emosi. Bahkan terkadang anak dapat lebih merasakan dalamnya tingkat emosi dibandingkan orang yang lebih tua. Mari kenali tahap perkembangan emosi anak sejak dini.

    Hal ini terjadi sebab anak belum mampu dalam mengendalikan emosi. Oleh karena itu, perkembangan usia anak itu sendiri yang mempengaruhi perkembangan emosi anak secara tidak langsung.

    Jelasnya, perkembangan emosi akan turut berkembang seiring tumbuh kembang dari anak itu mulai dati pertambahan usia dari balita, remaja hingga akhirnya dewasa.

    Bukan hanya faktor usia saja, tahap perkembangan emosi anak juga dipengaruhi dari beberapa faktor lain. Misalnya saja gen/ keturunan yang juga mempengaruhi perkembangan emosi anak itu sendiri.

    Mari ketahui bersama tahapan perkembangan anak. Kamu sangat disarankan untuk memahami tahap perkembangan emosi anak usia 0-2 tahun.

    Mari simak rangkuman DjoNews.com dari beberapa sumber yang dapat dipercaya, berikut:

    1. Tahap Perkembangan Emosi Usia 0-2 Tahun

    Di tahap ini, merupakan awal perkembangan anak melalui kelahirannya. Oleh karena hal tersebut, orang tua dapat memberikan stimulus agar anak mendapatkan pengalaman yang menyenangkan sehingga anak tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri.

    Pun sebaliknya, bila anak mengalami kekurangan kepercaya dirian maka akan muncul sebuah perasaan yang mengacu pada kecurigaan dalam diri mereka.

    Meskipun usia sang anak yang masih terbilang sangat muda, lho!

    Hal ini disebabkan anak yang masih belum dapat mengendalikan emosi secara bijak, hingga akhirnya akan membuat anak cenderung berbuat sesuka hatinya.

    Di usia anak yang memasuki minggu ke 3-4 mereka akan mulai menunjukkan ekspresi senyum disaat merasakan kenyamanan di lingkungan tersebut. Kemudian saat bulan ke-4, anak akan mulai belajar menunjukkan ekspresi emosi layaknya marah, takut, senang.

    Tertawa atau menangis merupakan ekspresi yang biasa ditunjukkan oleh anak, lalu di usia yang telah memasuki 2 tahun, anak akan mulai pintar dalam meniru reaksi emosi yang diperlihatkan oleh orang-orang di sekitarnya, termasuk pula Orang Tua.

    2. Cara Menstimulus Kecerdasan Emosi Anak

    Perlakuan orang tua memainkan peranan yang amat penting dalam proses pembentukan rasa percaya diri sang anak, seperti penjelasan di atas. Karena saat fase bayi, anak sangat membutuhkan berbagai hal demi mengenali lingkungannya secara familiar.

    dr. Margareta Komalasari, Sp.A membagikan cara menstimulus anak sesuai usia dalam sebuah sesi Kuliah WhatsApp dengan Popmama Parenting Academy (POPAC) 2020 yang berjudul 1001 Strategi untuk Generasi Unggul: Persiapan Anak Unggul di Masa Emas Tumbuh Kembang.

    Stimulus Emosi Usia 0-3 bulan

    Orang tua dapat mengajak anak bermain ciluk-baa atau bercermin untuk melihat ekspresi wajah. Anak juga dapat distimulasi dengan tengkurap dan telentang.

    Stimulus Emosi Usia 3-6 bulan

    Stimulus dalam usia ini dapat orang tua tambah dengan memberikan rangsangan dengan mengajarkan anak berkenalan melalui sebuah jabat tangan.

    Bisa juga mengajari anak untuk bertepuk tangan, membacakan dongeng, serta memberikan rangsangan untuk duduk dan berdiri.

    Di usia ini anak akan mulai menampakkan ekspresi dari dirinya sendiri.

    Stimulus Emosi Usia 6-12 bulan

    Kamu dapat mengajak anak untuk melakukan berbagai permainan yang bisa memberikan rangsangan dalam perkembangan emosinya nanti. Misalnya saja permainan memasukkan mainan ke dalam wadah, menggelindingkan bola, mencoret sketsa, hingga menata kubus.

