Tiap anak memiliki watak, karakter dan sifatnya masing-masing. Itulah yang membuatnya menjadi pribadi yang unik, berbeda dari orang yang lain.
Ada anak yang cenderung santai menghadapi tugas-tugas sekolah hariannya. Tetapi, ada juga anak yang cenderung ketat dan memastikan setiap detil tugas yang dikerjakannya tergarap sempurna.
Bagi sebagian orang tua, tipe anak yang kedua ini tentu membanggakan. Namun, orang tua perlu melihat lebih jauh, apakah anak memiliki kecennderungan perfeksionis.
Menghadapi anak perfeksionis tak bisa sembarangan. Berikut Djonews.com merangkum serba-serbi yang perlu orang tua ketahui seputar menghadapi anak perfeksionis, dilansir dari verywellfamily.com:
Perfeksionis yang Selalu Merasa Gagal dan Tidak Puas
Memiliki harapan yang tinggi terhadap diri sendiri adalah hal yang baik. Tetapi jika anak mengharapkan segala sesuatunya berjalan sempurna, mereka tidak akan pernah puas dengan apa yang sudah mereka kerjakan atau dapatkan.
Seorang perfeksionis membangun tujuan yang tidak realistis untuk diri mereka senddiri. Kemudian, karena tujuan besar inilah, mereka menekan dirinya sendiri demi mencapai kesempurnaan akan tujuan tersebut.
Seorang perfeksionis akan merasa jatuh dan kecewa pada dirinya sendiri tatkala mendapat nilai ujian yang sebetulnya memuaskan, meski tak sempurna. Mereka tidak bisa menerima angka 99 pada tes Matematika, atau ‘hanya’ berhasil menebak 8 dari 10 target, merea menganggap dirinya gagal dadn menyedihkan.
Namun, ketika mereka mencapai keberhasilan, seringkali mereka berjuang menikmmati prestasi itu. Mereka tetap dibayangi kekhawatiran tidak daapat mepertahankan kesuksesanny atau meniru hasil yang serupa.
Ciri-ciri Anak Perfeksionis
Tanda-tanda anak pereksionis bisa jadi sangat bervariasi, tergantung pada usia dan jenis perfeksionisme yang dialami. Tetapi secara umum, gejala perfeksionisme meliputi:
- Sensitif terhadap kritikan
- Kesulitan menyelesaikan tugas karena merasa apa yang dikerjakan tidak pernah sempurna
- Menunda-nunda mengerjakan tugas-tugas sulit
- Mengkritik diri sendiri dan mudah merasa malu
- Sangat kritis terhadap orang lain
- Sulit membuat keputusan atau memprioritaaskan tugas
- Sulit mentoleransi kesalahan yang dibuat
- Merasa sangat cemas menghadapi kegagalan
Penyebab Anak Jadi Perfeksionis
Para peneliti menemukan beberapa faktor pendorong seorang anak menjadi perfeksionis. Faktor-faktor ini beragam, tetapi paling banyak adalah karena pola pengasuhan.
Pengaruh Orang Tua
Orang tua yang kerap kali memuji anaknya sebagai ‘anak paling pintar’ atau ‘mampu mengeerjakan tugaas dengan sempurna’, dapat membuat pola pikir anak menganggap kesalahan adalah hal buruk yang harus dihindari. Hal ini. Menyebabkan anak berpendapat bahwa kesuksesan adalah mutlak.
Selain itu, orang tua yang bersifat perfeksionis juga punya kecenderungan membesarkan anak yang perfeksionis pula. Hal ini mungkin terjadi karena anak belajar dari perilaku orang tuanya. Mereka selalu melihat orang tua yang menagungkan kesempurnaan dan tanpa sadar tertanam di alam baawah sadar anak.
Ingin Diperhatikan
Sebagian anak ingin dikagumi dan disayangi dengan cara menunjukkan bahwa mereka bisa melakukan hal-hal tertentu secara sempurna. Hal ini dipicu keinginan memuaskan keinginan orang tua, atau mungkin satu-satunya cara yang diketahui anak untuk mendapatkan perhatian orang lain.
Trauma
Pengalaman traumatis dapat menyebabkan anak merasa tidaak dicintai atau tidak diterima, kecuali mereka sempurna.
Tips Menghadapi Anak Perfeksionis
Jika kamu melihat tanda-tanda perfeksionis dalam diri anak, berikut ini beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk mengatasinya:
Puji Usaha Ketimbang Hasil
Hindari memuji anak karena mendapatkan nilai smpurna. Sebaliknya, pujilah upaya kerja kerasnya dalam belajar. Pujilah anak karena apa yang sudah dia lakukan, misalnya. Memperlakukan orang lain dengan baik. Jelaskan bahwa prestasi bukanlah satu-satunya tujuan dalam hidup
Ajarkan Keterampilan Menghadapi Masalah dengan Sehat
Tak ada satu pun orang yang mau gagal. Tetapi, anak perlu tahu bahwa gagal itu manusiawi. Ajarkan padanya bagaimana menghadapi kekecewaan, peenolakan dan kesalahan dengan ccara yang sehat. Menulis di jurnal, menggambar atau bercerita pada orang lain adalah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membantu anak mengatasi perasaan kecewanya.
Bagikan Cerita Kegagalan yang Pernah dialami Orang Lain
Kehidupan tak selalu berjalan seperti yang ada di angan. Jelaskan pada anak, bahwa kegagalan itu hal yang wajar. Bahwa kamu pun pernah mengalami kegagalaan dan tidak sempurna. Jelaskan bagaimana kamu mengatasi kegagalan di masa lalu.
Bangun Harga Diri yang Sehat
Ajak anak terlibat dalam kegiatan yang membuatnya merasa berharga tentang siapa dirinya, bukan hanya apa yang ia capai. Ikutlah kegiatan bakti sosial, mempelajari hal-hal baru, ikut kegiatan seni dan aktivitas-aktivitas lain untuk membantu anak kamu mengembangkan pandangan yang lebih sehat tentang dirinya sendiri.
Jika kamu khawatir terhadap sifat perfeksionis anak, bicarakan dengan dokter anak. Diskusikan tanda-tanda yang terliaht dan ceritakan bagaimana masalah itu berdampak pada kehidupan anak kamu. Dokter anak biasanya akan mendiagnosis dan jika diperlukan akan merujuk anak ke psikolog atau terapis untuk penanganan yang lebih tepat.
Tinggalkan Balasan