Tag: 4-5 tahun

  • Harus Tahu! 7 Cara Mengajarkan Sopan pada Anak

    Harus Tahu! 7 Cara Mengajarkan Sopan pada Anak

    Mengajarkan sopan pada anak merupakan kepentingan dari aspek luar pelajaran akademis. Kesopanan atau lebih dikenal dengan sopan santun pada anak sebaiknya sudah diajarkan sejak usia dini.

    Sehingga dengan begitu dikemudian hari anak telah menjadikan kesopanan sebagai sebuah kebiasaan yang berlaku secara otomatis, baik saat berada di lingkungan keluarga maupun luar.

    Dalam Buku Mini Habits Karya Stephen Guise, mengatakan bahwa Riset Duke University ialah 45% perilaku berawal dr kebiasaan.

    Dan perlu kamu ketahui, bahwa kebiasaan tidak lebih dari jalur syaraf di otak.

    Mereka jadi lebih tebal ketika semakin sering digunakan, dan memburuk jika diabaikan.

    Kamu menciptakan kebiasaan kamu sendiri, hanya dengan mengulangi aktivitas yg sama sampai menjadi lebih mudah dan lebih mudah lagi.

    Mengajarkan sopan pada anak juga melatih kesadaran dan kepekaan terhadap perasaan orang yang ada di sekitarnya.

    Sopan santun bukanlah berupa kemampuan atau bakat bawaan lahir, akan tetapi sebuah hal yang perlu dipelajari dan diajarkan oleh orang yang lebih tua, terutama orang tuanya.

    Berperilaku sopan pun bukan merupakan aturan tertulis, namun perilaku sopan santun sangatlah diperlukan dalam berhubungan sosial dan bermasyarakat.

    Sopan santun juga menjadi bekal yang layak bagi seorang anak, agar ia dapat berdampingan dengan baik bersama orang lain di masa depannya nanti.

    Cara Mengajarkan Sopan pada Anak Sejak Usia Dini

    5 Cara Mengajarkan Sopan pada Anak sejak usia dini

    Anak dapat diberi pendidikan akan konsep serta pentingnya dalam bersopan santu sejak usia dini, lebih tepatnya sejak anak berusia 1,5 tahun.

    Sebab diusia inilah umumnya anak sudah mulai memahami bahwa orang lain pun mempunyai perasaan yang perlu dijaga, sama seperti dirinya sendiri.

    Jangan hanya menunggu saat dimana anak sudah besar lalu menyerahkan tanggung jawab kepada satuan pendidikan formal seperti sekolah maupun non-formal seperti yayasan.

    Pendidikan sopan santun perlu dilakukan secara bertahap dan ini hal ini merupakan tanggung jawab terbesar kamu sebagai orang tua.

    Maka DjoNews telah merangkum beberapa dalam artikel ini, agar kamu bisa mengajarkan sopan pada anak dengan lebih mudah sejak dini:

    1. Ajari Etika Dasar

    5 Cara Mengajarkan Sopan pada Anak etika dasar

    Sebagai orang tua yang mengajarkan sopan pada anak, kamu bisa memulai dengan memberikan pendidikan dasar tentang etika, yaitu dengan ucapan ‘tolong’, ‘terima kasih’ dan ‘maaf’.

    Ketiganya dapat digunakan dengan menyesuaikan keadaan setiap ia akan meminta dan atau menerima bantuan serta saat melakukan kesalahan.

    2. Ajarkan Konsep Berbagi

    5 Cara Mengajarkan Sopan pada Anak konsep berbagi

    Disaat anak sudah menginjak usia 2 tahun, biasanya anak mulai memahami konsep berbagi, meski dalam praktiknya belum tentu dengan senang hati saat melakukannya.

    Kamu dapat mengajarkan sopan pada anak dengan memberinya 2 mainan yang serupa, lalu ajaklah untuk berbagi salah satu mainannya agar dapat bermain bersama.

    3. Ajarkan Etika di Meja Makan

    5 Cara Mengajarkan Sopan pada Anak etika di meja makan

    Di usia 3-4 tahun, anak telah bisa makan dengan garpu dan sendoknya sendiri di meja makan begitu pun dengan menyeka mulutnya setelah makan dengan menggunakan tisu.

    Di usia inilah, orang tua dapat mulai memberi pendidikan akan etika saat di meja makan. Mulai dari hal sesederhana tidak melempar atau membuang makanan, duduk dengan tenang saat tengah makan dan atau minum, dan lain sebagainya.

    4. Ajarkan Etika Bertamu

    5 Cara Mengajarkan Sopan pada Anak etika bertamu

    Saat bertamu ke rumah orang lain juga merupakan kesempatan yang tepat untuk mengajarkan sopan pada anak.

    Ingatkanlah untuk mengetuk pintu serta mengucapkan salam bila akan masuk ke rumah orang lain, misalkan saja dengan ucapan ‘permisi’ atau ‘sampai jumpa lagi’.

    Ajarkan pula pada anak untuk menjawab pertanyaan dengan sopan saat ditanya perihal nama, umur, ingin makan atau minum apa.

    5. Ajarkan untuk Tidak Menilai Fisik

    5 Cara Mengajarkan Sopan pada Anak tidak menilai fisik orang lain

    Hal ini juga merupakan sebuah pengajaran kesopan santunan bagi anak. Sebagai orang tua tentu perlu mengajarkan anak untuk tidak menilai orang secara visual, kecuali dalam hal yang baik.

