Kekurangan HP Infinix – Infinix Mobile, brand smartphone asal Hong Kong yang didirikan oleh Transsion Holdings pada tahun 2013, telah memperkuat kehadirannya di pasar Indonesia sejak tahun 2015.
Pertumbuhan yang pesat ini tidak terlepas dari komitmen Infinix untuk selalu memberikan inovasi dan spesifikasi unggul dalam berbagai produknya.
Meskipun memiliki sejumlah keunggulan, Infinix ternyata juga menyimpan beberapa keterbatasan yang membuatnya harus bersaing lebih keras, berikut kekurangan HP Infinix menurut djonews.com.
1. Kurangnya Branding yang Memukau bagi Konsumen Umum
Walau ponsel Infinix seringkali menawarkan fitur yang unggul dibanding pesaingnya, sayangnya, kesan yang ditinggalkan di kalangan masyarakat awam masih belum menciptakan citra positif. Nama “Infinix” belum sepenuhnya dipercayai, dan ketika orang berpikir untuk mengganti ponsel mereka, nama-nama besar seperti Samsung atau iPhone lebih dominan.
Brand awareness terhadap Infinix masih terasa kurang, terutama di tengah persaingan dengan Xiaomi dan realme. Meskipun Infinix terus meningkatkan kualitasnya, tantangannya adalah memperbaiki persepsi masyarakat agar dianggap sebagai pilihan yang lebih menarik.
2. Fitur-Fitur yang Terkadang Terkesan Sekadar Gimmick
Meskipun spesifikasi Infinix terlihat mengesankan, beberapa fitur terkadang dianggap sekadar trik pemasaran karena tidak selaras dengan harapan pengguna. Sebagai contoh, layar berukuran besar pada Infinix Note 7 dan 8 dengan resolusi HD+ membuat ketajaman layarnya kurang memuaskan.
Infinix Zero X Pro, meskipun menggunakan panel layar AMOLED, tetapi akurasi warna dan kurangnya mode warna tertentu mengecewakan. Beberapa keputusan desain seperti sensor kamera QVGA pada Infinix Note 12 terkesan hanya untuk menambah jumlah kamera tanpa memberikan nilai tambah pada pengalaman fotografi.
Ponsel Infinix seringkali tampak menarik berdasarkan spesifikasinya, namun kualitas sebenarnya perlu diperiksa lebih lanjut untuk memastikan pengalaman pengguna yang memuaskan.
3. Kualitas Bangunan yang Kurang Solid
Beberapa pengguna melaporkan masalah pada kualitas konstruksi Infinix setelah penggunaan dalam jangka waktu tertentu. Contohnya, Infinix Hot 8 mengalami masalah perangkat lunak setelah setahun pemakaian, dan Infinix Hot 12 dilaporkan memiliki masalah pada sensor sentuh dan proteksi layar.
Antarmuka XOS milik Infinix juga disoroti karena memiliki banyak bloatware dan iklan intrusif. Masalah port pengisian daya yang terkadang tidak berfungsi dengan baik juga menjadi perhatian. Semua ini menciptakan keraguan terhadap daya tahan Infinix, sementara merek seperti Redmi dan realme lebih vokal dalam menekankan kontrol kualitas mereka.
4. Penggunaan Chipset MediaTek yang Sering
Infinix cenderung menggunakan chipset MediaTek daripada Qualcomm pada ponsel mereka. Meskipun ini bukan suatu keburukan, kebanyakan pengembang lebih mengoptimalkan aplikasi dan gim untuk chipset Qualcomm. Infinix pernah menggunakan chipset Snapdragon pada Infinix Hot S3X, tetapi produk-produk terbarunya masih lebih sering mengandalkan MediaTek.
Pilihan untuk menggunakan chipset yang lebih umum di kalangan pengembang bisa membuat aplikasi dan gim berjalan lebih optimal. Meskipun Infinix mungkin memiliki kerjasama khusus dengan MediaTek, keberlanjutan optimasi ini tetap menjadi pertanyaan.
5. Absennya Seri “Real Flagship”
Meskipun Infinix memiliki serangkaian seri yang mencakup berbagai segmen pasar, mereka belum memiliki ponsel yang benar-benar bersaing di kategori flagship yang lebih tinggi. Seri Infinix Zero, meskipun dianggap sebagai “flagship,” belum mampu bersaing dengan produk premium berharga 10 jutaan.
Dalam konteks ini, Xiaomi dan realme lebih agresif dalam menyasar segmen premium, sementara Infinix terus mempertahankan citra sebagai brand yang terjangkau. Tanpa kehadiran yang kuat di segmen flagship, Infinix mungkin kesulitan mengubah persepsi konsumen tentang kemampuannya untuk bersaing di level atas.
6. Keterbatasan Informasi Soal Pembaruan Perangkat Lunak
Seperti beberapa merek saudaranya, itel dan Tecno, Infinix jarang memberikan perhatian yang cukup terhadap pembaruan perangkat lunak. Fokus utama mereka tampaknya lebih pada memberikan nilai terbaik dalam hal desain, performa, dan fitur. Informasi yang jelas tentang dukungan pembaruan perangkat lunak seringkali kurang.
Pengguna sering kali tidak tahu berapa lama ponsel mereka akan mendapatkan pembaruan atau sejauh mana dukungan akan diberikan. Meskipun Infinix memberikan jaminan pembaruan untuk seri Infinix Zero, dukungannya terbatas. Contohnya, Infinix Zero 20 dan Zero 20 Ultra hanya menerima satu kali pembaruan versi Android. Dengan dukungan yang lebih lama, Infinix dapat bersaing lebih baik dengan ponsel lain di pasaran.
Penutup Kesimpulan
Secara keseluruhan, meskipun HP Infinix menawarkan sejumlah keunggulan yang signifikan, ada beberapa kekurangan yang perlu dipertimbangkan. Tantangan utama mungkin terletak pada kurangnya daya tarik merek di kalangan konsumen umum, dengan persepsi masih tertuju pada merek-merek besar lainnya seperti Samsung atau iPhone.
Selain itu, beberapa fitur terkadang dianggap sebagai trik pemasaran dan tidak selaras dengan harapan pengguna, seperti layar dengan resolusi HD+ yang kurang memuaskan atau keputusan desain yang terkesan sekadar sebagai gimmick. Kualitas bangunan yang kurang solid dan masalah terkait konstruksi juga menjadi perhatian, memunculkan keraguan terhadap daya tahan Infinix.
Penggunaan chipset MediaTek yang lebih sering dibandingkan dengan Qualcomm dapat memengaruhi optimasi aplikasi dan gim, sementara absennya ponsel flagship yang benar-benar bersaing di kategori premium juga menjadi kendala. Kurangnya informasi terkait pembaruan perangkat lunak menambah kompleksitas, dengan konsumen tidak selalu tahu sejauh mana dukungan akan diberikan.
Meskipun demikian, dengan terus meningkatkan branding, mengatasi kelemahan dalam fitur dan kualitas konstruksi, serta memberikan informasi yang lebih transparan mengenai pembaruan perangkat lunak, Infinix masih memiliki potensi untuk terus berkembang dan bersaing lebih baik di pasar smartphone.