Djonews.com – Banjir yang melanda sejumlah daerah di Jawa Tengah merendam 5772 hektar sawah di 12 kabupaten. Dari luas lahan yang terendam, 154 hektar diantaranya mengalami gagal panen atau puso.
Dibandingkan luas keseluruhan 517.037 hektar, kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) provinsi Jawa Tengah Suryo Banendro mengatakan, jumlah lahan puso sekitar 0,03 persen.
”Kalau kerugiannya, katakanlah satu hektar panen rata-rata di Jateng gabah kering giling Rp4600 x 6 ton (per hektar). Sekitar Rp30an juta an. Itu dikali 154 hektar,” jelasnya.
Saat ini sekitar 4080 hektar sudah mulai surut. Pihaknya terus memantau daerah mana saja yang mengalami gagal panen untuk diberikan asuransi. ”Paling banyak terendam di kabupaten Grobogan. Ini kami tunggu, apakah puso atau tidak. Kalau puso tetap diganti dengan asuransi,” ujarnya.
Pemerintah, ia katakan, telah menyiapkan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Dari APBD, untuk tahun 2020 ini, tersedia untuk 35ribu hektar sawah. Sementara itu, dari APBN disediakan untuk 200ribu hektar.
”Setiap mau tanam mereka daftar. Dari APBD ini petani tidak membayar premi. Per hektarnya mereka mendapat Rp6 juta. Kalau yang dari APBN, petani membayar Rp36 ribu setiap hektarnya,” ujarnya. Suryo menekankan, asuransi dari APBD dikhususkan untuk petani miskin.
Lebih lanjut, pemerintah provinsi juga menyediakan traktor, transplanter atau alat tanam padi serta pompa untuk petani yang gagal panen. Alat ini dapat digunakan secara gratis. ”Kalau benih lewat kabupaten karena penganggaran ada di sana,” ujarnya.
Suryo menekankan bahwa gagal panen akibat banjir ini tidak akan mengganggu ketahanan pangan di Jawa Tengah. Sebab, petani masih bisa menanam kembali. Berbeda dengan gagal panen di musim kemarau, yang mana sawah sudah tidak dapat ditanam kembali ketika gagal panen.
Kepala Balai Perlindungan Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (BPTPHP) Distanbun Jawa Tengah Herawati mengatakan bahwa selain tanaman padi, banjir juga berdampak pada tanaman bawang merah. Diantaranya di Brebes dan kota Tegal. ”Memang paling banyak untuk yang bawang merah ada di Brebes dan kota Tegal. Kalau padi hampir merata,” ujarnya. ”Kami melakukan antisipasi. Selain itu untuk yang sudah terdampak banjir dan akhirnya puso, kami berikan ganti bibit untuk ditanam kembali,” imbuhnya.(ss)
Tinggalkan Balasan