    Kamu pun juga dapat mengajarkan anak untuk berdiri dan berjalan. Dengan mengajarkan materi ini pada anak, maka tumbuh kembangnya akan berjalan dengan baik sesuai dengan usianya.

    Stimulus Emosi Usia 12-18 bulan

    Kamu sebagai orang tua mengajaknya menata rapi kubus, menyusun puzzle, bermain boneka, mengajari cara menggunakan sendok, piring, jalan mundur bahkan menaiki anak tangga.

    Anak memerlukan hal-hal ini demi mengasah keahliannya kelak. Anak akan berkembang saat mereka diberikan sebuah kepercayaan.

    Stimulus Emosi Usia 18-24 bulan

    Kamu dapat memberikan stimulus dengan bertanya, menyebut dan menunjuk. Ajak anak untuk berbicara tentang kegiatannya selama sehari. Nantinya, mereka akan terbiasa untuk bercerita dengan bahasa yang baik dan benar sesuai proses pendidikan orang tuanya.

    3. Tahap Perkembangan Emosi Anak akan Sempurna

    Meskipun usia anak masih tergolong muda, perkembangan emosi dan sosial akan terlihat semakin baik dan bertambah. Untuk itulah, diperlukan cara yang sempurna dalam membentuk perkembangan emosinya.

    Kamu bisa mencoba bermain dengan anak. Sebab, bermain merupakan bentuk kebutuhan dasar bagi setiap anak, apalagi mereka masih berada dibawah usia 5 tahun.

    Dukunglah perkembangan emosi anak dengan mengajaknya bermain bersama, setidaknya luangkanlah sedikit waktu disetiap harimu. Kamu bisa mengajaknya bermain dengan berbagai peran yang berbeda untuk setiap harinya.

    Melalui permainan, anak akan mampu membangkitkan inisiatifnya dalam melakukan sesuatu atau bahkan sebaliknya.

    Dengan seringnya orang tua bermain dengan anak atau sekedar mendampinginya, maka orang tua pun juga akan belajar melihat dari sudut pandang sang anak. Dari titik inilah orang tua akan memahami lebih jelas alasan anak menangis atau mengamuk.

    Jika anak menunjukkan sikap yang seperti itu, cara yang pas bagi orang tua adalah dengan menunjukkan rasa empati dan dengan lembut memberitahukan cara menyikapi emosi yang tengah dirasakan. Gunakanlah bahasa yang mudah dipahami oleh anak kecil.

    Kesimpulan: Tahap Perkembangan Emosi Anak Usia 0-2 Tahun

    Tahap Perkembangan Emosi Anak Usia 0-2 Tahun

    Meski usia anak yang terbilang dini, bukan berarti anak usia 0-2 tahun tidak perlu diberi stimulus. Justru dengan adanya stimulus yang baik, maka perkembangan emosinya dapat terbentuk dengan baik pula.

    Semoga beberapa cara yang telah DjoNews.com sampaikan dapat bermanfaat dan mudah untuk diterapkan!

  • Perlukah Anak Remaja akan Suplemen Kalsium

    Apa Manfaat Kalsium bagi remaja? Ketahui dulu takaran kebutuhan kalsium untuk anak yang sesuai dengan tumbuh kembangnya.

    Sering kali terjadi, orang membandingkan anak sehat atau tidak dengan mengukur tinggi badan dan berat badan anak.

    Namun, tinggi badan pada anak lebih umum untuk dijadikan sebagai acuan pertumbuhan.

    Umumnya orang tua akan merasa senang bila anaknya lebih tinggi daripada teman sebayanya atau paling tidak sama tingginya.

    Untuk mencapai tinggi badan yang sesuai dengan usia anak, maka anak perlu memenuhi kebutuhan kalsium.

    Selain dari bahan makanan yang alami, anak juga bisa mendapatkan kalsium dari suplemen. Tapi, apakah suplemen kalsium benar-benar dibutuhkan untuk perkembangan anak?

    Simak penjelasan yang telah Djonews.com rangkum berikut ini:

    Manfaat kalsium

    Anak membutuhkan kalsium karena baik untuk mendukung pertumbuhan tulang dan gigi.

