Djonews.com – Semarang. Aset mata cryptocurrency dengan kapitalisasi terbesar di dunia yaitu Bitcoin, turun hingga hampir 40% dari titik all time high (ATH) yang terjadi di 9 November 2021 lalu.
Hal Inilah yang menyebabkan harga BTC berada di level $41.967,86 atau setara dengan Rp 605.732,62 menurut data grafik di tradingview. Penurunan yang di alami oleh BTC ini juga merupakan titik terendah BTC dibandingkan dengan dua bulan terakhir.
Dari penurunan harga BTC ini mengakibatkan juga penurunan pada aset kripto lainnya seperti Ethereum (ETH), Avalanche (AVAX), dan Shiba Inu (SHIB) mengalami penurunan hingga 15%. Binance Coin (BNB) turun hingga 13%, Solana (SOL) 18%, Polkadot (DOT) 25%, Cardano (ADA) 20%, Ripple (XRP) 26%, dan Dogecoin (25%).
Co-Founder Zipmex Indonesia Raymond Sutanto mengatakan bahwa setidaknya ada tiga penyebab yang membuat harga Bitcoin mengalami koreksi cukup dalam. Pertama, The Securities and Exchange Commision menolak reksa dana WisdomTree Bitcoin Trust pada 1 Desember 2021 yang lalu.
Hal ini disebabkan karena proposal yang diajukan WisdomTree Bitcoin Trust belum mampu memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh SEC mengenai pencegahan tindakan manipulatif dan kecurangan.
Lalu, pernyataan Ketua Komisi SEC Gary Gensler yang menyebut Bitcoin merupakan kompetitor bagi sistem perbankan dan konsensus keuangan di seluruh dunia. Serta, The Fed yang akan mulai mengurangi pembelian aset atau tapering untuk menormalisasi kebijakan moneter dan menaikkan suku bunga pada tahun 2022, tepatnya pada Juni, September, dan Desember.
“Kebijakan tapering tersebut membuat kebanyakan investor memutuskan untuk melepaskan aset-aset berisiko seperti saham dan aset kripto. Kemudian memutuskan untuk beralih ke dolar AS yang dianggap akan menguat,” kata Raymond dalam keterangan tertulis, Senin (6/12).
Kendati demikian, Raymond meyakini bahwa harga koreksi BTC ini sebenarnya masih merupakan hal yang wajar dan sehat. Koreksi yang terjadi merupakan bagian dari pasar yang tidak bisa dielakkan, namun masih dapat dimanfaatkan.
Ia melihat, dalam kondisi seperti ini, para investor justru sebaiknya memanfaatkan momen yang ada sesuai dengan profil risiko yang mereka miliki.
“Untuk investor yang memiliki profil risiko tinggi,momen ini merupakan periode ‘diskon’ untuk membeli Bitcoin di harga yang lebih murah atau buy the dip. Sementara bagi investor dengan tingkat toleransi yang kecil, bisa membeli secara akumulatif atau dollar cost averaging (DCA),” tutupnya.
Pada 7 Desember 2021 di pagi hari ini harga bitcoin sudah mencapai $50.986 atau setara Rp 735.893,68, harga koreksi itulah yang membuat para investor Kembali Buy the dip harga BTC.
Tinggalkan Balasan