Menu
Situs Tentang Belajar Teknologi serta Investasi Lengkap

Permissive Parenting, Pola Asuh Bebas yang Menjerumuskan

  • Bagikan

Inginnya anak jadi teman dan akrab, tapi justru pola asuh ini membahayakan. Jika ada pekerjaan yang menuntut tanggung jawab tinggi atas hidup seseorang, jawabannya adalah mendidik dan mengasuh anak.

Anak bagaikan kanvas putih bersih yang ditorehkan goresan awalnya oleh sang Orang tua. Pengasuhan anak mengambil peranan penting dalam membentuk karakter anak hingga ia dewasa kelak.

Ada begitu banyak bentuk pengasuhan orang tua. Mulai dari yang sangat tegas dan keras, hingga yang lembut dan cenderung abai.

Pengasuhan anak saat ini, tidak bisa lepas begitu saja dari peran saling mewariskan dari buyut-buyut yang terdahulu. Sayangnya, banyak orang tua yang tak menyadari dan memahami seperti apasih sebetulnya bentuk pengasuhannya.

Berikut ini Djonews.com akan mengupas tentang salah satu bentuk pengasuhan, yaitu permissive parenting, dilansir dari verywellmind.com:

Apa itu Permissive Parenting?

Permissive Parenting adalah jenis pola asuh yang ditandai dengan tuntutan rendaah dengan respon tinggi.

Orang tua yang permisif sangat mencintai anak-anaknya, dengan sedikit panduan dan aturan. Orang tua ini seringkali tampak seperti seorang teman daripada figur orang tua, kebalikan dari helicopter parents yang sangat mengatur anak-anak mereka.

Orang tua permisif jarang membuat aturan karena mereka berpendapat “ya seperti itulah anak-anak.”

Karena hanya sedikit aturan, tuntutan, dan harapan, anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua yang permisif cenderung berjuang mengatur dan mengendalikan diri sendiri.

Karakteristik Permissive Parenting

Orang tua yang permisif memiliki karakter-karakter, antara lain:

  • Tidak konsisten terhadap peraturan yang dibuatnya sendiri
  • Memiliki beberapa standar perilaku
  • Biasanya sangat memelihara, melindungi, dan tidak ingin anaknya tersakiti
  • Seringkali tampak seperti teman ketimbang orang tua
  • Menggunakan mainan, hadiah, dan makan sebagai sarana untuk mendisiplinkan perilaku anak
  • Hanya memberi sedikit jadwal atau sistem aturan di rumah
  • Menekankan kebebasan ketimbang tanggung jawab kepada anak
  • Menanyakan pendapat anak tentang keputusan penting yang seharusnya diambil tegas oleh orang tua
  • Jarang menegakkan kedisiplinan dan konsekuensi

Akibat Menerapkan Permissive Parenting

Para peneliti menemukan bahwa pendekatan pengasuhan yang terlalu santai yang diterapkan orang tua permisif, menyebabkan sejumlah hasil negatif.

Alih-alih hubungan yang santai antar orang tua-anak, anak justru cenderung kurang disiplin diri, memiliki keterampilan sosial yang buruk, dan merasa tidak aman karena kurangnya batasan dan bimbingan.

Karena tidak terbiasa dengan struktur dan aturan di rumah, anak dengan pola pengasuhan permisif tidak mengenal batasan.

Mereka bisa saja menonton televisi seharian penuh, bermain games hingga larut malam, dan makan tak terkendali, karena merasa diizinkan orang tuanya.

Selain itu, karena rendahnya ekspektasi orang tua, anak-anak pun tidak memilliki rasa untuk berjuang. Penelitian mengaitkan pola asuh permisif dengan rendahnya prestasi akademik.

Begitu pula dengan sulitnya anak-anak mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah.

Anak yang dibesarkan dengan pola asuh permisif menunjukkan perilaku agresif dan sulit dipahami secara emosional.

Mereka tidak pernah belajar menangani emosi secara efektif, terutama dalam situasi di mana mereka tidak mendapatkan apa yang diinginkan.

Anak dengan orang tua yang permisif mungkin bergumul dengan situasi yang membuat stres atau sulit secara emosional.

Sebuah studi menyebutkan, permissive parenting erat kaitannya dengan konsumsi alkohol dan narkoba di usia remaja.

Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua?

Bila saat ini kamu seebagai orang tua merasa bahwa pola pengasuhan terlalu lunak, saatnya menegakkan aturan yang lebih tegas.

Memang terasa sulit di awal, karena menjadi lebih ketat itu artinya mengubah kebiasaan dan akan memunculkan reaksi anak yang kreatif.

Kamu bisa mempertimbangkan untuk mulai menerapkan aturan dasar di rumah, agar anak tahu bagaimana harus bersikap dan mereka pun memahami seperti apa harapan orang tua terhadapnya.

Pastikan anak mengetahui konsekuensi jika melanggar aturan. Tentunya penerapan aturan ini harus secara konsisten ditegakkan oleh orang tua, tanpa mengesampingkan perasaan anak.

Pada akhirnya, beri anak pujian jika mereka mengikuti aturan dan bersikap baik.

Dengan memberi anak keseimbangan aturan dengan dukungan yang tepat, kamu dapat memastikan anak tumbuh dengan keterampilan yang mereka butuhkan agar berhasil dalam kehidupannya kelak.

Semoga bermanfaat!

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *