Anak perlu untuk sadar risiko serta konsekuensi dari setiap pernyataan yang ditulis di ranah digital saat ini.
Waktu terus bergulir, zaman pun ikut berganti. Begitu pula dengan teknologi yang terus terinovasi. Sadar atau tidak, perkembangan teknologi turut mengubah cara manusia berkomunikasi.
Jika dulunya untuk berkirim kabar kita harus mengirimkan surat yang sampai dalam waktu berhari-hari bahkan berbulan-bulan, dengan adanya smartphone saat ini, pesan pun dapat tersampaikan dengan lebih efisien.
Pengguna smartphone kini bukan lagi didominasi orang dewasa saja. Namun juga anak-anak dan remaja pun sudah sangat fasih menggunakannya.
Bukan hanya bermain game saja, namun juga berkirim pesan yang sekarang telah menjadi metode komunikasi utama di kalangan anak dan remaja.
Untuk masalah teknis dalam menggunakan smartphone dan juga fitur-fiturnya, anak mungkin lebih menguasainya. Bahkan mungkin orang tua kalah jauh akan hal teknis itu. Tapi, orang tua tidak bisa melepas mereka begitu saja.
Namun, dibalik kemampuan anak dalam pengoperasian sebuah smartphone, orang tua juga perlu dengan cermat menanamkan etika untuk berkomunikasi melalui pesan dalam teks.
Berikut beberapa prinsip utama dalam etika berkomunikasi melalui smartphone yang telah Djonews.com rangkum untuk diajarkan orang tua kepada anak, bersumber dari verywellfamily.com:
Berkirim Pesan Tidak Sama dengan Tatap Muka
Anak harus diberi pengertian bahwa berkirim pesan itu tidak dapat menggantikan komunikasi secara bertatap muka. Berinteraksi secara langsung dengan lingkungan sosial di sekitar merupakan hal yang sangat penting, agar anak tidak membangun keasyikannya sendiri dengan berkirim pesan teks.
Selain itu, ikatan emosional lewat tetap muka atau berbicara secara langsung lebih mudah dipahami dan berkesan daripada melalui tulisan dan emoji.
Pikir Dua kali Sebelum Berpesan
Ajarkan anak betapa pentingnya berpikir dua kali sebelum mengirim pesan, terutama saat suasana hati sedang tidak baik. Ia perlu tahu, kata-kata dapat melukai perasaan seseorang bahakn lebih tajam dibandingkan pisau.
Ajak anak untuk terlebih dahulu menenangkan diri bila merasa marah atas komentar orang lain yang ia terima. Secara perlahan ajaklah anak untuk menyusun kalimat per kalimat untuk menanggapi dengan mengungkapkan perasaannya. Dan bila diperlukan, masalah dapat diselesaikan melalui tatap muka.
Memahami Konteks Komunikasi
Anak perlu diberi pemahaman bahwa komunikasi lewat teks berpeluang salah arti, dikarenakan konteks / pembahasan yang tidak utuh.
Komunikasi lewat teks membatasi pengirim dan penerima pesan untuk melihat ekspresi atau pun intonasi suara yang perlu diinterpretasikan dalam sebuah interaksi. Candaan yang sarkastik pun bisa jadi sangat melukai perasaan seseorang jika disampaikan melalui teks.
Bertanggung Jawab atas Tulisan
Sejak kecil, ajarkan anak akan tanggung jawab atas apapun yang telah ditulisnya melalui social media maupun messenger.
Pesan-pesan lewat teks adalah komunikasi perpanjangan dari dunia nyata. Oleh karenanya, anak harus mengetahui risiko serta sebab dan akibat yang dapat ditimbulkan dari sebuah pernyataan yang mereka lontarkan melaluinya.
Ajarkan anak untuk tidak menggunjing, mem-bully, menghujat dan juga menyebarkan pesan buruk atau hoax melalui teks.
Menempatkan Diri dan Waktu yang Tepat
Sebaiknya anak diberi pengertian bahwa smartphone adalah alat dan ia perlu tahu kapan dan bagaimana penggunaan yang sesuai. Ajari anak untuk tidak menggunakan smartphone saat sedang beribadah, saat sedang makan bersama keluarga, saat seminar bahkan saat upacara kematian. Mereka perlu sadar betul bahwa ada waktu berharga dan juga kepentingan yang perlu lebih dihormati daripada hanya asyik untuk menggunakan smartphone.
Sopan Santun dalam Berkirim Pesan
Sama halnya bila bertamu ke tempat seseorang, ajari anak tentang sopan santun dalam berkirim pesan. Pertimbangkan jam untuk berkirim pesan dan juga kondisi dari orang yang menjadi penerima pesan. Awali untuk memberi salam, memperkenalkan diri dan mengutarakan tujuan bila berkirim pesan kepada orang yang lebih tua atau dalam urusan resmi. Seperti guru, misal.
Di usia-usia ini, anak perlu tahu bahwa menggunakan smartphone dan berkirim pesan lewat teks adalah privilege.
Perilaku buruk akan mengakibatkan hilangnya hak istimewa itu. Ingatkan anak kamu bahwa tanggung jawab menggunakan smartphone bukan sekadar mampu mengoperasikannya, namun juga mampu menimbang mana yang bijak dan tidak untuk dilakukan.
Itulah cara mengajarkan anak mengerti cara komunikasi menggunakan smartphone dengan baik dan sopan.
Semoga menginspirasi!