Kebiasaan memukul yang suka dilakukan oleh anak usia balita seringkali membuat orang tua bingung dan khawatir.
Apalagi jika anak memukul temannya hingga menangis, kamu tentu merasa tidak enak pada orang tua anak tersebut sekaaligus kesal pada perilaku anak kamu. Lantas bagaimana cara mengatasinya?
Dikutip dari pernyataan seorang dokter spesialis anak di The Children’s Hospital, New York, Miriam Schrchter, menggigit dan memukul adalah hal yang umum terjadi pada anak di masa perkembangannya.
Memasuki satu tahun, saat ia menginginkan sesuatu, tetapi tidak tahu bagaimana cara memintanya, ia akan ‘mengungkapkannya’ dengan memukul dan menggigit.
Jika hal ini terjadi pada anak, jangan terburu-buru memarahi apalagi balas memukulnya, pahami dulu maksud dari perbuatannya. Ada beberapa hal yang menjadi faktor pemicu anak senang memukul, ini diantaranya:
1. Anak Sulit Mengungkapkan Emosi
Keterbatasan kosa kata di masa pertumbuhannya membuat anak sulit memahami emosinya.
EMosi disini berupa amarah, kekecewaan, kesedihan atau frustasi karena orang lain tidak mampu memahami apa yang ingin dikatakannya.
2. Anak Meniru Karakter Favorit
Anak adalah peniru yang ulung. Ia akan cenderung meniru perilaku tokoh kartun faorit yang dilihatnya di TV.
Jika anak terbiasa menonton tayangan yang banyak terdapat adegan kekerasan, ia akan dengan cepat mencontohnya, salah satunya adalah memukul.
3. Anak Merasa Terancam
Anak cenderung suka memukul lawan mainnya saat ia merasa terancam, Misalnya, ketika ia kesultan untuk menemukan kata-kata yang tepat untuk melarang temannya menyentuh mainan kesukaannya, atu ketika temannya melakukan tindak kekerasan padanya sehingga ia secara reflekf akan balas memukul temannya.
4. Anak Merasa Iri
Anak yang merasa terabaikan oleh orang tuanya cenderung lebih agresif. Perilaku tersebut merupakan bentuk proses atau cara ia mendapatkan perhatian.
Biasanya hal ini terjadi pada anak yang usianya tidak terpaut jauh dengan kakak atau adiknya, sehingga ia lebih ‘ringan tangan’ pada saudaranya ketika merasa cemburu atau kesal.
Bantu Anak Untuk Kontrol Emosi
Saat anak memukul, anak berada pada kondisi emosi yang sudah terlanjur marah atau frustasi. Oleh karena itu, tenangkan diri, pahami dan bantu anak mengatasi emosinya. Pada anak usia balita, ia belum mampu memproses emosi yang ia rasakan.
Maka disinilah peran kamu sebagai orang tua sebagai ‘otak’ untuk membantu dia memahami dan mengatasi perasaannya sendiri. Sejajarkan tubuh kamu dengan tinggi badannya, lalu peluklah dia hingga tenang.
Saat anak sudah mulai tenang, beri pemahaman padanya bahwa memukul tidaak akan menyelesaikan masalah.
Ajari dia untuk menyalurkan amarahnya dengan hal lain, misalnya dengan menyilangkan kedua tangan di dadanya atau memasukkan tangan ke saku celana.
Jika kamu sudah mengetahui alasan di balik perilakunya, bantu ia untuk mengatasi masalahnya.
Lalu ajarkan anak untuk meminta maaf pada teman yang sudah dipukulnya. Katakan padanya secara tegas, namun tidaak dengan nada marah atau berteriak, agar anak tidak melakukannya lagi di kemudian hari.
Hal ini sekaligus mengajarkan disiplin serta melatih anak untuk mengendalikan emosinya.
Tinggalkan Balasan