    Anak juga perlu dididik untuk tidak selalu dan serta merta mengeluarkan ungkapan yang berupa pendapat negatif, apalagi bila tidak diminta sebab kemungkinan menyakiti perasaan orang lain akan lebih besar.

    Selain itu juga, orang tua perlu mendidik anaknya untuk tidak menunjuk dan atau menatap orang lain dengan tajam, apalagi terhadap orang berkebatasan.

    Ingatkan pada si kecil untuk tidak mengejek apalagi mentertawakan orang tersebut.

    Didiklah agar anak juga dapat menempatkan perasaannya sebagai orang tersebut. Kamu bisa melakukannya dengan menceritakan bahwa ada orang yang memerlukan cara khusus untuk berkomunikasi.

    Misal, seorang tunarungu yang memerlukan bahasa isyarat.

    Selain memberikan pengajaran dan pendidikan akan kesopan santunan, hal ini juga dapat membantu anak untuk dapat berempati.

    6. Ajarkan dengan Figur Nyata

    5 Cara Mengajarkan Sopan pada Anak figur nyata sebagai contoh yang dapat ditiru

    Setelah mengetahui 5 cara mengajarkan sopan pada anak di atas, tentu tak kalah penting bagi orang tua untuk memberikan teladan yang baik pula bagi buah hatinya.

    Sebab pendidikan dalam mengajarkan sopan pada anak akan terasa sia-sia bila kamu sebagai orang tua tidak memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari.

    Bila anak terbiasa melihat kedua orang tuanya di rumah bersikap santun, maka dengan otomatis dan tentu lebih mudah bagi anak untuk bertumbuh menjadi pribadi yang santun hingga dewasanya nanti.

    7. Koreksi dan Konsisten

    5 Cara Mengajarkan Sopan pada Anak koreksi dan konsisten

    Dalam proses mengajarkan sopan pada anak tentu akan memakan waktu yang tak sebentar, dan juga mungkin terjadi kesalahan-kesalahan yang tak terduga.

    Disaat seperti ini hindarilah emosi dalam memberikan makian terhadap anak. Proses mengajarkan sopan pada anak memerlukan proses dan ketekunan. Maka teguran akan lebih bermanfaat daripada memarahi.

    Dengan kenyamanan yang anak rasakan akan membuat mereka lebih mudah memahami ciri kesopan santunan.

    Apalagi saat anak lupa akan tata krama dan kamu bisa mengingatkan mereka dengan sabar, tentu dengan tanpa mentolerir kesalahan yang tak sesuai.

    Sebab dengan terlalu memaklumi sikap mereka hanya akan membuat sosok dirimu tak ternilai konsisten sebagai figur.

    Dengan membuat mereka berperilaku sopan karena takut pada kamu hanya akan membuat mereka terpaksa melakukannya dan tidak betah untuk melakukannya.

    Berilah rasa nyaman serta teguran yang menyejukkan. Hal ini akan menghindarkan dari rasa benci anak terhadap orang tuanya.

    Penutup: Mengajarkan Sopan pada Anak

    5 Cara Mengajarkan Sopan pada Anak penutup

    Dalam aspek lain, berikanlah pujian yang tidak berlebihan atas perilaku sopannya anak, agar anak tidak kehilangan kesadaran atas baiknya sopan santun. Baik berupa hadiah makanan atau minuman kesukaannya.

    Begitupun sebaliknya, berikan teguran saat anak tidak menyadari perbuatan yang dilakukannya tidaklah sopan. Teguran yang baik juga merupakan sebuah apresiasi yang baik.

    Tentu dalam mempelajari etika sopan santun anak juga memerlukan kenyamanan baik saat makan, minum bahkan istirahatnya.

    Bila anak sedang tidak menurut, maka kamu perlu tau apa penyebabnya, apakah karena lelah, lapar atau bahkan mengantuk.

    Sekian artikel cara mengajarkan sopan pada anak yang DjoNews rangkum buat kamu.

    Bila ada pertanyaan, kamu bisa meninggalkannya di kolom komentar atau membagikan artikel ini agar lebih banyak orang yang mengambil manfaat atau menambahi ekurangannya.

    Semoga bermanfaat!

  • Wajib Tahu! 7 Cara Ayah Lebih Dekat dengan Anak

    Wajib Tahu! 7 Cara Ayah Lebih Dekat dengan Anak

    Ternyata bukan hanya ibu yang perlu untuk berhubungan dekat dengan anak. Ternyata Ayah pun mempunyai pengaruh yang besar untuk tumbuh kembang si Kecil. Yuk, simak artikel cara ayah lebih dekat dengan anak ini.

    Dalam mengasuh anak, peran kedua orang tua sangatlah diperlukan. Bahkan sejak dalam masa kandungan pun anak perlu perhatian dari kedua orang tuanya.

    Mungkin, banyak yang berpikiran bahwa bayi yang baru saja terlahir hanya memerlukan sosok Ibu saja dalam merawat dan mengetahui segala bentuk kebutuhannya.

    Namun, ternyata peran seorang ayah pun sangat diperlukan anak sejak usia dininya.

    Cara Ayah Lebih Dekat dengan Anak

    Mari simak penjelasan cara ayah lebih dekat dengan anak yang DjoNews.com suguhkan berikut:

    1. Luangkan Waktu Untuk Anak
    2. Ungkapkan Rasa Sayang
    3. Nikmati Masa Liburan Bersama
    4. Seimbangkan kesibukan dengan Perhatian
    5. Bermain Bersama
    6. Jangan Pernah Berbohong
    7. Jangan Melakukan Kekerasan

    Peran Penting Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan Anak

    Cara ayah lebih dekat dengan Anak, dengan meningkatkan kehadirannya bagi seorang anak dinilai dapat menimbulkan rasa aman secara emosional, serta menumbuhkan kepercayaan diri bahkan menumbuhkan rasa keingin-tahuan mengeksplorasi lingkungannya.

