Semarang – Mulai tumbuhnya ekspor di sektoral perikanan di Jawa Tengah mengalami peningkatan di September ini mencapai 5.461 ton atau naik sekitar 40 persen dibandingkan pada bulan agustus lalu.
Kepala Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Semarang, Raden Gatot Perdana mengatakan bahwa pada September ini ada tren kenaikan melonjak 40 persen. Dalam catatan, untuk ekspor September berada di 5.461 ton atau Rp 247 miliar. Lebih tinggi di Agustus yang hanya sebesar 3.893 ton atau Rp 193 miliar.
“Kenaikan ekspor perikanan di September sebesar 40 persen atau Rp 54 miliar,” ujar Gatot, Kamis (14/10/2020).
Menurutnya, ada 59 jenis produk perikanan yang di ekspor Jateng. Dengan tujuan ekspor di 23 negara. Produk ekspor ikan tertinggi berdasarkan jumlah (volume ekspor) beragam. Sebut saja jenis ikan surimi, cangkang kerang, terpung ikan, cumi-cumi, layur, semuanya naik signifikan.
“Surimi menyumbang 49,8 persen atau 1.357 ton, Cangkang kerang 5,7 persen, Tepung ikan 79,5 persen, dan Layur di 56,8 persen,”imbuh Gatot.
Gatot menuturkan, komoditi perikanan diekspor oleh lima negara langganan. Negara langganan ekspor, sebut saja Tiongkok, Jepang, Taiwan, Saudi Arabia, dan Malaysia. Sementara, Amerika menjadi negara utama tujuan ekspor.
Berdasarkan jumlah atau volume ekspor, Tiongkok menduduki peringkat teratas dengan 1.001 ton. “Tiongkok di posisi pertama. Dengan kenaikan 53,6 persen atau naik sebanyak 652 ton. Malaysia dengan 531 ton atau naik 95,5 persen dengan dominan ikan segar,” tandasnya.
Pihaknya berharap, tren kenaikan akan terus melaju. Sebab, selama tujuh bulan sektor perikanan dan kelautan terdampak pandemi covid-19. Kini, sedang difokuskan untuk mengembangkan diversifikasi (penganekaan) produk ikan. Itu dilakukan agar produk perikanan semakin baik.
“Ini untuk meningkatkan nilai jualnya. Serta bisa menembus daya saing di pasar global,”harapnya.koh
Tinggalkan Balasan