Beberapa ahli medis mulai memperingatkan, kebiasaan terlalu sering mencuci tangan dan pakai sanitizer ternyata memiliki dampak negatif.
Menggunakan pembersih tangan berbasis alkohol terlalu banyak sebagai tindakan perlindungan terhadap virus corona malah meningkatkan risiko infeksi melalui gangguan kulit.
Seperi yang diketahui virus baru yang menyebabkan penyakit ini secara resmi dikenal sebagai COVID-19.
Virus Corona pertama kali terdeteksi di pusat kota Wuhan di Cina akhir tahun lalu.
Sejauh ini, virus Corona telah menginfeksi lebih dari 75.000 orang dan membunuh 2.500 di seluruh dunia.
Dilansir dari Japantoday.com, mencuci tangan dengan sabun terlalu ering juga dapat memiliki efek buruk, mengingat, itu bisa mengikis kulit.
Selain itu, melemahkan kemampuan kulit untuk bekerja sebagai penghalang dan penjaga kelembapan.
Para ahli menyebutkan bahwa menggunakan pembersih berbasis alkohol secara berlebihan dan mencuci tangan dapat menghliangkan ‘flora bakteri normal’ yang melapisi kulit dan menangkal invasi agen patogen seperi norovirus.
“Tentu saja, perlu untuk mencuci tangan dan menggunakan pembersih tangan berbahan dasar alkohol untuk mengurangi penularan virus baru, namun melakukan sesuatu yang berlebihan itu tidaklah baik,” kata juru bicara produsen produk kimia dan konsumen Jepang Kao Corp.
Di Tokyo, pembersih tangan berbasis alkohol telah terjual habis di apotek dan toko serba ada.
Para pakar kesehatan menekankan, langkah-langkah pencegahan terhadap virus corona baru serupa dengan yang melawan influenza dan pilek.
Memang, gelombang influenza telah secara signifikan memudar di Jepang dibandingkan dengan tahun sebelumnya, data pemerintah menunjukkan akhir pekan lalu.
Alkohol, yang dikenal memiliki sifat disinfektan, telah sering digunakan untuk menjaga tangan bebas dari bakteri dan virus.
Namun, pada saat yang sama, desinfeksi dengan alkohol dapat menghilangkan minyak dan air dari kulit sehingga menyebabkan tangan kasar bila dilakukan secara berlebihan.
Selain itu, cuci tangan yang terlalu banyak dengan bahan kimia menimbulkan masalah iritasi kulit.
Ketika fungsi penghalang normal kulit terganggu, ia menjadi lebih rentan terhadap iritasi dan semakin kasar.
“Kulit kering dan rusak bisa menjadi sarang bakteri penyakit dan juga meniingkatkan risiko virus memasuki tubuh melalui luka di kulit,” kata juru bicara Kao.
“Untuk mencegah infeksi, jauh lebih penting untuk mencuci tangan dengan sabun dalam jumlah seang selama lebih dari 30 detik secara efektif daripada mencuci tangan beberapa kali sehari,” imbuhnya.
Selain itu, ia mendesak konsumen untuk dengan kuat menyeka tangan mereka dengan handuk kertas atau handuk bersih setelah mencuci tangan, karena kondisi basah dapat menyebabkan gangguan kulit dan memudahkan agen patogen termasuk virus untuk melekat pada tangan.
Dia menambahkan lotion atau krim yang mengandung bahan pelembab sangat penting untuk menjaga kulit tangan dari pecah-pecah dan memperkuat fungsi penghalang.