    Anak yang mendapatkan perhatian seorang Ayah ternyata dapat mempunyai kemampuan menyelesaikan masalah dengan lebih baik, dan juga dapat memiliki IQ yang lebih baik di saat usia mulai memasuki 3 tahun.

    Kemudian saat di usia sekolah, pelajar yang mendapatkan asuhan dari seorang Ayah pula akan mendapatkan prestasi yang jauh lebih baik dan memiliki rasa percaya diri yang lebih dibandingkan anak tanpa keterlibatan asuhan seorang Ayah.

    Peran orang tua dalam memberikan asuhan tentu berbeda dalam membentuk tumbuh kembang sang anak.

    Seorang Ayah cenderung akan lebih memberikan semangat dalam berkompetisi dan mandiri dalam hal prestasi. Sedangkan seorang Ibu akan lebih menekankan nilai kehidupan, kerja sama dan keamanan.

    Bermain, Melindungi, Menumbuhkan Kedisiplinan

    Peran Ayah dalam pengasuhan anak memang akan lebih cenderung seperti teman bermain dibanding seorang Ibu. Dari interaksi itu, anak akan mempelajari berbagai peran dari peran Ayahnya.

    Di sisi lain, anak-anak yang memiliki sosok Ayah yang dapat membimbing juga akan lebih merasa terlindungi dari kmeungkinan bahaya, sehingga anak dengan sendirinya memiliki sifat pemberani.

    Ayah secara umum mempunyai kestabilan emosi yang jauh leih baik, dan juga mood yang tentu tak mudah terganggu. Berbeda dengan seorang Ibu yang notabenenya adalah perempuan, mengalami menstruasi, hamil, melahirkan yang kesemuanya mempengaruhi kestabilan emosi.

    Dengan begitu, Ayah dapat membuat emosi anak menjadi jauh lebih stabil.

    Seorang Ayah juga mempunyai ketegasan jauh melebihi seorang Ibu. Maka peran Ayah dalam menghasilkan anak yang disiplin pun jauh lebih besar dibanding seorang Ibu.

    Berbeda dengan Ibu yang secara naluriah lebih cenderung berperasaan dan menerima alasan yang akan diberikan oleh anak-anaknya.

    Ayah Harus Jadi Panutan

    Selain pengaruh baik bagi anak yang dapat menghabiskan waktu bersama Ayahnya, cara ayah lebih dekat dengan anak ini ternyata akan memebrikan efek yang baik pula pada Ayah bila dapat berlama-lamaan dengan si buah hati.

    Semakin anak bertumbuh, ia akan cenderung mengadopsikan berbagai hal dari teman-teman di sekitarnya.

    Namun, semakin dekatnya hubungan yang Ayah miliki bersama anak makan semakin besar pula kemungkinan anak akan terus mengenali Ayahnya dan menjadikannya sebagai figur yang perlu dicontoh.

    Oleh karena itu, Ayah akan berada dalam posisi yang menguntungkan dalam menanamkan nilai positif serta meningkatkan perasaan terhadap dirinya sendiri.

    Bahkan, tak dapat dipungkiri si buah hati bisa lebih baik dari Ayahnya sendiri.

    Akan berbeda bila Ayah sangat sibuk dan tak pernah ada waktu untuk sekedar memeluk anak, keadaan yang seperti ini akan mempengaruhi psikologinya sebaga seorang anak.

    Ikutilah cara ayah lebih dekat dengan anak ini, agar anak tidak melawan karena kurangya rasa perhatian.

    Usahakan Untuk Meluangkan Waktu

    cara ayah lebih dekat dengan anak luangkan waktu untuk anak

    Cara Ayah Lebih Dekat dengan Anak yang pertama ialah, beri setidaknya 15 sampai 30 menit dalam sehari untuk sekedar bercengkrama dengan anggota keluarga, termasuk pula anak.

    Di momen ini, Ayah dapat menanyakan kepada buah hatinya tentang kegiatan apa saja yang telah dia alami hari ini atau sekedar mengajaknya bermain permainan ringan.

    Dengan begitu, anak akan lebih merasa diperhatikan. Meskipun pada hakikatnya Ayah bekerja pun untuk sang anak, namun anak lebih memerlukan perhatian yang langsung terasa.

    Selain itu pula, peran Ayah dalam pengasuhan anak memiliki makna yang amat positif bagi perkembangan seorang anak.

    Seorang Ayah yang mempunyai energi positif akan pula memberikan dampak yang positif bagi tumbuh kembang si buah hati hingga masa dewasanya nanti.

    Ungkapkan Rasa Sayang

    cara ayah lebih dekat dengan anak ungkapkan rasa sayang

    Berikanlah sejenak waktu untuk memperhatikan buah hati dengan bertanya mengenai kegiatannya di sekolah, bagaimana proses pembelajarannya atau berbagai macam hal lain yang bisa ia ceritakan.

    Cara ini akan dapat meningkatkan kemampuan akademis si buah hati. Dan cara ini akan membuat kamu mendapatkan perhatian dari si Kecil.

    Kamu sebagai seorang Ayah pun tak boleh sungkan untuk mengungkapkan sayang, sering memeluk, membiasakan pujian bahkan memberikan dukungan bila Anak terlihat murung.

