Djonews.com, SEMARANG – Menjelang sore hari, Joni dan istrinya tampak bingung memilih pakaian anak-anak khas imlek di Toko Oriental Fashion, Pecinan Semarang.
Dua pasangan paruh baya itu jauh-jauh datang dari Mangkang hanya untuk beli pakaian tersebut di Pecinan Semarang.
Kata Joni, pakaian itu untuk cucu-cucunya di rumah. Setahu dia, biasanya di Pecinan Semarang kalau mendekati Imlek akan ada Pasar Semawis, namun tahun ini gelaran tiap tahun itu tidak ada.
“Jadinya ya ke sini. Pilihannya nggak banyak tapi setidaknya pulang nanti cucu saya senang,” ucap Joni yang belanja sambil memakai pecis dan istrinya yang berkerudung,.
Beda halnya dengan Yuni, perempuan asal Tlogosari ini tidak hanya membeli baju khas Imlektetapi juga membeli pernak-pernik dan mainan barongsai.
Awalnya dia ingin membeli baju saja untuk anaknya, namun saat datang, anaknya tertarik dengan barongsai dan ngotot minta dibelikan.
“Tidak apa-apa, setahun sekali ada kayak gini,” ucap Yuni selepas membayar semua belanjaannya.
Seperti Joni, Yuni termasuk orang yang langganan datang ke Pasar Semawis.
Dia kira tahun ini bakal ada Pasar Semawis karena pandemi sudah tampak mereda, namun ternyata ditiadakan.
Meski demikian, Yuni menerima. Dia mengikuti anjuran pemerintah untuk tidak menggelar perayaan besar-besaran agar menekan penularan Covid-19.
“Semoga tahun depan ada lagi,” ujarnya.
Sementara sang pemilik toko Oriental Fashion yakni Feri mengungkapkan jika tokonya tetap laris manis meski tidak ada Pasar Semawis.
Bahkan katanya, kalau ada Pasar Semawis, tokonya bisa lebih ramai dari saat ini.
Feri memaparkan, pelanggan tokonya sudah melakukan pembelian bahkan setengah bulan sebelum imlek.
Mereka kebanyakan pemesan dari sebuah instansi atau perusahaan.
“Biasanya dipakai untuk seragam,” sambungnya.
Selain itu pelanggannya juga tidak hanya dari kalangan Tionghoa, namun juga dari berbagai kalangan dan lintas agama.
Toko milik Feri ini menjual berbagai pernak-pernik Imlek seperi baju, barongsai, lampion, dan angpau. Bahkan untuk saat ini saking ramainya, stok barangnya sudah habis.
“Bajunya saya jual antara Rp 35 ribu sampai Rp 500 ribu. Saya bersyukur bisa ramai seperti ini. Tapi untuk tokonya saya jualan di sini setiap hari,” pungkasnya.*