    Tulang dan gigi yang sehat merupakan tulang dan gigi yang kuat. Kalsium juga baik untuk mendukung fungsi saraf dan otot, membantu mempercepat pembekuan darah, dan kalsium baik dalam mengaktifkan enzim yang dibutuhkan untuk mengubah zat gizi menjadi energi.

    Itulah fungsi dan manfaat kalsium yang sangat penting bagi tumbuh kembang anak.

    Kebutuhan Kalsium

    Anak membutuhkan kalsium yang tinggi. Berdasarkan AKG 2013, inilah data kebutuhan kalsium pada anak:

    • Anak usia 4-9 tahun membutuhkan kalsium sebesar 1000 mg per hari.
    • Anak usia 10-18 tahun membutuhkan 1200 mg kalsium per hari.

    Bagaimana? Apakah kebutuhan kalsium anak kamu sudah terpenuhi?

    Sumber Kalsium

    Sumber kalsium itu bisa dari makanan maupun susu.

    Dalam 250ml susu umumnya mengandung 300mg kalsium. Jadi, jika anak minum susu sebanyak 3 gelas dalam sehari, kebutuhan kalsium anak sudah terpenuhi.

    Namun, bagaimana jika anak tidak suka susu? Kebutuhan kalsium anak bisa dipenuhi dari sumber kalsium lainnya, seperti:

    • Susu kedelai
    • Yogurt
    • Keju
    • Salmon
    • Brokoli
    • Tiram

    Apakah kebutuhan kalsium pada anak pasti terpenuhi jika sudah mengonsumsi makanan di atas?

    Jika ragu akan takarannya, apakah anak perlu diberi suplemen?

    Apakah Anak Perlu Suplemen Kalsium?

    Sebenarnya anak tidak membutuhkan suplemen kalsium karena banyak sekali makanan yang bisa menjadi sumber kalsium.

    Ulasan dari 19 penelitian pun telah menyimpulkan bahwa anak tidak mendapatkan banyak manfaat dari konsumsi suplemen kalsium dan makanan yang diperkaya dengan kalsium.

    Namun, jika menurut kamu sebagai orang tua bahwa asupan kalsium anak sangat jauh dari yang dianjurkan, tidak ada salahnya untuk memberikan suplemen kalsium pada anak.

    Namun sebelumnya, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter spesialis anak, ya?

    Biasanya vitamin atau suplemen hanya diberikan jika anak benar-benar butuh kandungan tertentu saja.

    Dampak dari Kelebihan Kalsium

    Perhatikan asupan anak sehari-hari, apakah anak sudah banyak mengonsumsi sumber makanan yang mengandung kalsium?

    Anak hanya membutuhkan suplemen kalsium jika asupan kalsium anak sangat sedikit. Namun, jika hanya kurang sedikit, sebaiknya tambahkan saja asupan kalsium anak dari susu, keju, yogurt, susu kedelai, dan lainnya.

    Jika kamu tetap memberikan suplemen kalsium, dikhawatirkan asupan kalsium anak malah akan berlebihan.

    Kelebihan asupan kalsium juga tidak baik untuk kesehatan anak.

    Bahaya kelebihan kalsium ini dapat menghambat penyerapan zat besi dan menyebabkan sembelit.

    Parahnya lagi, konsumsi suplemen kalsium yang berlebihan dapat meningkatkan risiko mengalami batu ginjal.

    Takaran Kalsium yang Diperbolehkan

    The Institute of Medicine merekomendasikan anak usia 1-8 tahun mendapatkan tidak lebih dari 2500 mg kalsium per hari.

    Angka ini setara dengan konsumsi 10 gelas yang masing-masingnya bertakaran 250ml.

    Ini memang takaran yang tidak lumrah dikonsumsi oleh anak dalam sehari.

    Tapi jika asupan sudah mengandung kalsium dan masih ditambah suplemen, dikhawatirkan akan terjadi kelebihan gizi.

    Itulah penjelasan tentang apakah anak memerlukan tambahan suplemen kalsium atau tidak. Memang manfaat kalsium itu sangat penting, tapi jangan sampai berlebihan juga, ya.?

    Semoga bermanfaat!