    Nikmati Masa Liburan Bersama

    cara ayah lebih dekat dengan anak nikmati masa liburan bersama

    Di saat pekerjaan sedang tidak ada, usahakanlah untuk menemani anak bermain atau pergi berlibur bersamanya.

    Cara ayah lebih dekat dengan anak ini akan membuat anak merasakan kenyamanan berada di dekat Ayah serta merasa lebih dekat dengan Ayah selayaknya saat sedang bersama Ibunya.

    Seimbangkan Kesibukan dengan Perhatian

    cara ayah lebih dekat dengan anak seimbangkan kesibukan dengan perhatian

    Selain perlunya menyerasikan waktu antara melakukan kesibukan dengan memberi perhatian, seorang Ayah juga harus pandai dalam menjaga kekompakan di hadapan anaknya.

    Dalam hal ini pun Ibu harus ikut andil serta memberikan dukungan demi tumbuh kembang yang baik bagi si buah hati.

    Bermain Bersama

    cara ayah lebih dekat dengan anak bermain bersama

    Bila selama ini terdapat stigma bahwa Ayah hanya dekat terhadap salah satu anak saja, maka patahkanlah pernyataan ini di kalangan Keluarga kamu.

    Setiap anak, baik perempuan maupun laki-laki perlu mempunyai kedekatan baik dengan Ibu maupun Ayahnya. Maka cara ayah lebih dekat dengan anak yang tepat adalah denganbermain bersama.

    Melansir sciencedaily.com, anak perempuan akan lebih terlibat secara positif saat melakukan interaksi dengan orang tua mereka.

    Anak perempuan lebih banyak menunjukkan inisiatif dengan menawarkan mainan kepada Ayahnya dan mereka memberikan respons lebih positif pada inisiatif yang diberikan Ayahnya.

    Jangan Berbohong

    cara ayah lebih dekat dengan anak jangan pernah berbohong

    Bukan hanya untuk seorang Ayah, hal ini pun juga berlaku bagi anggota keluarga yang lain termasuk pula Ibu.

    Jangan membiasakan berbohong pada buah hati kamu. Misal, memberi tahu anak bahwa hewan peliharaan keluarga sudah dibawa ke tempat lain padahal hewan itu sudah tiada di dunia.

    Saat orang tua berbohong seperti hal yang disebut di atas, mungkin akan menjadi cara aman agar anak tidak bersedih. Namun, dengan melakukannya justru akan menjadi bumerang.

    Sebab mendistorsi kenyataan yang tidak diperlukan dan berpotensi akan membuat anak justru tambah sedih saat suatu hari nanti ia mengetahui yang sebenarnya.

    Penting bagi orang tua untuk mengetahui serta memastikan cara menjelaskan sesuai dengan usia anak dalam melaksanakan cara ayah lebih dekat dengan anak ini.

    Anak yang masih kecil tidak membutuhkan penjelasan yang panjang akan sebuah kematian atau kerusakkan. Cukup dengan mengatakan kenyataanya dengan bahasa yang halus, “Adek, karena si meong udah tua meong butuh istirahat biar gak kelelahan. Si meong sekarang udah meninggal, tidur dan gak bangun lagi.”

    Banyak cara untuk berkata jujur pada anak dibandingkan memilih untuk berbohong. Tergantung bagaimana penyusunan kata yang dipilih oleh kamu sebagai orang tua.

    Jangan Melakukan Kekerasan

    cara ayah lebih dekat dengan anak jangan melakukan kekerasan

    Sama halnya dengan Jangan berbohong, melakukan kekerasan juga tidak dibenarkan bagi seluruh anggota keluarga. Baik dengan alasan apapun, hindarilah kekerasan.

    Ayah yang hebat ialah Ayah yang menjadi idola bagi anggota keluarga. Ayah tidak akan menjadi idola bila ia sering menyakiti anggota keluarga yang lain. Dan ini merupakan kunci cara ayah lebih dekat dengan anak.

    Melakukan kekerasan sama saja dengan mencemarkan harga diri seorang Ayah yang berwibawa, seluruh hidup dan semua hal yang telah dicapai seorang Ayah.

    Selain kekerasan fisik, kekerasan verbal juga sangat tidak dibenarkan terhadap anggota keluarga. Hindarilah kata pangglan seperti bodoh, idiot atau apapun yang membuatnya menganggap bahwa ia mempunyai kekurangan dibanding anak yang lain.

    Kesimpulan: Cara Ayah Lebih Dekat dengan Anak

    Cara Ayah Lebih Dekat dengan Anak memang sangat diperlukan, apalagi menilik zaman sekarang yang serba canggih dan maju.

    Anak lebih memilih menghabiskan waktu dengan perangkat seluler, bermain game online dan menonton video.

    Semoga dengan artikel ini akan membantu para orang tua mewujudkan keluarga yang harmonis dengan ikatan keluarga yang kuat.

    Semoga Bermanfaat!

  • Wajib Tahu! 5 Peran Ayah bagi Anak Perempuan

    Tidak hanya ibu saja yang memiliki peran penting dalam mendidik anak-anaknya, ternyata peran ayah bagi anak perempuan juga sangatlah berarti dalam hidup anak itu sendiri. Namun, baik ibu maupun ayah tentu berharap yang terbaik bagi anak-anak mereka.

    Yang sering terlupakan ialah peran seorang ayah yang ternyata tidak kalah penting dibanding peran ibu dari anak-anak itu sendiri. Ayah merupakan sosok pemimpin dalam keluarga yang setiap harinya akan mencari nafkah demi menghidupi anggota keluarga.

