Gangguan mental bagi orang yang mendengar corona lalu merasa ikut mengalami demam dan juga pusing.
Dari berita yang ada, pasien penderita virus corona bertambah semakin hari.
Di hari pertama gejala yang muncul masih ringan, hanya sakit tenggorokan dan seperti masuk angin.
Lama kelamaan, di hari ke sembilan, gejala bertambah buruk, batuk tidak mereda, napas akan terasa sulit.
Belum lagi jumlah penderita yang semakin hari semakin bertambah.
Setelah selesai membaca, berita-berita tentang corona, kadang leher ikut terasa gatal.
Mungkin sedikit sakit saat menelan, bisa juga lama-kelamaan merasa badan seperti demam.
Akan tetapi setelah diperiksa ternyata normal saja.
Ada apa sebenarnya? Apakah ikut tertular, namun gejalanya baru muncul sekarang?
Berikut penjelasan Djonews.com yang perlu kamu ketahui.
Gangguan Psikosomatik
Psikosomatik adalah gangguan yang terjadi kala pikiran serta emosi kita mempengaruhi tubuh.
Pada saat ini terjadi, keluhan fisik atau perasaan sakit pun muncul. Padahal, perasaan sakit ini bukan ditimbulkan oleh infeksi maupun cedera.
Tenang dulu. Jika gejala-gejala itu memang muncul setelah kamu membaca atau menoton berita soal Covid-19, bisa jadi ini merupakan gangguan psikosomatik.
Jadi, psikosomatik berasal dari masalah psikologis yang ada dalam diri seseorang.
Hal ini muncul kala seseorang mengalami perasaan takut, stress, depresi, atau dilanda kecemasan berlebih.
Gejala Akibat Psikosomatik
Akibat gangguan psikologis ini, maka akan muncul bermacam-macam keluhan terkait fisik, persis yang di rasakan kamu saat stress akibat mendengar beragam hal tentang Covid-19.
Gejala ini muncul akibat terjadinya peningkatan rangsangan saraf oleh otak ke berbagai bagian tubuh.
Pada saat kamu gelisah, pelepasan hormon adrenalin atau disebut juga epinefrin ke pembuluh darah, juga menambah beban gangguan psikosomatis.
Contoh-contoh gejala fisik yang bisa dialami oleh kamu yang stress, yaitu:
- Sakit Perut
- Nyeri ulu hati
- Sakit punggung belakang
- Sakit kepala
- Migrain
- Sesak
- Bernafas dengan cepat
- Jantung berdebar-debar
- Gemetar atau tremor
- Berkeringat
- Otot terasa kaku
Menurut laman Verywellmind, keluhan yang dialami setiap orang berbeda-beda.
Kebanyakan wanita mengeluhkan lelah karena tak tidur, mudah marah, perut kembung, dan perubahan masa menstruasi.
Pria lebih mengeluhkan sakit di dada serta tekanan darah tinggi.
Sementara pada anak-anak, justru sakit perutlah yang timbul.
Perbedaan Dengan Sakit Yang Sesungguhnya
Perhatikan, kamu akan dengan mudah membedakan penyakit yang benar-benar kamu derita, dengan ‘penyakit’ atau gangguan fisik yang ditimbulkan akibat psikosomatik.
Gangguan fisik akibat faktor psikologis ini biasanya terjadi:
- Saat orang memiliki kekhawatiran berlebihan. Orang dengan psikosomatik cenderung memiliki keluhan fisik, akibat rasa khawatir yang berlebihan. Sama seperti kamu yang khawatir saat membaca segala hal buruk terkait Covid-19.
- Keluhan ini hanya muncul pada saat-saat tertentu saja, yaitu pada saat kamu berada dalam tekanan berat.
- Kemunculan rasa sakit ini memiliki pola tersendiri. Umumnya keluhan fisik ini muncul dalam pola yang serupa dan berulang, yaitu saat kamu mengalami stress.
Apa Penyebab Kecemasan?
Rosdiana Setyaningrum, seorang psikolog keluarga yang berbagi ilmu secara Online Class melalui WhatsApp, mengatakan bahwa penyebab kecemasan karena Covid-19 diakibatkan antara lain, karena:
- Adanya ketidakpastian karena ini merupakan virus baru
- Terlalu banyak informasi yang bersliweran
- Tiba-tiba Kamu harus bekerja dari rumah tanpa tahu kapan hal ini akan berakhir
- Beragam tekanan ekonomi, dan sosial, kamu benar-benar harus jaga jarak (social distancing)
Apa yang Bisa Kamu Lakukan?
Rosdiana juga berbagi mengenai cara-cara untuk mengatasi rasa cemas, yang bisa diartikan juga cara agar kamu terhindar dari gangguan psikosomatik, antara lain:
- Harus tetap terus aktif untuk mengurangi stress seperti melakukan olahraga ringan, membersihkan rumah, atau (setel lagu K-Pop dan ajak anak-anak) menggerakkan tubuh bersama.
- Harus cukup beristirahat, tidur yang cukup, dan pasrahkan diri untuk mengurangi beban psikologis.
- Harus tetap melakukan koneksi dengan teman dan keluarga. Gunakan WhatsApp atau Zoom untuk tetap terhubung baik melalui telepon, pesan teks, maupun videocall.
- Jangan lupa jalani hobi baru. Kamu bisa mengajak anak-anak untuk memasak, meluangkan waktu untuk membaca buku, menonton film-film yang selama ini belum sempat kamu tonton, atau belajar kerajinan tangan.
- Yang terpenting: Pilih Sumber Berita. Jangan sampai kamu semakin stress karena termakan oleh berita-berita palsu, atau batasi diri dari berita yang kini beredar.
Bantuan Tenaga Ahli
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan seseorang yang mengalami gangguan psikosomatik, untuk memperingan beban, diantaranya :
- Psikoterapi, salah satu metode yang dilakukan adalah terapi kognitif perilaku, saat penderita diminta mencari tahu hal apa saja yang dapat memperburuk gejala.
- Latihan relaksasi atau meditasi.
- Teknik pengalihan diri dari masalah.
- Akupuntur.
- Hipnosis atau hipnoterapi.
- Terapi listrik transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS).
- Fisioterapi.
- Obat-obatan seperti antidepresan yang tentunya diresepkan oleh dokter.
Bantuan ini tentu saja bergantung dari sejauh apa gangguan psikosomatik yang dialami.
Sebelumnya, konsultasi tentu saja diperlukan untuk menentukan terapi apa yang paling tepat untuk dilakukan.
Cara Mengatasi
Sebelum lebih jauh merambah ke gangguan psikosomatik, untuk mengatasi kecemasan, “Kamu bisa melakukan konsultasi online dengan para psikolog, atau konselor,” ungkap Rosdiana, “dan ini banyak juga yang gratis,” imbuhnya.
Biasanya, jika kecemasan yang mengarah kepada gangguan psikosomatik ini sudah berlebihan dan amat mengganggu, petugas medis akan berfokus pada faktor mental dan sosial orang tersebut.
Oleh karena itu, penderita psikosomatik disarankan untuk bertandang ke psikiater.
Psikiater akan menelaah seberapa lama seseorang telah menderita sakit, tekanan apa yang dihadapi, seperti apa kepribadian orang tersebut, dan lain sebagainya.
Semoga Bermanfaat!