  • Lima Tradisi Menyambut Bayi Hilang di Era New Normal

    Banyak tradisi yang tidak bisa dilakukan setelah pandemi Covid-19. Begitu pula tradisi menyambut kelahiran bayi yang biasa dilakukan masyarakat Indonesia.

    Semua orang tua pasti akan merasa sangat senang saat menyambut kehadiran bayi yang sebentar lagi dilahirkan. Beragam persiapan mulai dari baju, perlengkapan tidur, hingga dekorasi kamar pun disiapkan sejak jauh-jauh hari.

    Semua anggota keluarga juga tidak sabar untuk bertemu dengan anggota keluarga baru.

    Namun, sayang pandemi Covid-19 telah mengubah banyak hal. Begitu pun dengan kebiasaan dan tradisi dalam menyambut bayi.

    Nyatanya setelah pandemi Covid-19, gaya dan cara hidup kita akan berubah untuk beradaptasi dengan era new normal. Sebuah tatanan kehidupan baru yang lebih mengindahkan kebersihan.

    Berikut ini Djonews.com telah merangkum lima tradisi menyambut bayi, yang akan hilang saat new normal.

    Menjenguk bayi

    Sebelum pandemi Covid-19, semua orang tentu berbahagia saat mendengar kabar kelahiran bayi dan ingin segera menjenguknya, baik di rumah maupun saat bayi masih di rumah sakit.

    Keluarga dan kerabat pasti sudah tidak sabar untuk melihat bayi mungil nan menggemaskan yang baru saja lahir.

    Sayangnya, setelah virus corona mewabah, kita semua diminta untuk membatasi pertemuan atau perkumpulan.

    Rumah sakit pun telah meniadakan jam besuk atau jam kunjungan. Apalagi bayi dan ibu yang baru melahirkan adalah kelompok yang rentan terjangkit virus corona karena daya tahan tubuh mereka yang sedang lemah.

    Syukuran untuk mendoakan bayi yang baru lahir

    Indonesia adalah negara yang kaya akan tradisi. Salah satunya adalah tradisi syukuran untuk menyambut bayi baru lahir. Biasanya diadakan setelah bayi berusia 7 atau 14 hari, yang disebut dengan aqiqah.

    Namun, bukan hanya perkumpulan sosial yang dibatasi, saat ini pemerintah juga melarang perkumpulan yang berhubungan dengan acara keagamaan.

    Jadi keluarga inti bisa melakukan syukuran bersama di rumah tanpa perlu mengundang keluarga dan kerabat lainnya. Karena berdoa bisa dilakukan di mana saja.

    Antri dan berdesakan di toko perlengkapan bayi

    Semua orangtua, bisa dipastikan tidak sabar untuk membeli perlengkapan bayi.

    Sudah menjadi tradisi untuk berbondong-bondong ke toko bayi. Mengingat pandemi Covid-19 saat ini, kamu sebaiknya tidak lagi berbelanja berdesak-desakan di toko bayi.

    Di era new normal ini orang tua bisa menyiasatinya dengan berbelanja online. Selain menghindari risiko penyebaran virus corona, kamu juga bisa menghemat waktu dan meluangkan lebih banyak perhatian untuk si Kecil.

    Newborn photoshoot

    Newborn photoshoot atau foto bayi baru lahir sudah menjadi tren dalam beberapa tahun belakangan ini.

    Memotret bayi dengan beragam pose menggemaskan seolah menjadi dokumentasi wajib bagi semua orang tua.

    Sayangnya lagi, disaat seperti ini harus menahan diri untuk melakukannya di era pandemi Covid-19. Orang tua juga mungkin akan kesulitan bila ingin melakukannya secara mandiri di rumah.

    Sebab, dibutuhkan keahlian tersendiri untuk mengatur pose bayi. Melakukannya juga perlu perhatian ekstra agar tidak membuat bayi cedera.

    Membiarkan keluarga dan kerabat mencium

    Sebelum ada wabah virus corona, orang tua sang anak mungkin mengizinkan keluarga terdekat untuk mencium si kecil sebagai ekspresi atau bentuk kasih sayang.

    Namun di tengah pandemi Covid-19 saat ini, alangkah baiknya memberikan pengertian kepada keluarga untuk tidak sembarangan mencium bayi. Sebab, tidak mencium bayi merupakan bentuk kasih sayang yang lebih dibutuhkan saat ini.