    Demi menyanggupi kebutuhan keluarga, hal ini yang kerap kali menjadikan ayah kurang dekat terhadap anaknya dibandingkan figur seorang ibu yang banyak waktunya tercurah untuk si buah hati.

    Utamanya anak perempuan, akan lebih mempunyai gap (jarak) dengan ayahnya karena perbedaan gender. Padahal kenyataannya, peran ayah bagi anak perempuan sangatlah penting.

    Lalu, apa saja alasannya ya? Mari simak 5 peran ayah bagi anak perempuan yang DjoNews rangkum dari beberapa sumber berikut ini:

    Ini dia 5 Peran Ayah bagi Anak Perempuan

    Wajib Tahu! 5 Peran Ayah bagi Anak Perempuan

    1. Mengenalkan Bentuk Cinta

    Cinta pertama seorang anak perempuan ialah ayahnya, kata dari sebuah pepatah. Hal ini disebabkan, saat kelahiran anak perempuan sesosok ayahlah yang menyambut dan menjaganya dengan sepenuh hati.

    Saat anak mulai tumbuh dan terus berkembang, anak perempuan akan mengenal bagaimana sebuah cinta yang tulus datang dan tanpa syarat yang mutlak dari figur sang ayah.

    Dengan demikian, saat buah hati telah menginjak usia dewasa dan tentunya akan merasakan manisnya jatuh cinta, ia akan mampu memilah dan berusahan mendapatkan cinta sejati yang tulus dan tanpa syarat seperti yang telah diberikan oleh ayahnya dulu.

    2. Belajar Menghargai Waktu

    Meski pada umumnya anak akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan ibunya, karena sang ayah yang harus bekerja demi memenuhi kebutuhan.

    Namun, sosok ayah yang selalu menyempatkan waktu luangnya demi anak untuk bersama dibandingkan untuk beristirahat akan memberikan pelajaran nyata yang tak ternilai harganya. Inilah peran ayah bagi anak perempuan dalam aspek menghargai waktu.

    Dari sisi anak sendiri, ia akan belajar bagaimana cara menghargai waktu serta menyadari akan keberhargaan waktu yang ada, apalagi stimulus ini dilaksanakan oleh figur seorang ayah. Dengan begitu, saat anak menginjak usia dewasa ia akan mampu dalam mengelola waktu dengan baik.

    3. Sosok Pelindung bagi Anak

    Sebagai seorang kepala dalam keluarga, ayah juga menjadi sesosok pelindung yang tentunya akan melindungi seluruh anggota keluarga, baik itu ibu maupun anak-anaknya.

    Peran ayah bagi anak perempuan juga tak hanya perlindungan berupa fisik semata, namun juga perlindungan berupa materi maupun emosional.

    Saat ia lahir, sudah pasti ia tidak mengetahui bahaya dan kerasnya dunia. Peran ayah yang hadir disaat ini yang akan memastikan bahwa anak akan selalu merasakan kenyamanan dan keamanan.

    Begitu pun saat anak mulai beranjak menuju ke kedewasaan, jangan sampai kamu terkejut akan perlakuan ayah bagi anak perempuannya.

    Hal seperti banyaknya bentuk kekerasan, pelecehan bahkan ketidak-adilan gender yang membuat ayah tentunya tidak akan tinggal diam demi menjaga putri tercintanya.

    4. Mengajarkan Nilai Kehidupan

    Ibu maupun ayah tentu akan mengajarkan berbagai bentuk nilai kehidupan bagi anak-anak mereka. Namun tahukah kamu? Ternyata figur seorang ayahlah yang lebih dominan dalam mengajarkan hal-hal yang membantu anak dalam mencapai kesuksesan.

    Hal ini akan terpancar jelas bahwa peran ayah bagi anak perempuan lebih banyak terlibat dalam mempersiapkan pendidikan sang anak itu sendiri maupun juga cita-cita dan karirnya di masa yang akan datang.

    Father Involvement Research Alliance menyebutkan bahwa, anak perempuan yang dekat dengan sang ayah akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Hal ini yang di kemudian hari dapat memberikan dampak bagi anak dalam meraih pendidikan yang tinggi dan sukses terhadap karirnya.

    5. Jadi Sosok Lelaki Sejati saat Anak Perempuan Dewasa

    Meski usia anak yang masih dini, perlu kamu ketahui bahwa saat anak perempuan beranjak menuju usia dewasa ia akan berusaha secara sadar maupun tidak untuk menemukan sesosok lelaki yang akan menemani jalan hidupnya nanti.

    Tumbuh dengan cinta dari sang ayah tentu akan membuat anak mengharapkan sosok lelaki yang tak jauh berbeda dengan ayahnya untuk menjadi teman hidup.

    Tak hanya itu saja, Lho. Kelak anak perempuan yang telah dewasa akan memiliki keinginan yang serupa dengan ibu dan ayahnya, yaitu memiliki suami yang bisa menjadi sosok ayah yang baik bagi anak mereka.

    Oleh karena itu hal itulah, ayah akan menjadi pedoman bagi anak perempuannya dalam menentukan sosok lelaki sejati, suami dan ayah bagi anak-anaknya nanti.

    Kesimpulan: Wajib Tahu! 5 Peran Ayah bagi Anak Perempuan

    Ternyata peran seorang ayah juga mendapatkan plot yang besar dan penting bagi kehidupan anak perempuannya nanti dikemudian hari.

    Perlu pembiasaan dan sedikit paksaan atas kehendak diri akan hal ini. Kamu perlu melatih sedikit demi sedikit agar bisa menjadi figur ayah yang baik bagi anak.

    Okelah kalau begitu, sebelum menyelesaikan bacaan kali ini. Kamu bisa membagikan artikel ini bila terasa memiliki manfaat. akhir kata, semoga bermanfaat!

  • 5 Permainan Anak Mengajarkan untuk Menjaga Kebersihan Rumah

    Semua anak pasti senang bermain. Dengan sedikit kreativitas, Orang tua juga bisa mengajarkan proses menjaga kebersihan rumah jadi ajang yang dikemas layaknya permainan bagi anak-anak. Djonews.com akan merumuskannya untuk kamu.

    Jika anak langsung disuruh, yang terjadi hanyalah akan malas-malasan dan tidak semangat mengerjakan sesuatu. Namun, berbeda halnya jika dikemas dalam bentuk permainan.

    Mereka akan bersemangat membantu kamu, karena mengira sedang bermain. Lalu apa saja pekerjaan yang cocok untuk anak, dan bagaimana mengemasnya menjadi sebuah permainan?

    Berikut triknya!

    Tugas membersihkan rumah yang cocok untuk anak

    Sebaiknya anak sejak dini sudah terlibat dalam proses pembersihan rumah. Karena ini bisa meningkatkan tanggung jawab dan empatinya terhadap anggota keluarga.

    Namun harus diperhatikan pula disaat akan memberikan tugas, sebab harus disesuaikan dengan kemampuan serta umur sang anak. Begitu pula jenis pekerjaan rumahnya, tidak semuanya cocok untuk anak kerjakan.

    Berikut tugas rumah tangga yang cocok untuk anak-anak:

    • Memasukkan pakaian ke mesin cuci, begitu juga mengeluarkannya.
    • Melipat pakaian bersih. 
    • Menyimpan pakaian bersih ke lemari.
    • Membersihkan lantai menggunakan sapu kecil.
    • Mengelap pintu kulkas.
    • Membereskan mainan dan buku.
    • Memasang seprai, mengatur bantal, dan melipat selimut.
    • Memberi makan hewan peliharaan.

    Permainan untuk pakaian

    Ada banyak proses yang harus dilewati untuk mengatur pakaian. Mulai dari mencuci, menjemur, hingga menyetrika, dan menempatkannya di lemari.

    Kamu bisa mengajak anak membantu menjemur dan menyetrika dengan cara menebak pakaian. Permainan ini cocok untuk anak berusia 3 tahun ke atas.

    Caranya, ajak dia mengambil satu per satu baju yang sudah dicuci. Dan saat mengambilnya, tanyakan pada dia ‘baju milik siapakah itu?’

    Dengan begitu, ia bisa membantu mengambilkan pakaian agar lebih mudah dijemur. Begitu juga saat menyetrika, ajak anak untuk mengambil pakaian dan menebak milik siapa yang diambilnya.

    Jangan lupa, untuk tetap memastikan dia aman dari setrikaan yang panas. Dengan permainan ini, anak sudah terlibat tugas rumah tangga sambil meningkatkan memori mengenai baju siapa saja yang dia ingat.

    Selain itu, ia jadi lebih peka terhadap sekitar saat mengingat baju milik siapa saja.

    Saat sudah selesai disetrika, kamu bisa mengajaknya menaruh ke lemari miliknya. Caranya, buatlah permainan peran antara pengirim dan penerima paket.

    Kamu bisa memberikan pakaian yang sudah disetrika sebagai bentuk paket. Minta dia untuk menempatkan di lemari. Pastikan untuk tidak memberikan terlalu banyak agar sang anak tidak kewalahan.

    Pembeli dan penjual untuk membereskan mainan si Kecil

    Saatnya membereskan mainan anak agar kembali ke tempatnya masing-masing? Buatlah permainan jual beli.

    Kumpulkan semua mainan yang berantakan di tengah ruangan. Ajak si Kecil bermain peran, kamu sebagai penjual dan dia sebagai pembeli. Nantinya, penjual akan memberikan mainan yang harus diletakkan di tempat yang tepat.

    Misal LEGO ditempatkan di wadah yang sama, buku ditempatkan di raknya, dan lainnya. Setelah memberikan arahan, mulailah bermain. Agar lebih seru, kamu bisa berpura-pura menggunakan mesin kasir agar ia makin semangat membereskannya.

    Lomba menyapu

    Anak-anak senang mengikuti kegiatan yang dilakukan orangtuanya, termasuk saat menyapu dan mengepel. Jika menggunakan sapu besar, tentu akan merepotkan baginya.

    Tak ada salahnya untuk membelikan sapu dan pel kecil untuk si Kecil. Ajak dia berlomba menyapu bersama dengan orang tua. Dengan begitu, ia belajar melatih motorik halus dan koordinasi panca inderanya.

    Di sisi lain, ia terbiasa untuk membersihkan lantai saat terlihat kotor. Kegiatan yang dilakukan bersama orang tua ini juga bisa meningkatkan bonding antara anak dan orang tuanya. 

    Balapan mengganti seprai dan sarung bantal

    Jika waktunya mengganti seprai dan sarung bantal, ajak anak untuk terlibat dengan mengadakan adu balap.

    Jelaskan bahwa ini adalah balapan yang bisa dimenangkan oleh yang tercepat. Minta dia membuka sarung bantal dan guling dengan kecepatan maksimal.

    Kamu bisa memancingnya agar semakin bersemangat dengan kata-kata memotivasi. Dan jangan lupa untuk memujinya ketika berhasil.