    Nah, itulah lima tradisi yang mungkin akan hilang saat menyambut kehadiran bayi di era new normal saat ini.

    Semoga Ibu dan si Kecil sehat selalu, ya!

  • Lakukan Cara Ini Agar Anak Tidak Bersikap Rasis

    Meningkatkan rasa toleransi, menghormati, dan empati anak pada orang lain.

    Beberapa hari ini, informasi berita di layar kaca dan media sosial diramaikan dengan demonstrasi atas penyerangan serta pembunuhan seorang pria kulit hitam di tangan polisi di beberapa negara.

    Bersamaan dengan kondisi pandemi Covid-19, anak-anak jadi sering menggunakan internet sebagai media belajar. Tidak menutup kemungkinan anak juga ikut terpapar dengan berita terkait rasisme yang marak dibicarakan.

    Tak jarang orang tua menjadi resah dengan pemberitaan ini.

    Orang tua juga harus pandai dan mengetahui cara melindungi anak saat melihat tindakan kekerasan yang bersamaan dengan demonstrasi yang disebabkan oleh rasisme tersebut.

    Peran orang tua mengajarkan anak untuk menghindari perilaku rasis dan menghormati perbedaan sesama menjadi hal yang sangat penting.

    Tanpa bimbingan dan pengawasan dari orang tua, anak mungkin dapat memiliki pemikiran dan kontrol berdasarkan pengetahuan mereka sendiri.

    Berikut ini Djonews.com merangkum 8 cara mengajarkan anak agar tidak berperilaku rasis dan menghormati perbedaan sesama manusia.

    Perhatikan pemilihan kata

    freepik.com

    Sebelum berdiskusi dengan anak, usahakan untuk tidak memilih bahasa atau kata-kata yang menyinggung suatu suku, agama, ras, dan antar golongan. Hindari untuk membeda-bedakan orang berdasarkan warna kulit dan perbedaan kebudayaan.

    Penting untuk menyesuaikan pesan mengenai keragaman dengan usia anak. Saat usia anak 7 tahun, ia akan lebih mendengar orang tua daripada hal lain termasuk dari pengalaman mereka. Sedangkan saat usianya 10 tahun, pengalaman anak lebih mempengaruhinya.

    Saat usia anak masih muda, bantu anak dalam menjelaskan keragaman dan kesetaraan.

    Kemudian, saat ia semakin besar, jelaskan lebih lanjut mengenai keragaman dan implementasinya dalam dunia nyata disekelilingnya.

    Misalnya saja diambil dari teman-teman si Kecil yang memiliki perbedaan suku dan budaya.

    Jadilah contoh

    Ketika anak masih kecil, ia menyerap informasi dari lingkungannya. Dengan meniru dan menyimpulkan makna dari perilaku yang mereka lihat, terutama tingkah laku orang tua.

    Penting bagi orang tua untuk menunjukkan sikap positif terhadap orang-orang yang memiliki latar belakang yang berbeda di setiap kesempatan.

    Sayangnya, banyak orang yang tak menyadari memiliki sikap rasis, karena kurangnya pemahaman tentang tindakan apa yang termasuk sikap rasis.

    Memiliki penilaian atau stereotipe pada budaya lain juga termasuk sikap rasis, lho!

    Tunjukkan pada anak, untuk memuji perilaku baik setiap orang tanpa melihat suku, agama, ras, dan golongannya. Biarkan anak tahu bahwa kesetaraan itu penting bagi kamu, sehingga anak akan mengikuti cara Orang tuanya.

    Tidak menghubungkan tindakan dengan SARA

    Saat melihat pemberitaan di televisi atau media sosial tentang kejahatan seseorang, jelaskan pada anak memang di dunia ini kemungkinan orang jahat itu selalu ada.

    Namun, orang jahat tak bisa dilihat dari apa sukunya, ras, golongan, dan agamanya.

    Ketika anak mengetahui dan bertanya tentang informasi sebuah perilaku kriminal, sebaik mungkin hindari kata-kata yang menyudutkan etnis atar ras tertentu, ya!