    Dengan begitu, rasa percaya dirinya bisa terbentuk. Hal ini juga bisa dilakukan saat memasang sarung bantal dan seprai. 

    Permainan di kebun

    Anak-anak pun juga bisa dilibatkan dalam merawat kebun.

    Yang pertama adalah memungut daun kering dan dikumpulkan ke tempat sampah.

    Kamu bisa bermain peran, menganggap daun tersebut adalah harta karun yang harus dikumpulkan.

    Setelahnya, bisa membuat permainan pemadam kebakaran saat menyiram tanaman. Si Kecil senang, kamu pun bisa terbantu dalam menyelesaikan pekerjaan rumah.

    Itulah jenis-jenis permainan untuk mengajarkan anak yang ampuh untuk menjaga kebersihan rumah.

    Selamat mencoba, Ma!

  • 5 Kesalahan Orang tua saat Anak bertengkar dengan Temannya

    Dalam pertemanan anak, apsti ada yang namanya pertengkaran antara anak dengan temannya. “Drama” pertemanan ini bisa berlangsung singkat atau lama, tergantung bagaimana situasi saat kejadian itu.

    Tak jarang pula pertengkaran itu melibakan kontak fisik, seperti saling mendorong atau memukul. Ujungnya, anak mendeklarasikan hubungan pertemanan dengan si A atau si B sudah berakhir. “Aku nggak mau lagi bermain dengannya!
    ” Begitu kata si anak.

    Sebagai orang tua, kamu tentu perlu memperhatikan pada masalah ini. Pertemanan anak usia sekolah bisa menimbulkan drama yang mungkin tidak kamu duga sebelumnya.

    Namun, tanpa kamu sadari, ada beberapa kesalahan yang kerap dilakukan orang tua saat menangani situasi tersebut. Kali ini Djonews.com coba merangkum untuk kamu.

    1. Coba Menyelesaikan Masalah Mereka

    Kadang masalah anak dan temannya tampak sepele di mata kita sebagai orang dewasa. Rasanya lebih mudah jika kamu turun tangan langsung dan mengatasi perdebatan mereka.

    Namun, solusi yang kamu berikan tak selamanya membuahkan hasil manis. Bisa jadi masalah mereka sebetulnya tidak sesederhana itu di mata mereka.

    Lebih baik, kamu mendorong anak untuk berusaha memecahkan masalahnya sendiri. Ketika ia menemui jalan buntu, barulah ia dapat bertanya padamu untuk meminta saran.

    2. Memaksa anak Tetap Berteman

    Jujur saja, kerap ada rasa khawatir terlintas ketika anak bertengkar hebat dengan temannya. Kamu sebagai orang tua pasti cemas, apakah ia masih punya teman lain untuk bermain bersama?

    Atau hanya mereka teman-teman anak di sekolah? Kecemasan itu kerap mendorong orang tua untuk berkata, “Tapi tetap temenan dengan mereka bisa dong?” Sehingga terkesan memaksa anak tetap bersama teman-temannya.

    Padahal, anak juga butuh waktu jeda untuk memikir ulang pertemannya itu. Kamu bisa mengajak anak berdiskusi plus minus pertemanan anak dengan beberapa temannya tersebut.

    Lalu, bahas bagaimana keseruan pertemanan mereka, apa yang ia suka dan tidak suka. Cara ini bisa membuat anak belajar mengenal lebih dekat pula teman-temannya sendiri.

    3. Menganggap anak sebagai korban

    Asumsi ini kerap muncul ketika orang tua menengan anak bertengkar dengan temannya. Kamu beranggapan, “Oh, anakku dicurangi temannya,” atau “Si A memukul anakku!” Tanpa mendengarkan kronologis kejadian mereka.

    Benar saja kamu pasti membela anak jika ia dipukul atau diperlakukan tidak menyenangkan oleh temannya. Namun, sudahkan kamu menyimak bagaimana cerita pertengkaran mereka?

    Sebelum menilai siapa yang benar atau salah, simak dulu penjelasan anak. Lalu, tutup dengan pernyataan, “Sepertinya masing-masing punya kesalahan. Makanya pertengkaran itu terjadi. Menurutmu, apa yang bisa kamu lakukan sekarang?”

    4. Mengabaikan komentar menyakitkan

    Anak mungkin bercerita pada orang tua, bahwa temannya meledek atau menjelek-jelekkan dirinya. Kadang tanpa disadari, orang tua kerap mengecilkan arti ledekan teman sebagai bahan lucu-lucuan atau bercanda semata.

    Padahal, meski ledekan itu terdengar lucu, tetap saja anak akan tersinggung dan sakit hati. Daripada mengatakan, “Ah, temanmu itu cuma bercanda, begitu saja kok nangis,” lebih baik katakan, “Pasti sedih ya dibilang begitu? Sini Papa peluk dulu.”

    Lalu, coba ulik pernyataan teman anak itu dan ubah menjadi sesuatu yang positif bagi anak.

    5. Membiarkan Bullying Terjadi

    Bagaimana jika terjadi sebaliknya: Orang tua curiga atau tahu bahwa anak atau kelompok teman yang ia ikuti bertindak sebagai pelaku bullying?

    Jangan diam saja! Ajak anak berbicara lebih lanjut mengenai Bullying dan dampak buruk perilaku itu pada diri anak dan teman yang menjadi korban. Bangun empati anak, bagaimana jika ia yang berada di posisi korban?

    Begitu pula dengan ujaran, “Kalau dipukul, kamu balas saja!” Karena itu mengarah pada tindakan kekerasan. Alih-alih berkata demikian, kamu bisa meminta anak untuk menghindar saat ada teman melakukan hal tersebut padanya. Bantu ia untuk berani berkata “Tidak” secara tegas pada hal-hal yang bisa merugikan dirinya sendiri.

    Cara ini dapat membangun kesadaran anak mengenai pertemanan sehat, tanpa harus saling melukai satu sama lain, baik secara fisik maupun mental.

    Demikian 5 kesalahan yang sering dilakukan orang tua saat menghadapi pertengkaran anak dengan temannya. Kamu perlu tahu, anak pasti mengandalkan orang tuanya untuk membantunya melewati drama pertemanan itu.

    Jadi, bersikap bijak dan merespon tepat dapat menolong anak untuk menemukan solusi ata masalah pertemannya.

  • 5 Dampak Positif Teman Seusia bagi Anak

    Sudahkah anak bermain dengan teman seusianya, hari ini?

    Ya, mengelola persahabatan dan belajar bagaimana menjaga atau menjalin pertemanan bisa orang tua ajarkan sejak dini.

    Melibatkan sejumlah keterampilan pertemanan, secara otomatis membuat anak membuka diri kepada orang baru.

    Dengan membiasakan anak balita berain dengan teman seusia, tentu memiliki banyak manfaat yang didapat.

    Berikut ada 5 dampak positif jika anak bermain dengan teman seusianya yang sudah dirangkum oleh Djonews.com :

    1. Anak terhindar dari sifat egois

    Sifat egois tentu saja merupakan hal buruk yang tak boleh ada pada diri anak. Sebagai makhluk yang berkelompok, tentu saja mereka harus membuang jauh-jauh sifat egois di dalam dirinya.

    Saat anak bermain dengan teman sebaya, artinya anak harus mau belajar berbagi.

    LifeEducation.org.au mengungkapkan, bagi anak-anak berteman adalah bagian penting dari pertumbuhan dan perkembangan sosial maupun emosional mereka. Di situlah adanya kompetensi sosial, harga diri, dan kepercayaan diri yang berkolerasi positif.

    Bermain bersama teman seusianya membuat anak belajar lebih banyak tentang diri mereka sendiri. Secara perlahan ia mulai menyingkirkan keegoisannya.

    2. Belajar banyak hal dari teman

    Anak yang suka bermain bersama teman seusianya dapat melatih keterampian bahasa pragmatik dan pemahaman mendengarkan.

    Di mana bahasa pragmatik mengacu pada keterampilan seperti melakukan kontak mata dan menafsirkan ekspresi wajah.

    FirstDiscoverers.co.uk menjelaskan, bahwa pertemanan membantu meningkatkan kapasitas kebahagiaan, kesejahteraan, kepercayaan diri dan mempromosikan pandangan positif tentang kehidupan anak.

    Anak yang memiliki teman seusianya tentu akan belajar banyak hal. Saat bermain ia akan meniru perilaku baik dan melatih keterampilan komunikasinya.

    3. Membangun Kehidupan Sosial yang Baik

    Ada cara untuk membangun social awareness pada anak balita agar memiliki kepekaan sosial yang tinggi.

    Sementara kesadaran sosial ini perlu diajarkan pada anak sejak dini, tujuannya agar mereka bisa terbiasa belajar mengatasi masalah sendiri dan peduli pada kondisi anak yang lain.

    Menurut BehaviourExchangge.com, semua anak perlu terlibat dalam interaksi sosial secara teratur untuk membantunya mengembangkan keterampilan vital yang akan mereka gunakan di kehidupannya.

    Anak yang sering bermain dan melakukan percakapan dengan teman sebayanya, maka ia akan terbiasa hidup di tengah-tengah masyarakat dan tidak hidup secara individualis.

    4. Membangun Rasa Percaya Diri

    Membangun pertemanan di usia dini tentu akan memupuk rasa percaya diri dan harga diri anak-anak.

    Bahkan anak yang terbiasa bermain bersama teman seusianya, maka menjadikan mereka lebih tangguh secara emosional.

    Seperti yang diungkap oleh WorkingMother.com, bukankah lebih baik jika semua anak-anak memiliki rasa percaya diri dan keberanian. Dengan kepercayaan diri yang cukup, mereka dapat bertahan hidup dan berkembang.

    Itulah sebabnya mengajak anak bermain bersama teman sebayanya dapat membuat ia lebih mudah berkomunikasu dengan banyak orang dan bisa menghadapu berbagai kondisi.

    5. Menumbuhkan Rasa Toleransi Sejak Dini

    Istilah toleransi berasal dari bahasa latin, yakni tolerate yang artinya sebagai perilaku saling menghormati antar sesama manusia sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku di masyarakat.

    Jadi, ketika anak bermain dan bergaul dengan teman seusianya maka ia akan melihat adanya perbedaan.

    Jika anak sudah terbiasa berada diantara banyaknya perbedaan, ia pun terlatih untuk toleransi terhadap sesama.

    Dilansir dari Scholastic.com, anak-anak mengalami lebih banyak perubahan, melihat lebih banyak tampat dan mempelajari lebih banyak hal. Untuk berhasil di dunia yang beragam ini, mereka perlu mengembangkan kapasitas untuk toleransi.

    Maka dari itu, mulailah mengajarkan anak berteman sejak dini.

    Ternyata ada 5 dampak positif jika anak bermain bersama teman seusianya. Jadi jangan ragu mengajak mereka ke luar rumah dan bergaul dengan anak-anak lain.