    Jelaskan tentang berbagai karakter serta kepribadian

    Anak mungkin masih belum mengerti saat mendengar Mama membicarakan isu SARA atau informasi yang didapatkan dari luar.

    Jika anak bertanya, jelaskan tentang berbagai karakter serta kepribadian manusia yang tidak bisa dinilai dari suku, ras, agama, dan golongannya.

    Ingatkan, bahwa semua manusia memiliki derajat yang sama, memiliki suku, ras dan agama bukan membuat seseorang menjadi lebih baik atau lebih buruk dari orang lain.

    Karena dengan adanya perbedaan dapat memberikan warna di dunia.

    Tanggapi pembicaraan tentang SARA

    Walaupun isu SARA memang topik yang kurang nyaman untuk dibahas dengan anak, namun jangan mencoba menjadikannya sebagai perbincangan yang tabu.

    Karena, semakin dewasa anak perlu dengan jelas memahami hal ini.

    Jika menyuruh anak untuk diam saat membahas isu tersebut, justru dapat meningkatkan kecemasan serta kebingungan anak.

    Ini memberikan kesan bahwa hal ‘buruk’ akan terjadi jika anak membahas tentang SARA.

    Berbicara tentang SARA, dapat mengurangi stereotipe, dan membuat anak lebih memiliki empati sehingga orang lain akan merasa lebih nyaman dan diterima.

    Bahkan dapat membantu anak tampil lebih baik di sekolah.

    Hindari penilaian atau asumsi pada teman anak berdasarkan SARA

    Hindari untuk memberikan penilaian atau asumsi pada teman-teman Si Kecil yang berbeda suku, ras, dan agamanya. Hal ini membuat anak menjadi tidak bisa mengambil sikap dalam menilai teman-temannya berdasarkan SARA.

    Ajari anak untuk bersikap lebih terbuka, sehingga anak dapat bersosialisasi dengan siapapun. Membiarkan anak tumbuh dengan penerimaannya pada sesama sebagaimana seharusnya.

    Ikutsertakan anak dalam kegiatan yang melibatkan banyak orang

    Dorong anak untuk ikut serta dalam kegiatan yang melibatkan banyak orang, seperti tim sepak bola, klub seni, dan sebagainya. Hal ini dapat meningkatkan rasa kerjasama untuk membangun ikatan anak dan orang lain.

    Cara lainnya juga dapat dengan memperkenalkan berbagai ras atau budaya melalui bacaan buku, film, dan internet.

    Pastikan orang tua juga memperkenalkan perbedaan dan persamaan secara seimbang setiap suku, bahasa, makanan, dan kebudayaan.

    Berikan pemahaman bahwa banyak macam keyakinan dan keinginan

    Salah satu perkembangan sosial yang paling penting untuk dipahami anak sejak kecil adalah, memahami orang lain yang tentunya memiliki keyakinan serta keinginan yang berbeda-beda.

    Untuk meningkatkan keterampilan ini, manfaatkan peluang dengan bertanya pada si Kecil.

    Misalnya, apa yang anak pikirkan tentang perasaan orang lain saat ia menyaksikan karakter favorit mereka di televisi.

    Mempertimbangkan pengalaman dan perasaan orang lain, menjadi cara terbaik untuk membantu mereka dalam mengidentifikasi situasi dan memiliki empati pada orang lain.

    Itulah beberapa cara untuk mengajarkan anak agar tidak berperilaku rasis dan menghormati perbedaan sesama, meningkatkan rasa toleransi antar umat, dan memiliki empati pada orang lain.

    Tentunya hal ini akan berguna bagi anak di masa mendatang. Semoga bermanfaat!

  • Jawab Nih! Saat ini Anak Manja atau Tidak?

    Kamu tidak sadar kalau anak dalam mode manja berlebih? Bahaya, ketahui segera melalu 7 pertanyaan ini!

    Anak Indonesia masa kini, khususnya yang dibesarkan di kota-kota besar, biasanya dimanjakan dengan kondisi yang nyaris sempurna.

    Meskipun ada beberapa pengecualian, namun kebanyakan anak memiliki akses terhadap manfaat materialistik yang tidak diketahui generasi sebelumnya.

    Hal-hal seperti itu memungkinkan anak tumbuh menjadi anak yang manja, lho!

    Tidak percaya?

    Jawab dulu pertanyaan di bawah ini untuk menemukan jawabannya!

    Apakah anak mengucapkan terima kasih dan menunjukan apresiasi?

    Biasanya setelah anak-anak mendapatkan sesuatu yang diinginkan, mereka jarang sekali mengucapkan terima kasih dan menunjukan apresiasi kepada orang tuanya apalagi terhadap orang lain.

    Nah, jika anak bersikap demikian, maka akan lebih baik jika kamu segera mengingatkan dan mengajarakan mereka untuk selalu mengucapkan magic words, seperti terima kasih, maaf, dan tolong.

    Mudah kan?

    Apakah anak selalu meminta kamu untuk mewujudkan keinginan mereka?

    Jika anak termasuk yang selalu ingin dituruti keinginannya, maka bisa dipastikan jika ia merupakan anak yang manja. Jangan dibiarkan begitu saja, ya!

    Kamu harus segara menjelaskan kepada mereka bahwa apa yang mereka inginkan, tidak selalu bisa dengan mudah didapatkan.

    Didik mereka untuk memahami apa yang mereka butuhkan dan apa yang mereka inginkan, karena dua hal tersebut sangatlah berbeda!

    Apakah anak materialistis?

    Ketika anak selalu mengharapkan mainan baru dan kesal jika kamu tidak memenuhi tuntutan mereka, maka bisa dikatakan bahwa ia termasuk manja.

    Mereka terlalu fokus pada keinginannya tanpa memperdulikan orang di sekitarnya, bahkan kamu sebagai orang tuanya.

    Kalau sudah begini, kamu tidak bisa memberikan segala hal yang mereka inginkan hanya untuk membuat mereka bahagia. Menahan keinginan untuk memenuhi permintaan mereka akan membuat anak menjadi pribadi yang tangguh dan giat berusaha.

    Dapatkah anak mengelola uang?

    Ajarkan anak sejak dini untuk dapat mengelola uang jajannya sendiri. Biasakan mereka membuat perencanaan keuangan mulai dari alokasi dana untuk jajan dan menabung.

    Dengan begitu, kamu bisa mendidik anak untuk tidak manja sehingga nantinya mereka dapat mengatur hidupnya agar lebih baik lagi.

    Apakah anak menyelesaikan tugas dengan baik?

    Setiap anak usia sekolah pasti memiliki beberapa tanggung jawab seperti mengerjakan tugas dari sekolah. Nah, jika mereka selalu mengandalkan orang tua untuk membantu tugas sekolahnya maka kemungkinan dia adalah anak manja.

    Hal tersebut jangan pernah diberikan toleransi, ya! Kecuali bila memang dia benar-benar tidak bisa, itu pun hanya sebatas memberitahu langkah penyelesaiannya saja.

    Untuk menghapus kebiasaan tersebut, kamu bisa mengapresiasinya dengan memberikan pujian secukupnya setiap ia menyelesaikan tugasnya dengan baik.

    Mulai dicoba, yuk!

    Apakah anak menunjukkan niat untuk membantu orang lain?

    Sikap menolong sudah harus dimilki oleh anak sejak dini, lho! Kamu harus mengingatkan mereka bahwa di dunia ini mereka tidak sendiri, maka dari itu membantu orang lain merupakan hal yang perlu dilakukan.

    Sebelum mengingatkan anak, ada baiknya jika kamu juga mencontohkannya kepada mereka, ya!

    Apakah anak mudah menghakimi orang lain?

    Anak-anak yang manja cenderung membuat komentar negatif tentang orang-orang yang mereka anggap berada di bawah status ekonomi atau sosial mereka. Mereka berkomentar meremehkan pakaian, mainan, atau penampilan orang lain.

    Jika memang sudah demikian, maka jangan biarkan mereka seperti itu, ya!

    Segera ingatkan mereka bahwa semua makhluk ciptaan Tuhan itu sama, jika mereka ingin dihargai maka mereka juga harus bisa menghargai orang lain.

    Well, jika kamu sudah menjawab ketujuh pertanyaan tersebut, lalu bagaimana menurutmu?

    Hhmm… apakah si Kecil merupakan anak yang manja atau tidak?